Nio tau bahwa hari ini bianca datang untuk melihat kegiatan latihan tim basket mereka. Walau tak tau pasti kapan gadis itu datang tapi nio sempat melihat keberadaannya di pinggir lapang, tengah menonton dan berbaur dengan gadis gadis lainnya.
Dia juga melihat bahwa bianca sempat memperhatikannya beberapa detik lalu sebelum tatapannya berubah menjadi kosong entah karena alasan apa nio tak tau.
Jujur ada sedikit rasa senang ketika melihat bianca kembali mau menonton latihannya. Ah.. bukan, lebih tepatnya menonton latihan tim basket sekolah.
Yeah.. walau sekarang tujuan bianca bukan lagi untuk menyemangati dirinya seperti sebelum sebelumnya. Tapi tak apa, dengan melihat kehadiran gadis itu disana saja pun sudah membuat nio senang.
Tak jarang setelah bianca datang, dari jauh dirinya selalu menyempatkan beberapa detik untuk mencuri pandang kepada gadis itu. Tak bohong, rasa rindu itu kembali hadir lebih besar dari biasanya ketika secara langsung dirinya dapat kembali melihat sosok bianca.
Nio menggeleng, berusaha kembali memfokuskan pikirannya kepada pertandingan meski sesekali matanya masih menyempatkan diri untuk melirik kearah gadis itu.
1 kali, dua kali, tiga kali sudah dirinya kembali melirik bianca sampai pada saat matanya akan melirik untuk ke 4 kalinya nio harus dikejutkan dengan teman setimnya yang melempar bola basket dengan kencang kearah temannya dan sialnya malah meleset,
Tidak! Seketika matanya melotot. Reflek kakinya berlari dengan mulut yang berteriak memperingatkan.
"BIANCA AWAS!"
"Huh?"
Nio berdecak sebal saat panggilannya di abaikan begitu saja dan gadis itu malah celingukan tak tentu arah. Dengan sekuat tenaga ia mempercepat larinya,
BUG
Seketika itu juga nio kehilangan kesadarannya.
"Nio?" Gumamnya pelan ketika melihat cowo itu tumbang tepat didepan badannya.
Bianca masih tak mengerti dengan keadaan, gadis itu tetap duduk mematung bahkan ketika semua orang sudah mengerumuni tubuh tumbang itu.
Tunggu tunggu sebenarnya ada apa ini? Suara, teriakan, nio, dan.... bola?
Seketika itu juga bianca bangkit dari tempatnya. Menyingkirkan orang orang yang menghalangi akses jalannya. Dia tak peduli jika harus di cap sebagai gadis tak sopan atau sebagainya yang ia inginkan adalah melihat keadaan nio saat ini juga.
"Nio.." bianca berjongkok dihadapan tubuh terbaring nio.
"Nio bangun nio... bangun.." kali ini tangannya sudah menepuk nepuk pipi cowo itu.
Bianca segera mendongak ketika dirinya sekarang sudah menjadi pusat perhatian semua orang.
Dengan mata yang sudah memerah menahan tangis dia memberanikan diri untuk menatap sinis kearah mereka. "Kenapa kalian diam aja! Cepet bantu bawa nio ke uks!"
Seolah sadar teman teman satu tim nio segera membopong tubuh jangkung itu ke uks di ikuti oleh bianca dibelakang sana dengan perasaan yang harap harap cemas, takut kalau kalau sampai terjadi apa apa dengan nionya.
Tunggu,
Nio nya?
Mungkin bianca sedang tak sadar saat ini.
Sesampainya di ruangan uks mereka segera membaringkan tubuh nio di ranjang lalu salah seorang dari mereka segera memanggil petugas kesehatan sekolah.
Sedangkan bianca, gadis itu sudah duduk di sisi ranjang nio dengan bulir bulir air mata yang sudah turun dari pipinya.
Ini semua salahnya. Kalau saja nio tak menyelamatkan dirinya mungkin cowo itu tidak akan terbaling lemah di ruang kesehatan seperti ini. Sedikit berlebihan memang, tapi bagaimana lagi bianca sudah terlanjur khawatir dengan keadaan nio.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days and Dare [Chanbaek-END]
FanfictionJadian sama cewe aneh selama 30 hari? Bisa gila gue.