7

17 1 0
                                    

Malam sunyi, hawa dingin sudah membuatku meringkuk dalam selimut tebal, jaketpun juga melekat dalam tubuh mungilku, ah jangan lupakan kaos kaki bermotif panda juga bertengger manis di kakiku.

Aku memandang lekat kamar yang terakhir ini tidak aku tempati sama sekali, banyak buku yang sudah berdebu, bahkan foto polaroid penghias dindingpun sudah mulai pudar gambarnya.

Kuraih satu foto lelaki tersenyum memandangku. Aku teringat dia, satu orang yang berhasil masuk dalam hatiku, memberikan kenyamanan, perhatian dan kasih sayang, namun dia juga yang memberikan luka bahkan trauma padah hatiku.

Aku kembali mengambil ponsel yang sedari tadi aku diamkan. Banyak pesan masuk dari ray, dan juga dari santi yang menanyakan kabarku sudah sampai atau belum. Aku malas membalasanya, ku matikan ponselku. Ku rebahkan tubuhku yang sedari tadi sudah berontak memintaku untuk beristirahat.

Kuraih satu buku kenangan dari atas meja, ku buka satu persatu lembar buku kenangan masa SMA mulai bersautan muncul dalam ingatanku, bagai kaset rusak yang justru aku membenci masa SMA.

Masa SMA ku tidaklah indah, yang katanya masa SMA adalah masa yang dirindukan, justru aku membencinya. Kalau boleh memilih mending aku tidak memiliki masa itu, kalau bisa aku menghapusnya akan kupastikan sudah ku hapus sejak aku lulus dati SMA.

Bahkan efek masa SMA terbawa sampai aku kuliah. Aku takut untuk bertemu dengan orang baru, aku takut mempunyai teman baru, aku takut jatuh cinta dengan orang baru.
Ketakutan-ketakutan itu muncul tanpa diminta, setiap kalia aku bertemu orang baru, rasa sakit muncul tanpa permisi.

Hingga pada akhirnya aku mulai percaya dengan santi dan ray, namun tidak memungkinkan aku percaya pada hubungan percintaan.

Aku pernah ditinggalkan orang yang aku sayangi, aku pernah percaya kata "kita jalani aja dulu", dan aku pernah percaya LDR. Aku pernah percaya ada seseorang yang menyayangiku tanpa menuntutku memberi kabar setiap hari karna memang aku bukan tipe orang seperti itu, aku pernah menaruh harapan pada orang yang menerima ku apa adanya, tanpa menuntutku untuk pandai memakai gincu atau pandai memakai sepatu berhak, ah jangan lupakan aku juga pernah mempercayakan hatiku pada dia yang kini sudah mati.

Namun pada kenyataannya aku ditinggalkan karna aku terlalu lama di negeri orang, aku ditinggalkan dia karna tak mahir memakai gaun atau sepatu hak tinggi, tak mahir merias diri, akupun juga ditinggalkan oleh dia yang lebih memilih wanita yang pandai merias diri, pandai memberi kabar, dan pandai memberi perhatian-perhatian kecil, pada akhirnya aku ditinggalkan karna aku tidak pantas bersanding dengan dia yang sudah menjadi salah satu abdi negara.

Dia satu orang yang membuat aku patah hati sampai saat ini, trauma akan menjalin hubungan dan aku membenci pada setiap lelaki yang hanya mengobral janji atau memberi harapan palsu.

Seperkian detik aku teringat ray, dulu aku pernah jatuh hati padanya, namun pada akhirnya aku sadar bahwa semua lelaki sama, akan meninggalkan wanita jika dia sudah bosan, atau jika dia bisa meraih wanita yang lebih dari wanitanya dulu.

Atau gini lelaki pasti akan meninggalkan wanitanya yang sudah menemani dia dari awal sampai akhir demi wanita yang data ketika dia sudah sukses atau sudah mempunyai jabatan.

Aku benci dengan lelaki seperti itu, patah hati pertamaku juga karena satu lelaki yang sudah aku percayai mampu memberiku ruang, yang telah aku temani dari berjuang, yang mempercayaiku untuk berbagi tentang harinya setelah dia berjuang. Namun nyatanya ketika aku ditinggalkan setelah dia sukses, tanpa memberi kabar sedikitpun tentang keberhasilannya.

2 tahun aku bersamanya menjalin hubungan dengan kalimat jalani aja dulu, dia menawarkan sandaran ketika aku lelah, memberikan pelukan ketika aku rapuh dan memberikan lelucon ketika aku menanggis. Mirisnya orang tuaku sudah kenal dengan dia, sudah percaya namun nyata dia justru membuatku patah.

Kita memang berpisah jarak, ah tidak kita cuma berpisah waktu 1 jam. Karna tempatku kuliah sama tempat dia kerja cuma beda 1 jam saja, namun semesta lagi-lagi sedang bercanda denganku. Sebenarnya kita dekat, namun kita terasa jauh.

Disaat hubunganku menginjak 1.5 tahun dia pamit mau ikut pelatihan abdi negara, aku senang, segala doa-doa kucurahkan dalam akhir sholatku  untuk keberhasilan dia dan keberhasilanku. Saat itu itensitas komunikasi kita berkurang, yang sebelumnya setiap hari kita bertukar cerita, mengobrol sampai larut malam atau saling memandang wajah  melalui layar ponsel setiap hari, sekarang aku menghubunginya hanya pada hari sabtu dan minggu saja. Itupun hanya di jam 19.00.
Obrolan kita mulai berkurang, bahkan kita sudah tidak lagi video call.

Banyak rindu yang ada dalam hatiku memaksa untuk mengukapkannya, ada lelah yang ingin dipeluk dan ada tangn yang rindu akan hangatnya genggaman, ada cerita yang mau didengar tapi semua nihil. Aku memaklumi semua, dia butuh waktu untuk istirahat, aku dipaksa mengerti.

Sampai pada puncaknya kita tak komunikasi lebih dari 2 bulan, aku rindu. Aku menangis setiap malam, kekhawatiran mulai merasuk dalam jiwaku. Aku binggung harus mencari tahu dimana kabarmu, apakah kamu sakit atau tidak, apakah kamu sudah makan, atau kau sedang pualng dirumah.

Setiap hari aku menunggu kabarmu, melihat ponselku, bahkan pesanku saja masih belum kau baca. Kamu kenapa? Tanyaku pada setiap malam.
Disepertiga malam aku selalu mendoakan agar kamu bahagia bukan sekedar baik-baik saja, mungkin hanya dengan cara itu aku mampu meredam rinduku padamu.

Pada awal bulan desember aku masih menunggu kabar darimu. Pada hari ulang tahunku, aku masoh menunggu ucapan darimu. Namun aku tak mendapatkan itu bahkan sampai akhir bulan desember aku tak mendapatkan sedikitpun kabarmu.

Tanpa kabar setelah beberapa bulan, akhirnya ada sedikit kehidupan darimu. Ya meskipun kehidupan itu menyakiti hatiku, namun setidaknya doaku untukmu terjawab, bahwa kamu bahagia dengan wanita yang kau posting di instagrammu. Kau tampak bahagia dan wanita itu tanpa senyum malu-malu.

"Mungkin tugasku cuma sampai disini,  menemanimu sampai sini tidak menemanimu sampai akhir.
Terima kasih setidaknya kamu pernah buat aku hidup selama 2 tahun" kataku mencoba tersenyum

***

Happy reading


Superindui CupientesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang