Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"—Mafia!"
"Eh, benarkah? Jaehyun mafia?" Tanya Yuta dengan memelotot tidak percaya.
"Astaga! Itu berarti dia memang benar sudah membunuh Haechan!" Pekik Mark tidak percaya. Ia menghampiri jasad Jaehyun, ia meluruskan satu per satu anggota tubuhnya dengan hati-hati dan membiarkan pisau masih menancap perut si Jung kemudian menutup kepalanya dengan jaket yang sudah dilepaskannya.
Terdengar suara gebrakan pada meja, seluruh penglihatan terpusat pada Doyoung—pelaku mengebrak meja. "Ternyata dia memang mafia!" Sahutnya.
"Ternyata? Kamu sudah tahu sebelumnya?" Johnny heran.
Tidak menghiraukan pertanyaannya. Doyoung memandang pemuda Chicago itu dengan tajam, mengangkat tangan dan jemari telunjuk mengarah pada arah Johnny. "Kamu pasti adalah mafia, Johnny!"
Johnny tersentak kaget kala pemuda bermata kelinci menunjuk dirinya. "Bukan aku, bangsat!" Bantahnya kesal.
"Atau, jika mau yang lebih mengejutkan, maka anak lemah dan cengeng macam Jungwoo adalah mafia." Sindir Yuta.
"Nakamoto sialan! Aku bukan mafia!" Pekik Jungwoo tidak terima sembari memegang dadanya, menunjuk dirinya. "Aku bersumpah! Aku bukan mafia!"
Mark mengernyitkan alisnya, merasa adanya sebuah kejanggalan di antara teman-teman yang sedang memojokkan Jungwoo itu. "Hei, hei, tenanglah! Kita bisa berpikir jernih sek—"
"Mana bisa aku berpikir jernih! Toh kita sebentar lagi akan mengungkapkan siapa rekan Jaehyun! Rekannya salah satu dari di antara mereka berdua yang berinisial J." Ujar Yuta mengemukakan pendapatnya.
"Kamu lupa, Yuta? Pemilihan peran itu berdasarkan suara kita, jadi belum pasti yang berinisial J adalah mafia!" Doyoung menunjukkan jemari telunjuknya pada wajah Yuta dari kejauhan. "Atau kamu mau melindungi dirimu?!"
"Keparat! Aku tidak—"
"Kalian semua berisik. Silakan keluar dari rumah kaca dalam lima menit, fase siang berakhir! Aku turut berduka cita atas kematian Jung Jaehyun. Bye!"
Dengan menurut moderator tersebut, mereka berenam keluar beriringan dengan perasaan antara lega dan jengkel. Lega karena satu mafia telah tersingkir dan jengkel karena belum puas mengemukakan pendapat di depan mereka masing-masing untuk mencegah kecurigaan.
