8. Perihal Restu
Jennie keluar dari dalam kamar kost lebih awal. Tidak, Jennie sedang tidak ingin menjelma sebagai pegawai rajin yang datang di pagi buta dan pulang saat jam di meja resepsionis berdentang keras. Hanya saja, Jennie sedang menghindari Kai. Sudah dibilang kan kalau Kai selalu mengantar-jemput Jennie selama dua minggu ini. Kemarin juga Kai ingin mengantar Jennie, namun Jennie memilih menghindar. Dia berangkat lebih awal dari para teman-temannya.
Tubuh Jennie diam mematung di ambang pintu ketika melihat mobil milik Kai. Takut ketahuan, Jennie memilih untuk mencari jalan menuju jalan raya melalui lorong-lorong perkampungan di dekat tempatnya mengekost. Tapi, sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak pada Jennie hari ini. Saat sedang berjalan mengendap-endap melewati salah satu lorong. Tangan Jennie justru ditarik oleh Kai.
"K-Kai? Lo ... ngapain di sini?" Jennie memainkan lidahnya di dalam mulut.
Kai menatap Jennie dengan mata menyipit curiga. "Lo lagi ngehindarin gue?"
Jennie mengeratkan pegangan tangannya pada tali tas selempang berwarna hijau army-nya. "Eng ... enggak! Siapa bilang gue jauhin lo?! Lagian ngapain juga gue jauhin lo?"
"Lo lagi jauhin gue. Gue tau," Kai melipat tangannya di depan dada.
Jennie rasa ... di sini banyak yang perlu diluruskan.
"Lo tau nggak gimana perasaan Seulgi ke elo?! Pernah nggak lo mikir sakitnya dia ketika lo justru ngejar-ngejar gue, sementara Seulgi mojok di kamar kost sambil nangisin lo?! Mikir! Lo nggak pernah tau perasaan sahabat yang udah nemenin lo dari zaman lo masih pake kolor abu-abu!" Jennie menatap Kai keki.
Kening Kai mengernyit bingung, "Maksud lo?"
"Seulgi suka sama lo, anjing!" teriak Jennie tertahan. Dia tentu tak mau membuat suara gaduh di tengah lorong perumahan.
Kai menggeleng tak percaya. Bibir tebal pria itu lantas mengeluarkan kekehan sinis. "Lo pasti bilang gini karena lo pengin ngejauhin gue dari lo 'kan?! Siapa yang nyuruh lo?! Pak Taehyung?!"
"Pak Taehyung nggak tau apa-apa! Lo jangan bawa-bawa dia dong!" Jennie sedikit mendorong dada Kai. Jennie tentu tidak rela jika Taehyung dibawa-bawa ke dalam permasalahan antara dia, Seulgi, dan Kai. Taehyung memang mengaku cemburu, namun pria itu tak pernah menyuruh Jennie untuk menjauhi Kai.
Kai tertawa sarkas, "Apa sih lebihnya Pak Taehyung dari gue?! Lo lebih milih dia karena dia lebih kaya?! Iya?! Gue baru tau, ternyata lo matre juga yah. Atau jangan-jangan ... sebenernya lo itu jual tubuh ke Pak Taehyung?"
PLAK!
Satu tamparan telak Jennie layangkan tepat di pipi kanan Kai. Amarah Jennie langsung tersulut mendengar penghinaan kejam seperti tadi. Jennie mengaku, dirinya memang sangat menggilai harta. Namun, tidak sampai menjual tubuhnya juga. "Berengsek!"
Wajah Kai masih menghadap samping, belum berubah sama sekali. Mungkin dia terkejut menerima tamparan keras dari Jennie. Tapi, Jennie bersumpah! Dia tidak menyesal telah menampar Kai! Dia justru ingin kembali melayangkan satu tamparan lagi. Sayangnya, Jennie tidak sekejam itu.
Lalu, tanpa berkata-kata lagi, Jennie segera berlari meninggalkan Kai sendirian di sana.
***
Jennie melamun sembari menunggu ribuan kertas yang akan lahir dari mesin photocopy di suatu ruangan khusus. Hanya ada dia sendiri di situ. Jennie takjub ketika menyadari hanya dialah yang berada di situ. Karena biasanya, jam-jam pagi menjelang siang begini banyak karyawan lain yang memphoto copy berkas.
"Ruby Jennie Catherine."
Lamunan Jennie buyar. Kepala wanita itu menoleh ke samping. Helaan napas berat keluar dari mulut dan hidungnya saat melihat sosok Tzuyulah yang berada di samping.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
Fiksi Penggemar[ON GOING] Bisa bayangkan ketika kamu mempunyai bos muda, tampan, kaya, mapan, seksi, dan bonusnya adalah seorang duda beranak satu? Itulah yang dirasakan oleh Ruby Jennie Catherine. Memiliki CEO seperti Anantha Taehyung Leonidas tidaklah mudah. Ap...