Luka Dua Hati

7 1 0
                                    

"Gue udah lama suka sama lo"

Lita membeku. Sekujur tubuhnya kaku dan otaknya seakan terhenti.
Apa ini! Lita terlalu takut untuk menjawab.

Ia takut jika ucapannya akan menyakiti Rio. Tapi sekarang hatinya benar benar telah kecewa. Kecewa dengan semua yang dilihat dan didengarnya tentang Alfin. Tentang Icha!

"Lit? Apa gue salah?"

"Lita, plis jawab gue!"

"Gue mau dengar jawaban lo"

"Gue suka sama lo, Lit. Tapi Zeil selalu aja gangguin!."

"Gue gak mau dijodohin sama nyokap gue"

"Lit, plis, lo jangan gini!"

Lita diam menatap wajah Rio. Sesekali Lita dibuat merinding karena wajah Rio sangat tampan jika dilihat dari jarak sedekat sekarang.

Perlahan, Lita menghela napas untuk bersiap mengatakan sesuatu.

"Rio?"

"Lo tahu kalau udah ada Zeil yang bakal jadi masa depan lo. Tapi kenapa lo gak bisa nerima dia? Pilihan orang tua itu bener! Lo Nggak boleh kecewain mereka!"

"Tapi gue nggak mau kalau nanti gue nikah sama orang yang gak gue cinta!"

"Rasa cinta bisa tumbuh kapan aja Rio! Cinta itu datang karena terbiasa. Liat aja sekarang, lo cinta kan sama gue? Tapi dulu? Kita Nggak saling kenal!"

Rio terdiam.
Lita mengatur napasnya dan kembali melanjutkan ucapannya.

"Coba pahami cinta Zeil. Kasian dia kalau cintanya bertepuk sebelah tangan."

"Terus gue!? Gimana sama gue? Cinta gue udah bertepuk sebelah tangan, Lit!. Apa lo Nggak pahami cinta gue?"

Rio membuat Lita terdiam. Ingin sekali Lita bercerita tentang masalahnya dengan siapapun yang mau mendengarnya. Andai Rio tahu apa yang terjadi dengan hatinya, pasti dirinya tidak berada di tempat ini dan untuk kejadian ini!.

"Anterin gue pulang!" Ucap Lita dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa? Kenapa lo Nggak mau ngasih alasan buat nolak gue? Hati gue Nggak serapuh itu buat dengerin kata penolakan! Setidaknya gue harus tahu kenapa lo nolak gue."

"Anter gue pulang sekarang!"

Tanpa pikir panjang, Rio mengikuti kemauan Lita.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam pada pikiran masing2.

"Gue tahu ada nama lain dihati lo. Gue juga tahu sekarang lo sakit hati sama seseorang. Bukan lo aja yang sakit hati. Tapi gue juga korban disini. Gue juga!!."

"Gue Nggak suka liat orang yang gue sayang sedih. Gue Nggak terima dengan apa yang udah dia lakuin ke Lita!"

Rio berucap dalam hatinya sambil menoleh 90 derajat ke arah Lita. Rio tahu Lita sedang sedih. Terlihat dari wajah dan cara bicaranya tadi yang sedikit bergetar seperti sedang menahan luka.

----------------------------^------------------------

Lita sudah ada dikamarnya setelah mandi dan berganti pakaian. Ia diam menatap tembok dengan pikiran campur aduk.

Ingatannya mengarah pada kejadian disaat Alfin menggendong Icha saat pinsan di sekolah. Lalu disaat Alfin cemas dengan keadaan Icha saat Icha pinsan tiba2. Pikiran Lita melompat lagi ke kejadian saat dimana ia menyaksikan Alfin mengutarakan perasaannya pada Icha dan melihat mereka berdua di depan gerbang sekolah tadi siang.

"Stop! Cukup! Cukup!"

Lita berteriak hingga melempar bantalnya untuk menyingkirkan pikiran yang membuatnya ingin marah sekarang. Marah sekali!.

Tok..tok..tok...
"Lita? Nak?"
Suara bu Rumi dari balik pintu membuat Lita segera mengusap air matanya yang sempat menetes.

"Lita? Kamu udah tidur, nak?"

Lita segera berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan. Ia menemukan bu Rumi sedang memegang kertas persegi panjang yang tidak asing bagi Lita.

"Kenapa bu?"

"Ini, ada undangan dari Rey. Kakaknya mau lamaran."
Ucap bu Rumi sambil menunjukkan kertas undangan persegi panjang itu.
Lita hanya mengangguk paham.

"Tuh, Rey masih di luar. Temuin gih!"
Lanjut bu Rumi.

"Iyaa"

Lita berjalan malas menuju ruang tamu. Menurutnya, Rey datang disaat yang tidak tepat. Disaat seperti ini, lebih baik Lita membaca novelnya untuk melupakan sejenak masalahnya.

"Kenapa Rey?"
Tanya Lita setelah sampai dan duduk di kursi sebelah Rey.

"Nggak papa. Cuma mau bilang kalau besok kak Devon lamaran, lo harus dateng."

Lita mendelik terkejut.
"Kenapa gue harus dateng?"

"Ayah yang minta"

"I.. iyadeh"

Keadaan menjadi hening seketika. Rey dan Lita tak tahu lagi harus mengatakan apa. Akhirnya, Rey memutuskan untuk pulang karena dirinya tahu Lita sedang ada masalah.

"Gue pulang"
Ucap Rey sambil berdiri untuk bersiap.

"Kok buru buru?"
Lita juga ikut berdiri mengikuti Rey

"Gue gak mau ganggu lo"

"Ganggu apa?"

"Gue ngerti lo ada masalah sekarang "

"Eeee...eng.. enggak kok"

"Gue pulang!"

"Tapi-"

Rey langsung pergi keluar dan membiarkan Lita tetap pada posisinya.

Lita bingung, bagaimana Rey tahu? Apakah sahabat yang selalu ada saat kita butuh akan mengerti keadaan sahabatnya tanpa bercerita?

Lita tak ambil pusing dengan itu. Ia bergegas kembali ke kamarnya untuk tidur karena Lita tidak mau masalahnya menjadi pengacau sekolahnya.

-

----------------------------^------------------------

Makasih buat yang udah baca yaa...
Terus ikuti alurnyaaa...
Jujur agak kecewa sih, soalnya udah nulis segini banyaknya tapi yang baca cuek aja.
Haloo yang udah baca tapi masih cuek cuek aja. Tolong ya apresiasinya manaa:)
-
salam aja..

-elli

LANGIT dan BUMI《REVISI》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang