Alfin Story

18 6 0
                                    

"Alfin?"
Ya, ternyata seseorang itu adalah Alfin! Pria yang sekarang berdiri dihadapan Lita memakai celana dan jaket jeans biru dipadukan dengan sepatu cats putih, tengah memandang Lita dengan heran.
Bukan hanya pria itu yang heran, tapi Lita juga.

"Lo ngapain kesini?" Alfin bertanya dan langsung menggandeng tangan Lita tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.
Alfin sedikit menarik tangan Lita untuk diajak ke belakang toko kelontong yang sudah tutup didekat situ.

"Gue habis beli obat." Jawab Lita setelah melepas gandengan Alfin.

"Ini kan udah malem, Lit. Bahaya! Lo kan temen gue, kalau ada apa2 gimana? Gue juga yang pusing!"

Alfin berdiri tepat dihadapan Lita. Mengomel cemas, sambil memegang kedua pundak Lita.
Lita diam memandang wajah Alfin yang begitu dekat dengan dirinya. Telihat lucu sekali saat Alfin mengomel.
Rambutnya yang berantakan sangat keren dan menambah ketampanannya. Tanpa sadar, Lita tersenyum.

"Woy! Lit!?" Tatapan mengerikan Alfin membuat Lita terkejut dan sadar dari lamunan manisnya.

"A...apa?" Tanya Lita setelah rohnya kembali memasuki tubuhnya.

"Udah malem, ngapain lo? Bahaya!"
Tukas Alfin sambil melepas kedua tangannya dari pundak Lita.

"Lo ngapain juga kesini?" Lita membalikkan pertanyaan.

"Kita ngobrol ditempat lain aja. Ntqr temen2 gue mikirnya aneh2 lagi."

Alfin mengajak Lita menghampiri teman2nya. Ia mengambil salah satu kunci kendaraan diatas meja bulat Dan mengacungkannya pertanda ia akan memakainya.

"Don, gue pinjem motor lu, bentar"
Pria yang dipanggil 'Don' hanya mengangguk mengiyakan.

"Cewek lu, fin?" Kata pria yang sedang memegang puntung rokok di sela - sela jarinya.

"Sekolah baru, cewek baru nih"

"Kenapa bukan gue aja ya, yang jadi pacarnya"

"BACOD LU!!" Tukas Alfin tajam, setajam silet di acara televisi.
Alfin langsung menyuruh Lita Naik ke motor dan mengantarnya pulang.

Semilir angin memembus kulit menemani kesunyian jalan malam ini. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang.
Kenapa perjalannya semakin panjang?
Lita baru menyadari kalau Alfin tidak mengantarnya pulang, melainkan ke sebuah taman.

"Kok kita kesini? Katanya udah malem"

"Udah, lo turun aja!"

Lita menuruti keinginan Alfin. Ia segera turun dan memilih duduk dibangku panjang dekat air mancur.

Alfin menyusul Dan duduk disebelah Lita. Untuk beberapa saat, keduanya terdiam. Lita sama sekali tidak menyukai hal seperti ini.

"Fin?"

"Hm?"

"Kenapa lo Nggak masuk sekolah tadi?"

"Males" jawab Alfin singkat, padat, dan jelas tanpa basa basi.

"Kalau males, ngapain masih sekolah? Mending keluar aja!" Ucap Lita sewot.

"Kok gitu?" Alfin menoleh 90 derajat ke arah Lita dengan tatapan kesal.

"Kan kasihan orang tua, lo. Kerja buat lo sekolah. Terus lo—"

"Gue Nggak peduli!" Jawab Alfin sedikit membentak sehingga membuat Lita langsung terdiam.
Dengan penuh pertimbangan, Alfin bersiap bercerita.

"Mereka selalu sibuk kerja masing2, jarang pulang ke rumah."
Alfin tertunduk. Lita dapat melihat kesedihan dari apa yang Alfin ucapkan.
Setelah keheningan yang terjadi beberapa saat, Alfin mulai melanjutkan ucapannya.

"Dulu waktu kecil, gue biasa aja ditinggal sana-sini. Gue pikir, mereka pergi Cari uang terus pulangnya bawa mainan, baju, atau yang lain."

Suara Alfin mulai parau. Ia menyiapkan diri untuk melanjutkan kalimatnya.

"Semakin gue dewasa, gue mulai paham. Yang gue butuhin bukan baju baru, tapi kasih sayang dari mama sama papa gue"

Alfin semakin larut dalam kesedihan. Lita yang tidak tega dengan keadaan Alfin yang seperti ini, langsung mengusap-usap salah satu pundak Alfin until menenangkannya.

"Mmm...Fin?" Tanya Lita berhati-hati.

"Lo, Nggak papa?"
Masih tidak Ada jawaban dari Alfin. Alfin terdiam menatap lurus ke depan.

"Lo tenangin diri aja, gue tunggu"

Keadaan sekitar Lita, seakan berhenti. Lita tidak menyangka seseorang yang ia kenal sebagai anak bandel, baik, pintar seperti Alfin, menyimpan kesedihan yang membuatnya seperti ini.

"Kita pulang aja."
Kata Alfin langsung berdiri Dan mengambil kunci motor yang ia letakkan disampingnya saat duduk.

"I...iya"

----------------------------^------------------------

Lita memasuki rumah dengan pikiran masih tertuju pada ucapan Alfin. Sebenarnya, Lita ingin bertanya kenapa Alfin tidak sekolah hari ini. Tapi karena keadaan Alfin seperti tadi, Lita mengurungkan niatnya.

"Ini obatnya, bu" ucap Lita memberikan obat kepada ibunya yang sedang duduk menonton televisi.

"Kenapa lama, Lita?"

"Nggak papa" jawab Lita singkat

"Kamu istirahat aja, nak. Kan besok sekolah."

"Iya."

Lita segera menuju kamar untuk beristirahat. Lita ikut prihatin dengan apa yang Alfin alami. Tapi ia juga sangat bahagia karena kecemasannya pada Alfin hilang. Setidaknya, Alfin baik2 saja dan tidak seperti apa yang Lita pikirkan.

----------------------------^------------------------

Ting-ting...
Makasih ya yang udah baca...
Ajak teman atau saudara buat ikutan...
Kalau kalian suka, minta votenya...
Kalau Nggak suka, Nggak papa:))
-elli

LANGIT dan BUMI《REVISI》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang