"A-apa yang u-dah gu-gue lakuin?"
Seorang lelaki meracau takut, dirasa tangannya bergetar hebat saat memegang stir sebuah truk.
Matanya berkaca-kaca ketika melihat pemandangan didepannya, orang yang bersimpah darah tak berdaya dan disampingnya ada orang yang menangis tersedu sesekali berteriak.
Ah sial, ia telah menabrak seseorang.
"Kak Serim..!! Bangun kak! Hiks tolong!! Kak!!" Teriakan itu sampai ditelinganya, tubuhnya menegang disaat ada banyak orang yang mendekat untuk menolong mereka.
Tangannya masih bergetar, ia memaksakan tangannya untuk bergerak menyalakan mesin truk. Dengan cepat ia menancap gas dan pergi meninggalkan situasi ini.
Lelaki itu semakin panik, mobil polisi mengejarnya dibelakang. Ah cepat sekali polisi itu datang, pikirnya. Ia kehabisan ide untuk melarikan diri karena hal yang baru saja dilakukannya membuatnya terguncang sendiri. Kemana dirinya harus kabur?
Impiannya untuk murid berprestasi telah hancur, bagaimana tidak? Sekarang dirinya akan terkenal menjadi buronan dengan kasus tabrak lari. Korbannya merupakan kakak dari temannya sendiri.
Pikirannya sedang kacau untuk memikirkan semua itu.Ia sesekali melirik ke kaca spion truk, rupanya mobil polisi itu masih mengejarnya. Dengan cemas ia pun membelokkan truk nya asal-asalan dan semakin mempercepat lajunya, cukup beruntung karena ia bisa menyetir truk dengan baik, baginya menyetir kendaraan adalah game saja, cukup gila.
"Jisung.. maafin gue." Batinnya.
Tidak ada lagi bunyi sirine mobil polisi. Mobil polisi sudah tidak terlihat di belakang nya. Lelaki itu langsung memberhentikan truknya di pinggir jalanan yang sepi.
Ketika turun, tiba-tiba seseorang menariknya menjauh dari sana.
Dan ya! Polisi berhasil sampai dan mulai memeriksa truknya. Namun mereka menemukan seseorang tak sadarkan diri di bangku pengemudi.
Seperti teman-temannya, ternyata polisi juga gampang dibodohi. Polisi telah menangkap orang yang salah, mereka tidak tahu saja seseorang telah menukar sang pengemudi truk. Dari kejauhan lelaki itu tersenyum senang, melihat polisi membawa orang yang tak sadar itu.
Disampingnya, pengemudi truk yang asli tadi tengah menunduk cemas, ia tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Pundaknya diremat oleh orang yang tadi menariknya menjauh.
Ia meringis sakit dan menoleh padanya.
"Lo udah buat kesalahan Huang Renjun, kali ini gue yang bakal turun tangan."
•|T R I C K Y|•
Jisung mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Minho berkali-kali sudah menenangkan nya, tapi nihil Jisung tidak bisa tenang. Bagaimana dia bisa tenang jika keadaan kakaknya seperti ini?
"Bagaimana keadaan kak Serim?" Jeno datang menghampiri mereka sambil mendorong kursi roda Jaemin.
"Belum dapat hasil apa-apa." Minho yang menjawab sedangkan Jisung masih berdiri cemas.
Serim terbaring di ruang operasi karena luka di bagian kepalanya begitu parah. Jisung sampai takut dan menangis melihat kepala Serim yang hampir pecah karena kecelakaan.
Jisung frustasi, ia pun pergi meninggalkan ruang operasi. Minho, Jaemin, dan Jeno yang disana menatap khawatir Jisung yang pergi menjauh. Mereka membiarkan Jisung pergi untuk menenangkan diri.
Pikiran Jisung hanya fokus pada kakaknya, Serim. Bulir bening mulai berjatuhan dari matanya yang sembab.
"Kenapa lo harus hiks nyelamatin gue kak? Seharusnya lo biarin gue yang tertabrak. Hiks ya Tuhan.. tolong selamatkan kak Serim.." Gumam Jisung disela tangisannya.
Ia terlalu asik menangis hingga tak menyadari ada orang yang mendekatinya dibelakang. Jisung pingsan di tempat tatkala orang itu memukul belakang kepalanya kuat-kuat dan membawanya keluar rumah sakit.
Hal pertama yang masuk kedalam indra penciumannya adalah bau anyir. Jisung baru saja sadar dari pingsannya, posisinya duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kakinya terikat. Mulutnya juga ikut di bungkam dengan lakban.
Ia mencoba melepaskannya. Nihil, ikatannya terlalu kuat. Keadaan sekitarnya minim cahaya, padahal seingatnya hari masih siang.
Ugh bau anyir ini membuatnya semakin pusing. Ia sama sekali tidak bisa mengenali ruangan apa ini. Hingga lampu menyala dan menampakkan pemandangan yang menyeramkan didepannya.
"Eung.!! Eunggg!!" Jisung meronta hebat di kursinya dan mencoba berteriak.
Mayat Renjun tergeletak didepannya dengan banyak luka tusuk dibagian perut, inilah penyebab timbulnya bau anyir.
"Hai Jisung, udah siap mati?"
Seseorang muncul dari belakang dan berjalan santai ke arah mayat Renjun. Jisung terkejut setengah mati melihat orang itu.
"Dia udah ngelakuin kesalahan besar. Inilah akibatnya." Ditendangnya mayat Renjun mendekat ke arah Jisung.
Mata Jisung kembali ber air melihat keadaan temannya begitu mengenaskan.
"Oh ya, lo mau tahu apa kesalahannya? Kesalahan dia adalah gagal bunuh lo, ck malah kakak lo berlagak sok pahlawan. Kesel gue jadinya! Ah tenang aja kakak pahlawan lo bakal mati bentar lagi. Dia sedang koma kan? Jadi mudah buat bunuh dia." Katanya sambil tertawa sarkas menatap Jisung.
"Hemm gue kasih kesempatan buat lo ngucapin kata-kata terakhir." Orang itu melepas kasar lakban yang tertempel di mulut Jisung.
"JANGAN SENTUH KAKAK GUE BANGSAT!"
"Ohoo be calm Park Jisung, gue kasih lo kesempatan buat bicara kata-kata terakhir. Bukan mengumpat kayak gitu."
"Gue gak nyangka lo bakal berbuat gini.. DIMANA HATI LO?!" Jisung berteriak marah pada nya. "Gue kecewa sama lo.."
"Hati gue udah mati, gak guna lo bicara soal hati ke gue." Orang itu mendekatkan wajahnya ke Jisung. "Lebih baik lo sekarang pilih, ingin mati seperti apa?"
Jisung merasakan takut yang luar biasa, dirinya belum siap untuk mati. Bahkan ia belum tahu bagaimana keadaan kakaknya. Tidak! Bukan waktunya Jisung untuk takut sekarang. Ia harus meminta penjelasan!
"Lo takut? Hahaha lo udah buat salah dan lo akan mati sekarang. So simple right?" Senyuman miring itu buat Jisung semakin takut. "Dan kesalahan lo adalah udah nyurigai gue. Terpaksa gue harus bunuh lo dengan tangan gue sendiri, baru kakak lo."
"GAK BAKAL GUE BIARIN LO NYENTUH KAKAK GUE!! DAN LO BAKAL TAHU AKI-
DORR
Jisung tertembak tepat di jantungnya. Ia perlahan melemas dan kehilangan kesadaran bahkan nyawa.
"Ck banyak omong!"
"Yahh padahal gue berharap lihat lo bunuh dia pakai pisau. Gak seru kalau sekali bunuh langsung mati kayak gini." Ucap seseorang yang daritadi hanya melihat adegan ekstrim ini di pojok ruangan yang tidak disadari Jisung sebelumnya. "Tapi.. anak bodoh macam dia emang pantas mati."
Dua orang itu tertawa puas dengan apa hasil kerja mereka.
"Kerja bagus! Gak salah gue milih lo."
Ups
Please, be a good readers ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
"TRICKY" | Straykids
Fanfiction"Udah gue bilang jangan percaya sama mereka!" -Hj Ft nct dream