— MAFIA GAME —
Written by Yan Zhang
.
Setelah menerima pesan dari J yang menyambut kedatangan tersebut, sembilan pemuda tengah berkumpul di ruang tamu. Ada yang duduk di karpet, ada pula yang duduk di sandaran lengan sofa atau pun di sofa. Mereka memutuskan untuk berdiskusi mengenai pemilihan kamar agar tidak saling merebut.
Mereka juga sudah melihat isi kamar melalui sebuah kertas denah, mereka terpana pada keindahan puluhan kamar, oleh sebab itu mereka dilanda kebingungan atas pilihan. Karenanya, mereka berundian melalui diskusi.
"Oke, yang lebih tua memilih terlebih dahulu?" Tanya Haechan membuka suara terlebih dahulu sembari menengadahkan tangannya—menunjuk Taeil.
Taeil pun menunjukkan Haechan. "Yang termuda dulu, tidak apa-apa kok."
"Ah, okay." Haechan mengangguk, maniknya beralih pada gambaran denah di atas meja ruang tamu. "Menurutku, kita harus memilih kamar di lantai yang sama agar sewaktu-waktu ada yang minta tolong, jadi yang lain bisa dengan siap membantu."
Taeyong mengangguk. "Aku suka saranmu, Haechan-ah. Aku setuju." Yang lain pun mengangguk dan mengatakan beberapa kata seperti 'boleh!' 'Ide bagus' dan 'Oke!'
Bibir Haechan tersenyum tipis. "Baiklah, aku memilih kamar nomor enam." Katanya sambil jemari telunjuknya menunjukkan denah kamar pilihannya.
"Aku nomor dua." Mark mengangkat tangannya rendah.
Dua jari—telunjuk dan jempol—menyentuh dagunya, Jungwoo mencoba berpikir dengan matang sambil iris matanya memandang denah. "Ng. . . Nomor sembilan saja deh!"
Jemari telunjuk Jaehyun menunjukkan wajah Haechan, Mark dan Jungwoo secara bergantian. "Enam, dua, sembilan—" Kemudian menunjuk dirinya sendiri. "Nomor tiga." Ucapnya sembari menyungging senyum tipisnya, dengan dua lubang cacat terpampang di pipinya.
"Nomor empat, dah!" Sahut Doyoung cepat.
"Delapan." Yuta menggambarkan angka delapan dengan abstrak di udara.
Taeyong mencoba meningat angka yang sudah dipilih oleh adik-adiknya. "Nomor lima belum diambil, kan?" Yang lain menggeleng. "Baiklah, lima."
"Aku tujuh!" Seru Johnny cepat.
Giliran Taeil mengangkat jemari telunjuknya. "Berarti aku nomor satu."
"Baiklah, kita sudah menentukan!" Pekik Haechan antusias. Saat Haechan hendak beranjak dari duduknya di karpet, namun Doyoung menahan.
Doyoung melebarkan kedua tangannya seakan tidak memperboleh teman-temannya untuk masuk ke kamar. "Sebentar, deh. Sebentar. . . Bukannya ada angka sial gitu?" Ia menunjukkan dadanya sendiri. "Aku memilih angka empat kan, itu angka kematian, sialan!" Baru ingat bahwa ia memilih nomor empat.
"Woi, kalem!" Yuta yang kebetulan duduk di samping Doyoung menepuk pundak si kelinci itu. "Ya, aku tahu juga. Di Jepang, angka empat merupakan angka kematian, tapi ada teman seangkatan kita lahir tanggal empat, masih hidup tuh?"
Alis Doyoung mengernyit. "Ya juga sih, ya sudah. Lagian apa hubungan angka kematian sama kamar."
"Nah, aman-aman saja." Yuta menepuk bahu Doyoung bermaksud menenangkannya. Tiba-tiba Yuta teringat. "Oh! Tadi yang memilih angka sembilan, siapa? Jungwoo ya?" Tanyanya sambil menunjuk pada Jungwoo.
Jungwoo mengangguk lucu. "Ya, aku."
Entah mengapa Yuta punya niat untuk menjahili pemuda dengan bernama lengkap Kim Jungwoo itu, ia menyeringai. "Tahu tidak? Sembilan itu dianggap angka kesialan, loh. Bahasa Jepang, artinya 'Ku', berarti penderitaan. Siapa tahu kamu bakal menderita di sini." Kekehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA GAME | NCT
Fanfiction【COMPLETED】 Apakah Mafia Game hanyalah game biasa? Written by Yan Zhang - yanxzhang