[38] - Paman Dinosaurus

1.1K 146 11
                                    

Mendengar jeritan Hinata yang begitu melengking, mendadak pintu kamar mandi itu terbuka lalu muncul Sasuke dengan penampilan yang bisa dikatakan mandinya masih belum selesai karena terlihat busa yang menggunung di rambut dan badannya. Tubuhnya ia tutupi dengan balutan handuk biru.

"Ada apa, sayang?" tanyanya cemas tatkala istrinya berpaling sambil menutup wajahnya.

"Lihat apa yang sudah si bodoh itu lakukan!" jerit Hinata heboh membuat semburat merah di wajahnya tak bisa ditutupi sembari menghentak-hentakkan kakinya gemas. "Dia buang air di wastafel!"

Sasuke menoleh ke arah Gaara yang dengan santai menutup resleting celananya. "Mau bagaimana lagi, aku sudah tak tahan. Mandimu terlalu lama," sahut pria merah itu tak mau disalahkan.

"Kenapa Ibu berteriak begitu, bukankah Ayah Gaara sudah biasa buang air di wastafel kalau kepepet?" ujar Kiseki polos dan hal itu langsung membuat pihak lain berteriak dan memakinya jorok.

"Apa benar itu, Kiseki-kun?" Suara Sasori memecah keheningan. Ia yang cinta kebersihan mendadak
mendengar berita itu dari Kiseki
membuatnya jadi berpikir untuk
membunuh Gaara.

Semua mata menoleh pada anak
bermata bulat tersebut. Dan bocah itu mengangguk. Pandangan mengerikan dari Sasori langsung di arahkan pada sang pelaku yang tak bisa membantah lagi. Bagaimana tidak, area dapur hanya milik Sasori seorang! Jika ada yang macam-macam pada dapurnya pemuda berwajah baby face itu tidak akan segan untuk menegurnya.

Well, sekarang Gaara sudah melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Pemuda berkulit pucat itu akan tamat nasibnya hari ini. "Benarkah itu, Gaara?" Sasori menatap sepupunya layaknya Lord Voldemore yang hendak memusnahkan Harry Potter dengan ujung tongkatnya, sayangnya yang dipengang pemuda itu bukan tongkat melainkan pisau besar
yang biasa dia gunakan untuk
memotong daging.

Gaara yang mendapat pandangan membunuh itu langsung merinding. "Aku janji ini yang terakhir."

"Dasar manusia super jorok! Beraninya kau buang air di tempat biasa aku mencuci buah dan sayur? Di mana otakmu bodoh?! Kau mau mati? Aku kabulkan segera!" Amuk Sasori sembari mengejar Gaara yang sudah kabur, sementara tangannya masih mengibas-ngibaskan pisau besar setajam katana itu. Pemuda itu ingin sekali menjadikan Gaara sebagai menu baru di kedainya. Ia sungguh kesal.

Gaara lari seperti kancil yang tak bisa dikejar, akhirnya Sasori berhenti mengejarnya. Percuma mengejar Iblis Suna itu. Dan amarah pemuda itu belum reda ketika kembali ke dapur.
"POKOKNYA AKU TIDAK AKAN MASAK SELAMA SEMINGGU! AKU MAU LIBURAN KE PARIS SEKARANG!!" teriaknya sambil bergegas menuju kamarnya dan memasukkan baju-bajunya ke koper. Sepertinya Sasori akan benar-benar pergi.

"Yah, kenapa Ayah Sasori pergi?
Siapa yang akan menyiapkan bekal untukku sekolah?" Kiseki ikut bicara.

"Kan ada ibumu, kenapa sedih begitu?" tanya Sasuke yang sedang mengelap busa di matanya. Perih.

Hinata tersenyum. Akhirnya ia bisa memasak juga untuk keluarga kecilnya.

"Tidak mau, masakan Ibu kan, tidak ada yang enak."

"Apa?" Mata Hinata melotot mendengar anaknya berkata seperti itu.

Dalam hati Sasuke menyumpahi Gaara yang sudah membuat koki kebanggaan pergi. Belum lagi masakan istrinya yang ... Well, masih jauh untuk menyamai masakan Sasori. Alias tidak enak. Tampak Sasori buru-buru menarik kopernya bersiap pergi, tatkala melewati dapur, ia menoleh pada Sasuke.

"Sasuke, kau gosok sampai bersih wastafel itu minimal sehari 50 kali. Gunakan pembersih terbagus nomer 1 di Jepang. Aku tak mau menyentuh dapur jika keadaannya seperti itu. Sampai jumpa."

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang