Part 7

15 5 0
                                    

Halaman baru telah ditulis :

Kata orang,
Malam menuju fajar adalah saat paling gelap.
Dimana itu adalah benar menurutku.
Saat langit menuju cerah,
Namun harus terpaut jauh untuk semburat senja.
Dan saat senja telah jingga di ufuk barat,
Maka langit harus memulai sisi gelapnya kembali.
Tidak bisakah bersamaan?
Saat Langit cerah, maka Senja harus menjingga di persinggahannya.

~~~***~~~

Langit melihatnya. Dari balik dinding kaca gedung perpustakaan. Langit dapat melihat lengkungan punggung yang membelakanginya. Langit tak benar-benar mengerti apa yang dilihatnya saat ini. Kenapa bisa? Atau, apakah dirinya salah menyinggahi tempat? Tidak. Langit yakin bahwa Intan yang di sampingnya inilah yang membawanya berada di sisi timur gedung ini. Ini gedung yang selalu Langit tuju saat menunggu hujan reda. Tapi, kenapa dia ada di sana? Sosok itu. Bukankah tidak seharusnya dia ada di sana? Tidak. Ini kesalahan. Dan Langit harus memastikannya.

"Lang!"

"Hah? Apa?" Langit terkesiap. Sedikit kaget, sadar bahwa dia masih bersama teman perempuannya.

"Kamu tuh diajak ngomong malah ngelamun."

"Duh, sorry Tan. Ngomong apa tadi?" Langit tak benar-benar bisa menunjukkan perhatian pada percakapan ringannya dengan Intan. Sosok di dalam gedung perpustakaan itu sangat menganggunya. Sangat.

"Tugasnya Bu Rahma. Mau ngerjain kapan? Kamu kayanya sibuk."

"Hm? Kita cari bahannya dulu aja. Yuk, masuk." Dengan tarikan sedikit keras pada lengan, Intan sedikit terkejut. Tampaknya Langit terlalu bersemangat saat hendak menuju perpustkaan. Lengannya sedikit sakit mendapati cengkraman dari Langit.

Langit memberanikan diri. Harus sedikit tega untuk memastikan semuanya. Semoga tidak akan terjadi sesuatu yang buruk dengan sosok di sana.

Tabrakan kecil di bahu, tidak akan bermasalah kan, Senja?

Bruk!

Maaf, Senja. Marahnya nanti saja.

"Langit?"      "Senja?"

Sial. Kenapa harus si pria yang mengenalinya?

"Loh, Lang. Lo kenal sama Senja?" Bima sedikit meragu jika Senja benar-benar mahasiswi baru. Bagaimana bisa seorang Langit —salah satu mahasiswa tingkat akhir yang populer, mengenal sahabat barunya ini.

"Oh, ngga sengaja ketemu dulu di cafe. Ya ngga?" Sejak Langit memutuskan untuk menabrakkan diri, tak sekelebat pun pandangannya teralih dari manik Senja, sangat lekat memandangnya.

"Oh, temennya Langit semua ya?" Dan suara Intan sepertinya sedikit mengalihkan perhatian Senja. Tak menahu bahwa ada sosok lain bersama Langit.

Gadis ini, siapa Langit?

"Iya. Temen satu UKM."

"Oh, kenalin. Gue Intan. Temen satu kelasnya Langit."

"Gue Bima. Ini Senja. Kita satu kelas." Biarkan Bima yang berbicara sejak tadi. Karna Senja tak benar-benar sanggup memperkenalkan dirinya yang lemah saat ini. Saat ada gadis sempurna lain yang menggantikan dirinya di sisi Langit.

"Oh. Senja kenal sama Langit dari mana? Kamu kok ngga pernah crita sama aku, Lang?" Intan memukul pelan lengan atas Langit. Sedikit menunjukan kejengkelannya. Yang sayangnya justru terlihat manja di mata yang lain.

Karna Langit Merindu SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang