[07]

436 70 14
                                    

Pertanyaan Jeno tadi pagi masih menggantung dipikiran Jisung. Dirinya membuka loker Haechan buat apa?

"Ck, gue hari ini berangkat pagi karena pengen nyari Renjun." Gumam Jisung.

"Seinget gue, gue gak nyentuh loker Haechan, lihat aja kaga pernah. Eh tapi... Kenapa tadi pagi gue ada dikantin bareng Jaemin?"

Jeongin memukul kepala Jisung pakai buku paket Sastra.

"Akh bangsat!" Desis Jisung pelan. "Apaan sih?" Tanyanya berbisik pada Jeongin yang disebelahnya. Didalam hati mah udah maki-maki kasar.

"Lo dipanggil pak Seungwoo anjir." Jisung melotot dan langsung berdiri dari duduknya.

"IYA SAYA PAK!!" Teriak Jisung.

Suasana kelas hening, semua perhatian tertuju ke Jisung. Begitu juga pak Seungwoo.
Han sama Chaeyeon yang asik lempar-lemparan bola kertas tetiba berhenti.

Dan Felix berucap tanpa bersuara ke Jisung "Lo ngapain?" Terlebih seperti itu.

"Kamu kenapa?" Tanya pak Seungwoo, Jeongin dari tadi udah nahan tawanya.

"Bapak tadi manggil saya kan? Saya Park Jisung." Ucap Jisung kikuk.

Semua anak dikelas mlongo. Jeongin udah tertawa keras sambil tangannya mukul-mukul lengan Felix.

"Kamu mengingau ya? Saya tidak manggil siapapun sejak tadi."

Jisung kaget, butuh waktu lama untuk sadar kalau ia sedang dikerjai.

"Ah iya pak, maaf." Ia malu, sangat malu. Didetik itu juga pengen banget nyumpahin teman sebangkunya, Jeongin. Tapi ia urungkan karena situasi.

Kepalanya masih nyut-nyut-tan gegara ditimpuk pakai buku paket, sekarang tambah dipermalukan dikelas. Untung Jisung sabar.









•|T R I C K Y|•


Hyunjin pusing. Karena arwah Haechan sejak tadi selalu mengikuti kemana ia pergi. Kecuali waktu ke kamar mandi.

Ia jadi tidak fokus praktek ya gara-gara Haechan. Bagaimana ia tidak emosi karena jiwa-jiwa jahil Haechan masih tertinggal, tentu Haechan berbuat kekacauan. Contohnya Haechan sengaja menyenggol tabung reaksi milik Hyunjin hingga pecah, memasukkan cairan ke sembarang campuran, untung Hyunjin masih bisa menahan diri.

Ia berada di lab untuk praktek di jam pelajaran Kimia tentunya.

Arwah Haechan daritadi melayang-layang mengitarinya sambil haha hihi tidak jelas. Telinga Hyunjin sampai capek mendengar tawanya itu.

"Lo mau apa sih Chan?" Desis Hyunjin pelan, Haechan berhenti dan melayang ke depan Hyunjin.

"Lo belum jawab pertanyaan gue waktu itu." Kening Hyunjin mengerut, pertanyaan yang mana?

"Yang lo bilang ada yang nyuruh dia buat dorong gue." Tunjuk Haechan ke Renjun dengan jas putih yang baru saja masuk lab.

Hyunjin tersenyum miring, Haechan yang melihatnya jadi merinding. Senyum Hyunjin lebih menyeramkan daripada wujud aslinya.

"Kalau gitu jawab dulu pertanyaan gue, kenapa lo ngrasuki Jisung tadi pagi?" Haechan melotot kaget.

"Lo tahu dari mana?" Hyunjin senyum tipis.

Bagaimana Hyunjin bisa tahu segalanya?

"Gue jadi curiga sama lo."

"Akhh!"

Seungmin tak sengaja menumpahkan cairan kimia buat prakteknya ke tangan Hyunjin, kebetulan Hyunjin tidak memakai sarung tangan alhasil rasa panas dan perih berhasil menyebar ke tangannya.

"Hyunjin..!!" Teriak Seungmin panik.

Hyunjin mengibas-ngibaskan tangannya guna untuk mengurangi rasa sakit. Dengan cepat Seungmin mengaliri tangan Hyunjin dengan air.

"Maaf, gue gak sengaja Jin. Astaga tangan lo jadi kebakar."

Hyunjin meringis kecil, tangannya merah melepuh. Kegiatan praktek jadi tertunda.

Dimana Haechan? Dia sudah melesat pergi.

"Ayo ke uks." Ajak Seungmin, Hyunjin menggeleng.

"Tangan lo perlu diobati biar gak makin parah."

"Gue bisa kesana sendiri."

Hyunjin melepas jas dan kacamata labnya. Seungmin ingin menyusul Hyunjin tapi ia melihat Renjun mendekati Hyunjin jadi ia mengurungkan niatnya.

Ia merutuki dirinya sendiri.

"Ceroboh banget sih lo Seungmin..." Gumamnya sambil menatap tabung reaksi miliknya yang kosong.

"Hyunjin!! Biar gue temeni!" Renjun berlari menyusul Hyujin. Untuk kali ini Hyunjin membiarkan seseorang berjalan menemaninya.

"Tangan lo semakin melepuh Jin, sakit gak?" Wah ingin sekali Hyunjin berteriak pada Renjun.

"Seperti yang lo lihat." Jawab Hyunjin datar.

"Ck Seungmin ceroboh banget." Hyunjin menghentikan langkahnya otomatis Renjun juga.

"Sejak kapan lo deket sama Seungmin?"

"Hah? Dia temen sebangku gue, mesti deket lah. Ayo woi cepet obati tangan lo!" Renjun menarik Hyunjin untuk jalan lagi.

Tangan Hyunjin sudah selesai di obati dan diperban oleh Renjun. Jago juga Renjun, pikir Hyunjin.

"Jangan menghindari pertanyaan gue lagi."

"Maksud lo apa?"

"Sejak kapan lo deket sama Seungmin?"

"Dia teman sebangku gue, tentu gue deket lah." Hyunjin memutar bola matanya malas, lagi-lagi jawaban itu Hyunjin butuh jawaban yang lebih spesifik.

"Kenapa lo tanya hubungan gue sama Seungmin? Lo ada masalah sama dia?" Hyunjin tertawa sarkas mendengar Renjun melontar pertanyaan yang konyol menurut nya.

"Lo pintar. Tapi lo gampang banget dibohongi ya Njun." Renjun bingung, apa maksudnya?

"Masih pura-pura bodoh? Lo sendiri rela ngorbanin sahabat baik lo, demi dia! Lo sekarang berubah jadi pembunuh... Sadar Huang Renjun!! Sadar!!" Renjun membisu. Perkataan Hyunjin berhasil menamparnya.

"Kasihan Haechan, dia benci sama lo tapi dia masih anggep lo sahabatnya walaupun lo udah bunuh dia di rooftop waktu itu."

Pintu uks terbuka kasar, menampakkan seseorang dengan emosinya.

BUGHHH BUGH

"APA APAAN INI RENJUN!!"

BUGHH

"Sekarang bilang, apa yang dikatakan Hyunjin itu gak bener kan hah?!"

"Kak Changbin stop!"

Seo Changbin.

Orang yang baru saja masuk dan melayangkan tinjunya ke rahang Renjun.

"Lo diem? Berarti bener? Lo udah gila!!" Changbin mendorong Renjun ke dinding uks, tenaga Changbin nggak main-main. Darah segar mengalir disudut bibir Renjun.

Jadi Changbin daritadi menguping pembicaraan nya dengan Hyunjin.
Hyunjin sendiri pun tidak tahu.

Ah bukan Changbin saja, sejak tadi ada orang yang memantau peristiwa ini dimulai melalui ponselnya. Tidak sia-sia dia memasang cctv kecil di uks.

"Orang yang mendahulukan emosi bakal mati dengan cepat, Kak Changbin tunggu aja hahaha."

"TRICKY" | StraykidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang