10 . REST

1.4K 198 64
                                    

"Woi bajingan! Siapa yang memberimu izin untuk membunuh Stain?!"

Deku menghela nafas panjang mendengarnya. Ia melirik sekitarnya yang juga menaruh atensi kepadanya. Sementara Shigaraki yang barusan bertanya semakin menggertakkan giginya.

"Shigaraki-senpai... Sebelumnya aku sudah bilang bukan? Kalau Stain-san tidak dibunuh, dia akan merepotkan sekali! Lagipula... Aku tidak butuh izin dari siapapun." gumam Deku diakhir kalimatnya. Tangannya sibuk mengaduk-aduk Bubble Tea yang sempat ia beli di Tokyo.

Shigaraki menggebrak meja di depannya, membuat suara dentuman dan mengeluarkan tekanan yang membuat semua orang seisi bar merinding.

Yah... Kecuali Deku yang sibuk me-review cita rasa minuman di depannya.

"Kau...!"

Kurogiri segera menahan bahu Shigaraki. Lalu, ia berdehem. "Deku-san... Apa kau ingat sebelumnya Giran-san bilang bahwa Tuan Stain memiliki bawahan yang anggotanya adalah para yakuza lama?"

"Ah... Empat orang tua itu? Tentu saja aku ingat, Kurogiri-san." jawab Deku sebelum menyedot Bubble Tea itu. "Lumayan enak juga..." gumamnya dengan mata berbinar.

"Tepat sekali. Karena mereka dikenal sangat menghormati Tuan Stain maka sudah dapat dipastikan mereka akan membalaskan dendam kepada kita dan itu akan mengganggu──"

"Berhenti bicara omong kosong seperti itu, Kurogiri-san." potong Deku sambil menoleh dan menatap Kurogiri yang sekarang balas menatapnya bingung.

"Ha'i...?"

"Maksudku, mereka yang sudah mati tidak akan bisa melakukan hal-hal konyol seperti dendam atau sebagainya."

Kalimat Deku membuat orang-orang disekitarnya memandangnya tidak mengerti. Begitu juga dengan Kurogiri dan Shigaraki.

"Apa maksudmu, Deku-san?"

Deku menghela nafasnya.

"Aku sudah bilang, kan? Mereka berempat sudah ku bunuh dari dulu." ucap Deku enteng.

Suasananya mendadak hening. Hanya terdengar suara Deku yang sedang menyedot Bubble Tea miliknya yang hampir habis. Lagi-lagi, Deku menggumamkan kata enak sambil tersenyum lebar.

Entah Deku menyadarinya atau tidak. Tapi, semua orang di dalam ruangan menatapnya kaget.

Hingga, Shigaraki menerobos Kurogiri dan berdiri dengan tangan mengepal di samping Deku.

"Kau... Bajingan gila! Mau sampai kapan kau mau bertindak seenaknya?!" bentak Shigaraki.

Kurogiri memegang bahunya. "Shigaraki..."

Shigaraki menepis tangan Kurogiri dari bahunya. Ia menggertakan gigi menahan amarah. "Diamlah! Bocah gila ini tidak akan berhenti kalau terus-terusan dimanja!"

Deku menghela nafas kesal.

Ah... Padahal suasana hatinya sedang bagus.

"Shigaraki-senpai... Karena aku selalu bersikap baik hati begini... Jangan-jangan kau sudah lupa posisimu sendiri. Tidak mungkin, kan?" tanya Deku. Kepalanya mendongak menatap Shigaraki.

Shigaraki muak mendengarnya. Ia yang tidak terbiasa dengan sikap 'menahan diri' langsung mengangkat tangannya. Ia berniat mencengkram mulut Deku dan mengubahnya menjadi batu.

Ternyata Deku benar. Shigaraki sepertinya memiliki masalah dengan kepalanya hingga bertindak tanpa pikir panjang.

"Deku-san!"

Deku bengun dari duduknya dengan wajah datar. Tatapannya lurus kearah Shigaraki yang sekarang terlilit aura hitam miliknya.

Ah... Benar-benar menggelikan melihat mulut Shigaraki terbungkam seperti sekarang.

SAVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang