— MAFIA GAME —
Written by Yan Zhang
.
Orang itu melangkah di samping vila melewati rumah kaca dengan kapal penyelamat buatan di genggamannya. Sebelum menghilang berbelok, ia sempat menengadahkan kepalanya pada arah jendela lantai dua, jendela kamar Jaehyun. Ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman yang sukar ditebak.
"Aku sudah melenyapkan sinyal minta bantuan orang lain yang kalian buat, jadi berdiam di vila ini seperti anak baik, oke? Jangan merepotkanku." Monolognya tanpa melepas pandangan pada bingkai jendela itu.
Kemudian tubuh orang itu menghilang berbelok di belakang vila setelah berbicara sendiri. Tanpa ia sadar bahwa ada seseorang yang berasal dari suatu kamar di lantai dua menunjukkan atensi padanya sebelum ia menghilang karena belokan.
Di ruang makan, terpampang tujuh penghuni yang sedang melahap sarapan sekaligus makan siang. Mereka makan dengan tenang, mengisi kekosongan pada perut sebelum menyaksikan pembunuhan saat fase siang nanti. Kecuali Yuta, pemuda kelahiran Jepang itu hanya makan sedikit sebab ia suka sekali muntah setelah membuat kontak dengan darah.
Sendok stainless tertahan, tidak masuk ke dalam mulutnya. "Aku. . . Ingin pulang." Lirih Jungwoo sambil menahan isaknya. "Aku kangen mama dan papa."
Tidak jadi menyendokkan makanan, sendoknya diletakkan di atas piring bersama nasi, Taeyong menatap Jungwoo dengan tatapan parau. "Jungwoo. . . Aku tahu, kita semua juga kangen rumah, kangen orangtua. Karena itu, mari kita mengakhiri permainan ini." Ia berusaha memberi semangat pada Jungwoo.
Jungwoo memanggut lemah. "Ya, Taeyong. Terima kasih. . ." Lalu ia menyuap makanan ke dalam mulutnya, dengan matanya memanas.
Kedua tangan Mark menggebrak meja kecil, membuat yang lain menatapnya. "Aku sudah selesai makan." Mengangkat piring berserta sendok dan garpu, kepalanya menoleh pada Johnny. "Ikut aku, John. Ada yang ingin kubicarakan." Kepala Mark menunjukkan arah lain dengan dagu, mengisyaratkan agar Johnny mau mengikutinya.
Salah satu di antara mereka memandang Mark dengan datar. "Kamu dokter, rupanya." Batinnya yakin.
Johnny pun beranjak berdiri dari kursi makan dan membawa piring bekas ia makan. Setelah mencuci piring, Johnny dan Mark keluar dari dapur dan hendak ke lantai dua, menuju ke kamar Mark.
"Apa-apaan mereka?" Yuta membanting sendoknya di atas piring hingga menimbulkan suara bentakan. "Mereka adalah mafia?!"
"Astaga, Yuta!" Doyoung merotasikan bola matanya sebal. "Kamu berperilaku seperti Taeil kemarin, mendatangkan kesalahpahaman bahwa kamu adalah mafia. Sebaiknya kamu diam kalau tidak mau diseleksi, sialan!"
Bola matanya mengecil, memelotot pada Doyoung tepat di seberang. "Apa katamu, kelinci liar? Tidakkah kamu berpikir bahwa Johnny dan Mark adalah mafia?!"
"Hentikan!" Pekik Jaehyun sembari menggebrak meja dengan keras. "Aku mohon kita untuk tidak bertengkar hanya karena peran konyol itu." Perkataannya sukses mendiamkan Doyoung dan Yuta bersamaan.
Kemudian mereka berlima saling diam dan melahap sedikit demi sedikit makanan hingga piring kosong.
Sementara di kamar Mark, dua pemuda yang duduk berhadapan di lounge chair di balkon. Johnny menyamankan punggungnya pada sandaran kursi, merematkan kedua tangan di atas pangkuan. Sedangkan Mark menumpukan kaki kanan pada lutut kiri sementara lengannya menyandar pada sandaran lengan.
"Jadi, apa yang kamu mau bicarakan?" Tanya Johnny memulai.
Terdiam beberapa detik, Mark menjilat bibirnya sendiri. "Percayalah padaku. Tadi malam kamu terpilih untuk dibunuh oleh mafia dan aku berpikir untuk menyelamatkan diriku namun suara hatiku melarang untuk hal itu, aku harus menyelamatkan orang lain. Jadi aku memilihmu untuk diselamatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA GAME | NCT
Fanfiction【COMPLETED】 Apakah Mafia Game hanyalah game biasa? Written by Yan Zhang - yanxzhang