[25] - Kedai Favorite Merah

1.5K 212 80
                                    

Kedai Merah ....

Segerombolan siswi SMA cantik itu berdesak- desakan masuk ke sebuah kedai mi yang sederhana. Tempatnya tidak sestrategis pada umumnya. Tempat itu terletak di dekat perempatan jalan dan berhadapan dengan rumah kontrakan. Meski baru tiga tahun dibuka, tapi kedai mi itu sangat laris peminatnya.

Terlebih sang koki adalah seorang pria bertubuh tinggi nan tampan, namanya adalah Akasuna Sasori. Lalu seorang pelayan yang memiliki lingkar mata panda dengan sikap acuh tak acuhnya, tapi justru dialah yang paling dinanti-nanti kedatangannya. Dia adala Sabaku Gaara. Tak heran jika hampir setiap hari kedai itu ramai karena sang koki dan pelayannya berwajah di atas rata-rata.

Sebenarnya, kedai itu milik seorang nenek tua bernama Chiyo. Chiyo mempunyai dua cucu laki-laki yaitu Gaara dan Sasori.

Sasori mewarisi keuletan neneknya yang dulunya mantan koki terkenal dan selama lebih dua puluh tahun menjadi koki
istana kepresidenan. Dikarenakan hambatan
ekonomi, pria itu berhenti kuliah lalu bersama nenek dan sepupunya membangun sebuah kedai mi yang sederhana. Gaara yang tidak tahu menahu soal makanan dan memasak, ia hanya bisa menjadi pelayan di kedai dan bertugas mengantar pesanan ke suatu tempat. Sebenarnya Gaara sudah menjadi seorang co pilot di usianya yang ke dua puluh dua tahun ini, tapi karena terlibat suatu masalah akhirnya ia diskors dan menunggu panggilan kerja kembali dari pusat. Untuk mengisi hari luangnya, ia sekarang menjadi pengantar mi.

"Gaara-kun! Cepat antar pesanan ini ke blok 22!" Sasori berteriak sore itu.

Pria bertubuh tinggi itu membetulkan letak helmnya. Dengan malas ia mengantar pesanan mi itu dengan sekuter miliknya. Sementara Sasori dan neneknya sibuk mengolah mi untuk pelanggan lainnya yang semakin ramai.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

Gaara berjalan tak acuh ke arah gerombolan yang tengah berjudi. Ia menyerahkan pesanannya ke
tempat yang paling tidak ingin dia datangi.

Tempat orang-orang mabuk, berjudi bahkan ada yang berkelahi. Intinya tempat itu sangat menakutkan. Ia menyerahkan dua puluh porsi mi pesanan mereka. Salah satu dari mereka mendekatinya lalu menjitak kepala Gaara seenaknya. "Sana pergi!"

"Bayarlah," kata Gaara sopan.

"Apa? Apa kau bilang? Cari mati? Kau ... berani juga, ya?" tantangnya kasar.

Gaara hanya diam.

Melihat pria itu hanya diam dijadikan bulan-bulanannya, yang lain pun ikut-ikutan
menjahili. Mereka tertawa melihat Garaa yang hanya diam diperlakukan seperti itu.

"Bayarlah pesanan kalian," kata pria itu lagi tanpa emosi.

Mendengar mangsa berkata seperti itu, mereka semakin keras tertawa. Salah seorang bertubuh gemuk dan bertato itu menatapnya. Mungkin dialah bos gerombolan preman itu. "Kau bilang apa? Aku tidak mendengarnya?"

Pria berambut merah itu menghela napas panjang. "Setidaknya kalian bayar
pesanannya. Lalu aku akan pergi," jawabnya mulai jengah.

BRAK!!

Salah seorang dari mereka menggerpak meja kesal dan menatap Gaara marah.

Sepupu Sasori terlonjak kaget. 'Ya ampun! Inilah alasan kenapa aku malas datang ke tempat seperti ini. Blok 22 yang aku benci!'

"Kau mau cari mati!"

Gaara mendesah. 'Malas sekali harus seperti ini.' Ia hanya menatap mereka lugu. Selugu anak TK yang menginginkan permen dari ibunya.

🌻🌻 Wonderful Life 🌻🌻

"Apa yang kau lakukan di sini, Rin? Kenapa kau menangis?" tegurnya datar.

Kamisama, Hanatte Oitte [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang