"Ngomong apa sih lo Jeongmppph!"
"Kenapa lo ngincar Jisung hah?! Kenapa lo bunuh teman-teman kita?"
Felix melotot tak terima dan melepaskan bekapan Jeongin.
"Maksud lo apa nuduh-nuduh gue?!" Jeongin hendak menyudutkan Felix lagi, tapi Felix menangkisnya. "Apa-apaan lo?!"
"Terus ngapain lo kesini?"
PRANGGG
Jeongin terkejut dan langsung buru-buru menggedor pintu rumah Han, diikuti Felix. Mereka berdua nampak cemas mendengar bunyi pecahan dari dalam rumah Han.
"SUNG!! HAN JISUNG!!!"
"WOI TUPAI!! LO GAPAPA? ADA APA?"
Pintu rumah Han dibuka, buat Jeongin dan Felix jatuh terjerembab kedepan.
"Loh kalian?"
Suara Seungmin menginstrupsi mereka berdua. Seungmin lah yang membuka pintu rumah Han.
Jeongin langsung buru-buru masuk ke dalam."HAN! Lo-"
"Jeongin, lo kesini?" Terlihat Han nyengir kecil sambil memunguti pecahan piring di lantai.
Sebenarnya Jeongin ingin marah, sebelumnya ia begitu khawatir eh malah jadinya seperti ini. "Felix juga?! Ini pada ngapain sih?"
Karena merasa tak mendapat jawaban Han pun bersuara, "Duh piring cantik gue huhu."
"Gue kesini mau pamit sama lo, Han. Eh si Jeongin dateng-dateng nyeruduk gue." Kata Felix sambil memberi tatapan tajam ke Jeongin.
"Ya gue takutnya lo mau bunuh Han, karena Hyunjin tadi nelpon gue. Bilang kalau pembunuhnya itu ngincar dia!" Tunjuk Jeongin ke Han. "Maaf Lix, udah nuduh lo.."
"Pembunuh?" Seungmin bersuara sambil mendekati mereka, Jeongin mengangguk. "Lo pamit mau kemana?"
"Gue mau ke Aussie sama keluarga, nenek gue lagi sakit disana. Malam ini juga gue terbangnya. Hp gue hilang, makanya gue nekat kesini buat ngabarin selaku rumah Han deket sama gue."
"Gws ya buat nenek lo." Seungmin menepuk pundak Felix pelan.
"Bawain gue kanguru kesini, mau gue pelihara."
"Teman gak ada akhlak nih kek gini!" Jeongin menggeplak kepala Han.
"Gws ya Lix!"
"Yang sakit neneknya tolol!"
"Eh iya Gws ya nenek Felix."
"Makasih guys, dah ya gue pamit. Tolong infoin yang lain kalau ada yang nyari gue. Goodbye!"
Setelah kepergian Felix, Seungmin pun ikut berpamitan juga. Karena dia ke rumah Jisung hanya ingin meminjam buku catatannya. Kini hanya tinggal Jeongin yang berniat ingin meninap.
"Ngopi kuy! ini khas buatan gue." Han datang sambil membawa dua gelas kopi susu untuk Jeongin.
Jeongin masih rebahan diatas sofa dan bergumam malas. "Yaudah kalau gamau, semua buat gue aja."
"Hemm." Han menyeruput habis kopi miliknya dan juga milik Jeongin.
Jeongin terima saja, karena dia sedang malas untuk ngapa-ngapain. Sampai lupa untuk mengabari Hyunjin yang begitu khawatir padanya.
Malam tiba, Jeongin tertidur pulas di sofa. Sedangkan Han mulai merasa gelisah diatas kasurnya. Dia memegangi tenggorokan nya yang terasa panas sampai bernafas pun susah.
Tubuhnya bergetar hebat diatas kasur, ia ingin minta tolong ke Jeongin. Namun apa dayanya, Han sungguh lemas untuk bangkit dari ranjang."Jeonghh.. Jeong..in.."
Tubuhnya pun terjatuh dibawah ranjang. Penglihatannya mulai kabur dan nafasnya terhenti.
Han Jisung sudah tak bernyawa.
•| T R I C K Y|•
BRAKKKKK
Hyunjin memukul meja dengan kuat, matanya memerah dan berair. Tentu saja, ia baru saja pulang dari pemakaman temannya, Han.
"Hyunjin, tenang dulu.. ini udah takdirnya Han." Seseorang menenangkan Hyunjin yang sedang emosi dan bercampur sedih padahal dirinya sendiri juga merasakan emosi yang memuncak, namun ia harus menahannya dan menenangkan Hyunjin terlebih dahulu.
"Gak kak! Gue gak bisa diem aja kayak gini, dia bisa berbuat lebih jauh kalau gue diem aja. Dia bisa membunuh teman gue yang tersisa!!" Orang itu menatap sendu ke arah Hyunjin, ia juga berfikir keras bagaimana caranya ia bisa mengungkap dan mencari bukti untuk bisa menangkapnya.
"Padahal gue tahu siapa pelakunya, tapi kenapa gue gak bisa ungkap kejahatan mereka!" Pekik Hyunjin emosi.
"Mereka? Maksud lo pelakunya lebih dari satu Jin?"
Ketika Hyunjin hendak menjawab, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Orang yang tadi berbicara dengan Hyunjin buru-buru lari untuk sembunyi.
Tidak boleh ada yang tahu kalau dia masih hidup.
Pintu dibuka, menampakkan Minho dengan penampilan berantakan sama seperti Hyunjin. Wajar saja, mereka baru saja kehilangan seorang teman.
"Yo Hyunjin! Ayo makan bareng."
Hyunjin tersenyum kecil, beruntung rasa duka Minho bisa ia kendalikan. Saat ini mereka berdua sedang menikmati makanan mereka.
"Kira-kira siapa yang meracuni Han?"
"Dari cerita Jeongin, sebelumnya Han minum kopi buatannya sendiri. Dan setelah diselidiki yang benar saja, itu racun yang diracik dicampur dengan kopi. Beruntung Jeongin tidak ikut meminumnya." Jelas Hyunjin.
"Waktu itu siapa aja yang kerumah Han?"
"Jeongin, Felix, dan juga Seungmin.."
"Ah Seungmin ya..." Entah kenapa Minho jadi mencurigai Seungmin. Tapi kenapa? Kenapa dia melakukan itu?
Atau pelakunya bukan Seungmin? Ah Minho frustasi. Ia bingung harus percaya siapa. Semua mencurigakan dimatanya, tentu kecuali Hyunjin.
Bunyi notifikasi terdengar bersamaan dari handphone Minho dan Hyunjin. Mereka sama-sama membuka chat grup yang muncul di pop up.
Asrama pria (6)
Han meninggalkan grup
Felix
Yah berkurang satu..
Nanti siapa lagi
yang bakal matiMinho
Jaga omongan lo!Felix
Gue bilang kenyataan.
Lagian, gue juga kepo
siapa yang selanjutnyaSeungmin
Lo kelewat batas Lix!
Kita lagi berdukaFelix
Haha
Kepo doang apa salahnyaBangchan
Lee Felix?! Lo kenapa sih?
Lo bikin emosi tau gakSeungmin
Lo berubahFelix
NopeHyunjin
Gimana kalau lo sendiri yang
bakal mati?Disisi lain, Jeongin meremat handphone nya, bukan karena takut tapi terkejut.
"B-bukannya handphone Felix hilang?" Monolog Jeongin sambil menyimak pesan yang terkirim dari Felix yang cukup buat orang emosi. Ia ingat waktu di rumah Han, Felix berpamitan dan bilang kalau handphone nya hilang.
Ia sungguh curiga pada Felix sejak awal. Buktinya, Woojin meninggal setelah bertemu dengan Felix di caffe sebelumnya.
Tapi benarkah?
Chenle, Haechan, kak Changbin, Renjun, Jisung, Han... Siapa pembunuh kalian?
Ayo berkonspirasi ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
"TRICKY" | Straykids
Fanfiction"Udah gue bilang jangan percaya sama mereka!" -Hj Ft nct dream