Nathalie

1 0 0
                                    

        Gedung tinggi bertingkat dengan halaman yang cukup luas menyambut kedatangan Alfin dan Rio pagi ini. Mereka berdua mengecek sekali lagi alamat yang sudah Bu Lidya berikan kemarin.

Jln. Batu asah nomer 16.

Setelah memasuki gang itu, mobil Alfin berhenti tepat di sebuah kampus. Meskipun berada dalam gang, bangunan ini sangat indah dan tidak kumuh sama sekali.

"Turun lo," suruh Alfin pada Rio.

"Santai kali, ah."

Rio segera turun dan Alfin memarkirkan mobilnya di halaman depan kampus. Hari ini Alfin sengaja membawa mobil dengan terpaksa karena mobil milik Rio tiba - tiba mogok. Daripada harus berboncengan bersama Rio dengan motornya, lebih baik Alfin membawa mobil.

"Kampus Adiyaksa." lirih Rio membaca nama yang tercetak besar tertempel di atas gerbang kampus itu.

Mereka berdua mulai memasuki area kampus. Sepi sekali. Mungkin mahasiswanya sedang ada pembelajaran.

Karena mereka berdua baru pertama kali masuk ke sana, mereka bingung dengan tempat yang sangat asing itu.

Ke kanan dan ke kiri, sama sekali membingungkan.

"Cari siapa ya?"

Kepala Alfin dan Rio sontak menoleh ke belakang. Seorang wanita paruh baya yang wajahnya masih terlihat muda itu tersenyum ke arah mereka berdua.

Wanita itu berjalan mendekat.

"Kalian bukan mahasiswa sini, bukan?"
Tanya wanita itu dengan ramah.

"I...iya, kami siswa dari SMA Laguena." Ucap Rio mewakili.

"Ada perlu apa kalian ke sini?"

"Kami ditugaskan untuk mencatat informasi penting di kampus ini." Kini giliran Alfin yang menjawab.

Wanita itu tersenyum, "Ayo ikut saya,"

Dengan segera, Alfin dan Rio menyusul wanita itu.

--------------------------------^----------------------------

Lita semakin tidak fokus dengan pelajaran saat ini. Ia mendengar bahwa Alfin dan Rio telah di scores oleh Bu Lidya.

Ia menoleh pada gadis disebelahnya.
Icha terlalu fokus mencatat pelajaran.

Lita menoleh ke belakang menyaksikan bangku Alfin yang kosong. Lita menatap bangku itu nanar. Ada perasaan aneh di hatinya. Samar - samar, ia merasakan kerinduan pada laki - laki itu. Tapi Entah kenapa, rasa rindu itu cepat sekali menghilang saat Lita menoleh ke teman disampingnya.

Ia tidak bisa membenci Icha. Apalagi jika harus menyakiti Icha dengan kata - kata yang menyakitkan. Lita terlalu sayang pada sahabatnya itu. Dan setahu Lita, Icha tidak bersalah. Kenapa seseorang menyalahkan orang lain atas dasar cinta?

Cinta itu tidak bisa disengaja. Ia datang tanpa ragu untuk menyelusup di sela - sela perasaan.

Tapi sampai kapan Lita terus menahan kekesalan yang hampir membuatnya jenuh ini? Bagaimana pun, Lita juga manusia. Ia pasti memiliki batas kesabaran untuk menghadapi Alfin dan Icha.

-------------------------------^-----------------------------

Wanita paruh baya yang terlihat muda itu membawa Alfin dan Rio ke dalam kantor para dosen. Kedua laki - laki itu hanya menunggu di depan ruangan.

Beberapa menit kemudian, wanita itu keluar didampingi seorang wanita lain yang sepertinya masih sibuk dengan ponselnya.

"Apa saya membuat kalian menunggu lama?" Tanya wanita paruh baya.

Alfin dan Rio segera menggeleng cepat, "Tidak sama sekali,"

"Pasti kalian penasaran kenapa guru kalian, Bu Lidya mengirim kalian ke sini,"

Alfin dan Rio saling tatap sebentar.

"Saya Miss Daisy. Tapi semua warga di sini memanggil saya Miss Day. Kepala dosen di Kampus Adiyaksa ini." Ucap wanita itu memperkenalkan diri dengan ramah dan berwibawa.

Alfin dan Rio manggut - manggut mengerti.

"Selama penugasan kalian di sini, kalian akan di pandu oleh sekretaris saya. Dia yang akan menemani kalian selama tiga hari ke depan."

Setelah Miss Day mengucapkan itu, seorang wanita yang tadinya fokus pada layar ponselnya, kini mengangkat kepalanya dan memperkenalkan diri.

"Saya Nathalie. Kalian akan bersama saya selama masa penugasan." Ucap Nathalie tegas.

Nathalie terlihat sangat cantik dan sangat muda. Bahkan jauh dari Miss Day. Tapi wajah wibawanya membuatnya terlihat lebih dewasa.

--------------------------------^----------------------------

"Di sini adalah lab tempat ujian praktik." Tunjuk Nathalie pada sebuah ruangan di depan mereka bertiga.

"Ada banyak anatomi di dalam sana. Tapi sayangnya, ada banyak juga yang perlu di perbaiki. Jadi, untuk keamanan kita semua, tempat ini di segel sementara."

Mendengar penjelasan dari Nathalie, Alfin mengerutkan keningnya. Rasanya aneh jika berbicara dengan kata baku seperti Nathalie. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya seperti Nathalie. Setiap hari berbicara baku, berpakaian sangat rapi, dan bersikap se-anggun mungkin.
Membosankan!

"Mmm....maaf mbak Nathalie, selama perbaikan, berarti mahasiswa di sini tidak melakukan ujian praktik?" Tanya Rio dengan sungguh - sungguh.

"Panggil saya Natha saja. Dan jangan di tambahi kata 'mbak' di awalnya." Ucap Nathalie tenang.

Rio mengangguk mengiyakan.

"Selama masih dalam perbaikan, tempat ini memang belum bisa di gunakan. Jadi untuk sementara, seluruh mahasiswa di sini, akan melakukan ujikan praktik di kelas masing - masing secara bertahap," lanjut Nathalie.

Rio dan Alfin mencatat Informasi dari Nathalie. Sesekali Alfin terkekeh sendiri menyaksikan perbincangan baku yang dilakukan Rio dan Nathalie. Terasa sedikit aneh.

-------------------------------^-----------------------------

Sesi pengenalan lingkungan sekitar telah selesai. Alfin bergegas menghidupkan mobilnya untuk segera pulang dan istirahat.

"Besok jam 8 pagi, kalian harus sudah ada di sini." Ucap Nathalie di luar mobil.

Rio menyembulkan kepalanya dari jendela, "Oke,"

Tanpa menunggu lagi, Alfin menginjak gas dan mobilnya perlahan hilang di balik gapura besar kampus.

"Natha?"
Panggil Miss Day yang mulai berjalan pelan di samping Nathalie.

"Gimana mereka?"

Nathalie menoleh sebentar ke Miss Day Lalu kembali melihat depan. Ia tersenyum miring.

"Menarik,".

LANGIT dan BUMI《REVISI》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang