3. Benar Kata Ella, Taehyung Jahat
Pukul 06.05, mereka sampai di bandara yang terletak di kota Paris. Wajah suntuk, kesal, lelah, dan mengantuk bercampur menjadi satu menghiasi wajah para pekerja kantoran itu. Malas-malasan, mereka berjalan sembari membawa koper masing-masing.
Taehyung menatap Ella yang masih tidur di gendongannya. Dirinya dikenai rasa repot luar biasa ketika turun dari pesawat. Taehyung harus menggendong Ella, membawa dua koper, dan menjinjing satu tas. Para bawahannya tidak ada yang mau membantu, bahkan babby sitter Ella pun sedang sibuk-sibuknya mengurus peralatannya sendiri. Laknat memang.
"Pak." Suara lemas seorang wanita membuat Taehyung menengok.
"Jennie? Kenapa?" Taehyung menatap Jennie heran. Dia tentu tak mau berharap Jennie mau membawakan Ella agar dirinya lebih mudah mengurus semuanya.
"Saya bantuin sini," Jennie hendak meraih koper milik Taehyung dan Ella. Tapi, si pemilik mencegah dengan mencekal pergelangan tangannya.
"Kamu gendong Ella sama bawa tas ini aja. Biar saya yang bawa koper kamu sama koper Ella," Taehyung menyerahkan Ella dan tas berisi perlengkapan bocah usia 4 tahun itu pada Jennie.
Mereka berjalan berdampingan dengan Taehyung yang membawa dua koper besar dan satu koper kecil, sedangkan Jennie menggendong Ella sembari mencangklongkan dua tas sekaligus di bahu kanannya. Tampak serasi. Siapapun yang melihat mereka, pasti akan mengira kalau mereka adalah sepasang suami-istri yang dikaruniai satu bidadari cantik. Tidak semua sih, kan masih ada teman-teman Jennie. Mereka pasti akan menolak mentah-mentah jika ada orang yang berani berasumsi kalau Jennie adalah istri Taehyung.
Tetapi kendati demikian, mereka--teman-teman Jennie--tak bisa mengelak kalau Jennie dan Taehyung memang serasi jika berjalan berdampingan. Namun, tetap saja. Mereka tidak rela.
"Pak! Kita ke hotel naik taksi 'kan?!" tanya Jungkook semringah.
Taehyung mengangguk malas, "Iya."
"Lo yang bayarin 'kan?!" tambah Jimin.
Benar 'kan? Pegawai Taehyung itu tidak ada yang waras barang satupun. Mereka semua haus akan kegratisan. Tapi, tak apa. Uang Taehyung tak akan habis hanya dengan menyewakan taksi untuk pegawainya yang tak seberapa. Sultan memang beda.
"Iya, kalian mending berhentiin taksinya daripada buang-buang waktu," suruh Taehyung.
Jimin berlari bersama Sungjae untuk memberhentikan beberapa taksidi depan. Tidak mungkin 'kan kalau orang sebanyak 15 orang dewasa akan ditumpangkan pada satu taksi sekaligus? Yang ada nanti sampai hotel bukannya tidur, melainkan justru berpulang ke rahmatullah.
Sungjae tampak kembali masuk ke dalam setelah beberapa menit tadi di luar. "Pak! Saya dan Pak Jimin memberhentikan tujuh taksi! Muat 'kan?!"
Taehyung meringis. Sungjae berbicara terlalu keras hingga mengakibatkan dirinya dan yang lain sempat dilirik sinis. Taehyung mendesah dalam hati. Apakah para pegawainya itu tidak pernah diajarkan bagaimana cara beretika pada atasan?
"Ya udah, ayo kita cepet keluar!" Dia menggiring para anak buahnya. Bisa-bisa namanya jatuh jika Taehyung terus berada di sana.
***
Menjauh. Jennie merasakan Taehyung sedikit menjaga jarak dengannya ketika dirinya dan yang lain sudah singgah di hotel. Jennie merasa, dia tak pernah melakukan kesalahan apapun pada Taehyung. Lantas, kenapa Taehyung menjauh darinya? Apakah karena gerakan gegabah Jennie kemarin malam? Tapi, bukannya Taehyung tak pernah kembali menyinggung soal itu? Ini aneh.
Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Jennie dan kawan-kawannya hendak makan malam sekaligus bertemu dengan model baru mereka. Jennie duduk di antara Irene dan Jisoo. Ella duduk tepat di pangkuannya. Entah ada angin dari mana, gadis kecil itu tiba-tiba meminta disuapi Jennie. Sebagai calon Ibu yang baik, Jennie tentu tidak tega untuk menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss
Fanfiction[ON GOING] Bisa bayangkan ketika kamu mempunyai bos muda, tampan, kaya, mapan, seksi, dan bonusnya adalah seorang duda beranak satu? Itulah yang dirasakan oleh Ruby Jennie Catherine. Memiliki CEO seperti Anantha Taehyung Leonidas tidaklah mudah. Ap...