[Delapan]

5.5K 802 215
                                    

"Jadi, Kei, aku minta maaf-"

"Permohonan ditolak. Aku tak akan mau memaafkan orang yang sudah menghancurkan hubungan keluargaku. Aku tidak akan memaafkanmu. Pergilah sekarang"

Tanpa berkata apapun lagi, aku benar-benar pergi berlari menjauh darinya. Kalimat yang dia utarakan terlalu tajam. Aku menangis, karena aku pun tak berhak untuk mengatakan bahwa Tsukishima itu jahat. Akulah satu-satunya yang jahat disini.

Langkahku melambat. Tanpa sadar, aku berlari menuju rumah. Tidak terdengar suara bantingan barang. Perlahan aku mendekat, memegang gagang pintu.

"Kak Shin kenapa selalu membela (name) sih?!"

Suara bentakkan Rei yang begitu keras. Aku mengurungkan niat membuka pintu itu.

"Itu.." suara Shin terdengar lirih.

"Kakak kan pernah bilang kalau kakak juga benci (name) karena semua perhatian ayah direbut (name). Ayah juga berubah karena (name)!"

Seluruh tubuhku melemah seketika. Shin juga? Kakak pertamaku yang selalu membantuku. Benci padaku juga?

"Rei.." suara Shin terdengar pelan.

"Kakak ini bohong padaku atau bohong pada (name)?!" Bentak Rei lagi. Aku benar-benar mendengarkan mereka dari luar. Tidak ada jawaban dari Shin.

"Aku tidak akan pernah bohong padamu, Rei".

Kalau begitu. Selama ini, bertahun-tahun, kakak membohongiku. Inikah? Inikah yang dirasakan Tsukishima saat itu? Dibohongi bertahun-tahun. Tak kusangka akan sesesak ini. Rasanya sulit untuk bernafas.

Krieet..

Aku mendongak. Shin yang melihatku berlutut lemas di depannya, terbelakak. Tangannya mengulur padaku. "(Name).." lirihnya.

Spontan kutepis uluran tangannya. Pergi darinya sebelum dia sempat mengejarku.

Aku tak bisa apa-apa. Sekali lagi, aku masih tak berhak mengatakan Rei, Shin, dan ayah adalah orang yang jahat. Semuanya bahagia, semuanya normal, sampai aku datang dan menghancurkan semuanya.

---

Tsukishima meremukkan gelas sterofoam saat cokelat panas itu habis. Membuangnya ke tempat sampah. Dia menoleh ke arah kawannya yang bersurai hijau itu. Yamaguchi sedari tadi terpaku di posisinya.

"Aku mau pulang" ucap Tsukishima. Langsung berjalan melewati temannya itu.

Grep!

Yamaguchi menarik lalu mendorong Tsukishima hingga terjatuh. Tsukishima terkejut melihat wajah Yamaguchi yang terlihat sangat marah dan kesal. Pertama kali dia melihat kawannya seperti itu.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Tsukishima yang masih terdiam dengan posisinya.

Si surai hijau meneteskan air matanya. Meninggalkan wajah kesalnya tadi. Sekarang dia lebih terlihat seperti seseorang yang kecewa. Tsukishima malah semakin bingung dibuatnya.

"Dasar kejam! Kenapa kau tidak memaafkannya?!" Bentak Yamaguchi.

Tsukishima perlahan bangkit dari posisinya tadi. Sedikit menepuk belakang celananya. "Aku akan memaafkannya. Tapi tidak sekarang" jawabnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. "Aku cuma mau dia merasakan sedikit dari yang kurasakan".

Telapak tangan mengarah padanya, menampar keras Tsukishima. Yamaguchi semakin naik pitam mendengar kata-kata dari manusia berambut blonde di depannya. Tsukishima lagi-lagi terkejut.

"Sedikit. Sedikit katamu?! Dia sudah cukup menderita! Kekecewaan yang kau rasakan itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan yang (name) rasakan dalam hidupnya!" Teriak Yamaguchi.

Chance (Tsukishima X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang