He doesn't mean his words, so stop thinking things out

637 103 25
                                    

Seorang anak tidak boleh melawan orang tuanya.

Itu adalah kalimat larangan yang sudah banyak orang di dunia terlalu hapal.

Tapi dalam konteks apa?

Karena jika yang kau maksud adalah situasi Junghwan saat ini, kalimat itu sama sekali tidak berlaku.

Karena Yunho meminta Junghwan untuk melawannya. Secara literal tentu saja. Yaitu melawan secara fisik.

"Lawan aku."

Di saat Yunho berkata demikian pada Junghwan, kau akan langsung mengerti.

Yunho berdiri di hadapan putranya itu dengan pedang miliknya sendiri di tangan. Yang mana membuat Junghwan membulatkan sepasang mata kecilnya.

Bukan apa apa. Pasalnya, pernah satu kali ketika seorang Assassin Shahriyar kembali mengganggu ketenangan hidup Yunho dengan kali ini akan menyakiti Junghwan, di usianya yang keempat itu bocah itu harus menyaksikan kesengitan pertarungan sang ibu melawan musuh. Menyaksikan bagaimana Yunho dengan gagah memainkan pedangnya, menebas leher Assassin itu meski tidak secara utuh. Membuat bocah itu ketakutan jika ibunya itu terbunuh. Nyatanya? Yunho berhasil memenangkan pertarungan. Menyisakan kelegaan dan residu rasa takut pada diri anak itu secara bersamaan.

"Jangan takut, Tuan Muda. Ibumu tidak akan menebas kepalamu. Percayalah," ujar Seonghwa dengan senyuman tulus mengiringi kalimat itu.

"Tapi aku tidak sehebat ibunda. Aku tidak mau kalau nanti aku berdarah, seperti orang jahat yang waktu itu."

Junghwan hanya takut ibunya masih marah padanya pasca kejadian beberapa hari lalu. Dimana ia melumpuhkan Yunho dan mengatainya monster menyebalkan. Oh ayolah, Yunho bahkan sudah lupa dengan sebutan itu. Itu bukanlah masalah besar baginya. Pangeran kecil hanyalah anak anak.

"Seorang laki laki tidak akan takut untuk mendapatkan luka di tubuhnya. Lagipula, aku hanya ingin melihat sejauh mana kau bisa melakukan jurus beladiri dan mengayunkan pedang itu. Aku tidak akan melukaimu," jelas Yunho. Tapi wajah dinginnya membuat Junghwan tidak berpikir begitu. "Tapi kuperingatkan kau untuk tidak langsung melakukan jurus melumpuhkan itu. Kau hanya boleh menggunakannya jika keadaanmu sudah benar benar terdesak."

Junghwan pada akhirnya bersedia dengan sangat terpaksa. Di saat ia masih merasa takut Yunho akan memarahinya jika ia tidak bisa mengalahkannya.

Tapi lihat saja.

Bermenit menit waktu berlalu dan keduanya telah saling menyerang, Yunho sedikit serius, tapi tetap mengendalikan serangannya. Ia mungkin hanya berniat untuk sebatas memicu anaknya melakukan serangan, dan juga melumpuhkan serangan anak itu. Dari sana, ia tahu bahwa Junghwan akan mengambil lebih banyak pelajaran. Terutama Junghwan adalah anak yang cerdas. Ia akan belajar dengan cepat seperti biasanya.

Pada satu poin, gerakan Yunho tiba tiba terhenti, pedangnya terjatuh begitu saja ketika ia memegangi bagian bawah perutnya yang sedikit terasa sakit. Sontak Seonghwa menghampirinya dan hendak memintanya untuk beristirahat. Tapi Yunho menolak dan tetap mengaku bahwa ia baik baik saja.

"Ibunda, apa yang terjadi padamu?" Junghwan bertanya khawatir. Ia juga bertanya tanya sendiri kenapa ibunya terus mengusapi bagian perutnya, "Apakah perutmu sakit?" Tanyanya lagi ketika ikut mengelusi perut Yunho dan berniat untuk meniupinya. Ia adalah salah satu dari jutaan anak di dunia yang percaya bahwa rasa sakit akan hilang jika ditiupi. Karena Yunho selalu meniupi bagian tubuh Junghwan yang terasa sakit atau terluka dan mengatakan bahwa tujuannya adalah agar sakitnya hilang. Kalimat itu berhasil menciptakan sugesti positif di kepala Junghwan hingga merasa bahwa rasa sakitnya telah lenyap.

[Sudah Terbit] SAVAGE-RY 🗡 YunGi [⏹]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang