5. Jennie Merasa Jahat
Jika ada kata yang bisa menggambarkan keadaan melebihi takut, maka Jennie akan memilih kata itu. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat kilatan api amarah di mata tajam Taehyung. Sebelumnya, Jennie tidak pernah setakut ini pada orang. Wanita itu pemberani juga tangguh, hatinya tidak mudah goyah hanya dengan satu ancaman dan delikan tajam. Namun, sepertinya hal itu berubah jika orang yang memendelikinya adalah Anantha Taehyung Leonidas. Pujaan hatinya.
"Kenapa? Kenapa kamu pengin gagalin acara pertunangan saya?" Taehyung berusaha untuk tidak terpancing emosi.
"I-itu ... bukannya ... Ba-Bapak e-emang nggak pengin tu-tunangan sa-sama Tzuyu?" Suara Jennie bergetar hebat.
Tangan besar Taehyung terangkat untuk meraih kedua bahu Jennie. "Iya! Saya memang ingin menggagalkannya! Tapi nggak dengan cara licik kayak gini. Saya masih mikirin Mamah saya, Papah saya, dan para tamu di luaran sana. Saya nggak egois kayak kamu."
Jennie menunduk, air mata wanita itu jatuh menyusuri lekukan indah wajah ayunya. "Kenapa bukan aku?"
Taehyung terdiam. Dia tahu betul apa makna terselubung dari pertanyaan beranggota tiga kata itu.
Jennie mendongak, menatap Taehyung marah. "Kenapa bukan aku?! Kenapa?!"
Taehyung menatap beberapa orang yang masih setia berdiri di dalam ruang rias itu. "Saya butuh privasi."
Mereka semua kontan melangkah keluar dari dalam sana. Awalnya Tzuyu tidak mau beranjak pergi, namun Joy yang sudah terlanjur kesal padanya langsung menarik tangan wanita itu. Pintu tertutup, menyisakan kesunyian di antara keduanya.
Taehyung kembali menatap Jennie. Tangannya yang tadi berada di bahu Jennie, kini beralih menggenggam tangan halus milik wanita cantik di depannya itu.
"Jawab aku, Taehyung! Kenapa bukan aku?! Kenapa malah Tzuyu?! Apa karena tubuh aku lebih berisi dari dia?! Karena aku lebih pendek dari dia?! Karena aku bukan seorang public figur kayak dia?! Apa karena aku nggak sesempurna di--"
Taehyung membungkam bibir Jennie menggunakan bibirnya. Matanya terbuka, menatap mata Jennie yang ternyata sudah terpejam. Melihat mata Jennie terpejam begitu, Taehyung lantas melesakkan lidahnya untuk masuk ke dalam mulut Jennie. Lenguhan Jennie terdengar kala Taehyung sedikit menggigit ujung bibir bawahnya.
Tangan Jennie merayap ke atas. Jemarinya bergerak perlahan meremas surai lebat berwarna kecoklatan milik si pria. Merasa oksigen di paru-parunya mulai menipis, Jennie kontan menepuk bahu Taehyung sebanyak dua kali.
Taehyung menjauhkan bibirnya dari bibir Jennie. Pria yang lahir di penghujung bulan Desember itu menempelkan dahinya pada dahi sang wanita. "Kamu sempurna, Jennie."
"Terus kenapa bukan aku? Kamu bisa kan gunain aku buat batalin perjodohan ini? Atau ...," Jennie menjauhkam dahinya dari dahi Taehyung. "Jangan-jangan aku cuma ngerasain semua ini sendiri?"
Taehyung menggeleng sembari meraih sebelah pipi Jennie. "Buk--"
"Iya! Aku cuma ngerasain ini sendiri! Aku tau itu! Taehyung kamu--akh! Aku ngerasa murahan banget tau nggak?!" Jennie menjerit. "Di saat semua wanita lain diperjuangin, aku malah merjuangin! Apa lagi, aku merjuangin orang kayak kamu Taehyung! Yang sana-sini disukai orang!"
Taehyung menggeleng. Entah kenapa, dadanya sesak sekali mendengar lontaran-lontaran menyakitkan Jennie untuk wanita itu sendiri. "Enggak! Kamu nggak murahan!"
"Terus kenapa bukan aku?!" Jeritan Jennie makin mengeras seiring amarahnya membuncah.
"Karena kita beda, Jennie!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
Fanfic[ON GOING] Bisa bayangkan ketika kamu mempunyai bos muda, tampan, kaya, mapan, seksi, dan bonusnya adalah seorang duda beranak satu? Itulah yang dirasakan oleh Ruby Jennie Catherine. Memiliki CEO seperti Anantha Taehyung Leonidas tidaklah mudah. Ap...