Aku masih ngga menyangka ibu ku telah mengandung. Aku bertempat tinggal jauh dari sanak dan saudara ku. Aku sih memang ngga terlalu banyak tau tentang latar kehidupan keluarga ku di sana.
Akhir nya beberpa bulan kemudian sudah tiba. Ibu ku melahirkan dengan normal. Bahagia rasa nya melihat Adek kecil ku tumbuh dengan sehat tanpa kekurangan sedikit pun. Kebahagian selalu menyelimuti keluarga kecil ku.
Tanggal 20 Oktober 2008 Adek ku di lahirkan, seperti bayi pada umum nya tangis bayi lah yang mengawali kedatangan nya di dunia. Ketika itu Ibu belum menyiapkan nama satu pun, aku sebagai kakak berinisiatif memberi saran untuk ibu.
“Ibu bagaimana kalo nama nya Siti Aisyah aja, nama yang cantik bukan untuk Adek yang cantik ini pula" Ucap ku memberi saran.
Awal nya Ibu ku terdiam sesaat, kemudian Ibu menganggukkan kepala nya. Betapa bahagia nya aku berhasil memberi nama untuk putri kecil ku ini.
Waktu berjalan dengan cepat Siti tumbuh menjadi anak yang pintar dan selalu ceria. Dengan pelan-pelan ia belajar perjalan dan berbicara. Jangan lupakan rambut nya yang tumbuh dengan lebat. Ia juga mudah tersenyum ketika ada hal-hal yang mengemaskan. Perkembangan Siti itu lebih cepat melangkah tapi lambat berbicara, gigi nya pun masih belum tumbuh.
Empat tahun kemudian Siti tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia juga sudah bisa berjalan dan berlari dengan cepat. Bahasa yang di kuasai nya pun sudah banyak. Membuat ia lebih lancar berbicara.
Siti itu gadis yang selalu ceria dan tertawa.
Kebahagian itu tidak berjalan mulus. Ayah ku telah berpulang ke rahmat Allah lebih cepat. Tangis, sedih menyelimuti keluarga kecil ku sekarang ini.
Tapi sejak itu juga kita mulai membiasakan diri tanpa seorang Ayah. Saat itu Siti berusia 5 tahun sedangkan aku baru duduk di bangku SMP kelas 2. Kita harus bisa tanpa kasih sayang seorang Ayah.
Aku dan keluarga kecil ku sangat merasa kehilangan sosok laki-laki yang selalu berjuang untuk keluarga kecil nya.
Terima kasih Ayah udah menjadi contoh yang baik untuk anak-anak mu kelak nanti.
Jasa mu takkan pernah ku lupakan Ayah.
Ngga terasa Siti sudah mulai masuk sekolah dasar. Kenangan pahit dua tahun yang lalu tentang Kepergian Ayahku sudah tidak meninggalkan tangisan lagi.
Tapi bukan berarti kami melupakan nya. Diri nya akan selalu di kenang di dalam hati tanpa harus ada tangisan kesedihan lagi.
Tapi semua itu tidak mudah untuk di capai. Kita sudah banyak melewati hari-hari pahit tanpa seorang Ayah. kita tetap harus memberi ke hangat dan kasih sayang untuk Siti kesian dia masih berusia 5 tahun. Gadis kecil yang belum tau bentuk wajah Ayah nya seperti apa.
Ia selalu mengeluh tentang semua itu, pada suatu ketika ia berucap.
“Siti tau Ayah meninggalkan Siti sejak Siti masih kecil. Siti ingin seperti teman-teman Siti yang memiliki kedua orang tua yang lengkap” kata Siti terbata-bata sambil menundukan kepala nya.
Kami hanya bisa tersenyum mendengar perkataan nya. ia selalu berkata seperti itu.
Mata kita berkaca-kaca mendengar perkataan Siti yang terus menerus seperti itu. Ya walapun rasanya sangat berat di tinggal sang Ayah. Tapi kita harus tetap tegar melewati nya.
Pertumbuhan Siti berlalu dengan cepat. Sesuai dengan namanya Siti terlihat begitu kuat dan pintar. keuletannya membawa dia selalu menjadi yang terdepan di kelas. Dengan pengalamannya ia menjadi wanita yang kokoh. Walau kadang baperan.
Di saat seperti ini Siti harus terbiasa tumbuh hanya dengan kasih sayang seorang Ibu. Itu pun kadang ia harus siap ditinggal sang Ibu mengajar di luar Kota. Aku sebagai Kakak ngga bisa memberi kasih sayang sepenuh nya untuk Adek kecil ku. Aku juga harus menuntut ilmu dan masih banyak lagi kegiatan ku di luar sana. Sehingga di pondoklah ia bisa mendapatkan kasih sayang dan teman-teman terdekatnya.
Suatu ketika aku mendapatkan kabar dari pondok kalo Adek kecil ku berbeda dari teman sebaya nya. Dia ngga suka di tatap sinis oleh teman-teman nya. Ia ngga melawan cuma air mata yang bisa jatuh dari mata mungil nya itu. Ia juga mudah baper, tapi heran nya ia tetap ceria dan semangat walau pun teman-teman nya kaya gitu.
Gurunya selalu melaporkan tentang begitu baiknya Siti terhadap teman-temannya. Begitu perhatian dan tentang sikapnya yang menghindari menyakiti hati teman-temannya dengan mengalah. Begitu pula kebiasaannya yang sedari kelas satu sekolah dasar, terbiasa dengan rambut yang selalu tertutup kerudung dan aman dari pandangan orang yang tidak mahrom.
Akhirnya, dibalik kebahagiaannya seorang Siti yang selalu dituruti keigininan, dibalik sebuah senyuman, serta kebiasaan mengalahnya. Siti menyimpan sebuah kesedihan seorang diri tanpa mau berbicara dengan orang sekitar.
Di balik Siti masuk pondok di situ ada semangat seorang Ibu yang rela berkorban jiwa, raga serta benda. Sedangkan kakak yang selalu siap mendengar curhatan sang Ibu dan rela membantu Ibu dengan senang hati. awal nya Ibu tak rela di tinggalkan oleh putri kecil nya itu ke Jawa Barat. Tangis yang selalu Ibu lakukan setiap malam hari.
Suatu ketika aku sama Ibu berkunjung ke pondok itu. Ibu menangis itu bukan tangisan kesedihan itu tangisan kebahagian yang melihat putri kecil nya tumbuh dengan berhati mulia.
Dalam doaku hanya sebuah harapan. Semoga ia bisa mendapatkan teman baik disana, semoga dia tidak terlalu banyak menanggung beban, dan semoga semua harapannya tercapai dan ia sukses menjadi the first dalam menghafalkan Qur’an.
Amin
Please kasih masukan, aku lagi bingung mau buat cerper apa lagi
jangan lupa vot dan komen, hargai aku:)
Folow aku jangan lupa yaaa, harus! aku maksa heheh
Follow:emondeyy💚
KAMU SEDANG MEMBACA
❤Cerpen KeluargaKu❤
Short StoryKeluarga ada tempat kita untuk bercerita keluh kesah yang sedang kita hadapi. Mereka selalu memberikan masukan yang baik agar bisa berubah lebih baik lagi. Dan tanpa Ayah dan Ibu diri kalian bukan lah apa-apa.