Kertas Hati

25 5 0
                                    

         Hari libur telah berganti menjadi hari biasa bagi anak sekolah. Hari senin, mungkin adalah hari yang tidak disukai banyak siswa karena kebiasaan berbaris di tengah lapangan selama 25 menit.

Ratusan siswa siswi SMA Laguena berbaris di tengah lapangan untuk mengikuti upacara bendera sesuai dengan kelasnya masing2. Dan disetiap upacara, pasti ada yang tumbang karena kepanasan atau belum sarapan.

Lain halnya dengan Icha, siswi kelas 12 Ipa 3 yang sangat mudah pinsan karena penyakit yang ia rahasiakan dari teman2nya.

25 menit berlalu, murid2 berhamburan ke kelasnya masing2. Sementara Alfin, ia buru2 ke UKS untuk melihat keadaan Icha yang pinsan 10 menit lalu.

Alfin meintipkan topinya yang ia kenakan saat upacara pada Lita untuk ditaruh di laci meja kelas.

Lita sedikit berlari menuju kelas yang sudah terisi beberapa murid. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Icha yang sering pinsan tiba2.

Dengan tergesa-gesa, Lita menaruh topi di laci. Tapi saat Lita mengeluarkan tangannya, ia tidak sengaja menjatuhkan sebuah kertas warna. Kertas itu digunting menyerupai bentuk hati yang lumayan besar.

Lita duduk di bangku Alfin dan mulai membaca perlahan-lahan isi dari kertas berbentuk hati itu.

*Awalnya, gue Nggak tahu kalau di sekolah ini punya banyak cewek cantik. Gue suka sih liatin cewek2 cantik. Tapi kenapa gue pilih lo dari sekian banyak cewek disini?
Jawabannya gampang!
Lo unik dari segala keunikan.
Agak lebay sih, tapi emang gitu*

Lita berhenti membaca tulisan Alfin. Ia tersenyum kecil sambil membayangkan wajah Alfin yang lucu jika mengatakan itu didepannya langsung. Dengan cepat, Lita menggelengkan kepalanya.
Ngarep banget sih!-

Pandangan Lita kembali tertuju pada kertas milik Alfin dan mulai melanjutkan membacanya.

*Pertemuan kita emang Nggak disengaja sih. Gue aja ragu ini kebetulan apa takdir?. Tapi, setiap kali gue liat wajah lo, gue yakin kalau ini emang takdir*

Lita terpaksa menghentikan aktivitas membacanya. Kali ini bukan tersenyum kecil, melainkan sebuah dengusan kesal yang ia tujukan pada seseorang yang mencolek bahunya dari belakang.

Lita menoleh ke belakang Dan menemukan Fikto tengah nyengir tak berdosa.

"Apaan sih! Ganggu aja!" Kesal Lita

"Pinjem bulpoin bentar, dong. Habis ini pelajarannya Pak Heri nih. Gue belum ngerjain PR" ucap Fikto memelas.

"Nggak ada! Udah habis!!" Tukas Lita lalu kembali menatap kertas milik Alfin.

"Emang lo makan tuh bulpoin sampe bisa habis!?"

Dengan sedikit emosi, Lita menoleh cepat ke belakang dan menunjukkan wajah kesalnya pada Fikto.

"IYA! GUE MAKAN! PUAS LO!"

Lita tak memperdulikan Fikto yang menggerutu tak jelas. Ia melanjutkan aktivitas membacanya yang sempat terhenti.

*Takdir membawa gue sekolah disini dan ketemu sama lo. Ketemu cewek yang bisa bikin berbagai mimik wajah, bicaranya banyak, manis lagi.
Udah ah, itu aja. Jangan banyak2!
Gue capek nulisnya.
               –DARI GUE
                         BUAT 'L'

Lita meletakkan kembali kertas berbentuk hati itu ke dalam Laci. Senyumnya terus merekah karena kata terakhir Alfin yang tertulis (buat 'L').

Semua yang Alfin tulis di kertas itu membuat Lita seakan terbang diatas hamparan bunga yang luas. Aduh, lebay!!

Setelah membayangkan hal yang mustahil, akhirnya Lita tersadar akan sesuatu yang ia lupakan beberapa menit lalu. Ke UKS!!

Lita buru2 ke UKS dengan senyum yang masih mengembang dibibirnya.

Saat sampai di UKS, Alfin menatap Lita dengan sedikit heran karena senyum2 sendiri. Tapi Alfin berusaha mengalihkan kembali pikirannya ke Icha yang masih terduduk lemas diatas kasur.

"Cha, lo Nggak papa?" Tanya Lita yang mulai serius.

"Nggak papa kok. Cuma pusing dikit."

"Lo tiduran aja"

"Enggak, Icha masih kuat." Ucap Icha yang tersenyum selebar mungkin untuk menutupi rasa sakit disekujur tubuhnya.

Icha berusaha berdiri dari kasur untuk berniat kembali ke kelas.

"Ya ampun, Cha! Lo mimisan!" Ucap Alfin tiba2 mengagetkan Lita dan Icha.

"Masa sih?"
Icha menyentuh lubang hidungnya dan merasakan cairan hangat perlahan mengalir yang membuat kepala Icha terasa semakin pusing.

Alfin panik dan segera memanggil siapapun guru yang Ada di dekat UKS. Sedangkan Lita, ia mencoba bertanya pada Icha tentang apa yang dirasakannya saat ini.

Icha mengerdipkan matanya berulang Kali untuk memperjelas pandangannya. Ia sama sekali tidak dapat melihat atau mendengar apapun. Pandangannya kabur lalu Icha tak sadarkan diri lagi.

Alfin datang bersama Pak Hardi yang merupakan guru olah raga dikelasnya. Dengan sigap, Pak Hardi membopong tubuh Icha ke mobilnya dengan bantuan Alfin untuk dibawa ke rumah sakit. Lita mengikutinya dari belakang.

"Pak, Saya boleh ikut?" Kata Alfin panik.

"Jangan! Kamu kan masih ada jam pelajaran. Biar bapak yang bawa teman kamu ke rumah sakit." Ucap Pak Hardi lalu masuk ke Mobil dan bergegas ke rumah sakit.

"Udah, Fin. Icha pasti baik2 aja kok"

Lita mencoba menenangkan Alfin yang tampak gelisah.
Lita menganggap kecemasan Alfin pada Icha hanyalah sebagai sahabat baru saja.
Tapi Lita tidak menyadari bahwa Alfin menganggap kecemasan itu lebih dari seorang sahabat.

----------------------------^------------------------

Ting ting...
Makasih buat yang udah baca ya...
Terus ikuti alurnyaaa...
-elli

LANGIT dan BUMI《REVISI》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang