18. Beda

9 4 0
                                    

Pagi telah tiba. Darra duduk di tepi ranjang, sementara Elang masih tertidur pulas sambil memeluk guling.

Darra termenung saat tiba-tiba teringat dengan sosok yang sangat dia cintai, Daniel. Semakin Darra mengingat Daniel, semakin sesak pula dadanya. Darra merasa seperti menjadi tokoh antagonis dalam sebuah cerita. Darra telah menghianati cinta orang yang baik. Tapi ini semua bukan kemauan Darra. Rasanya kepala dan hati Darra beradu dan bercampur menjadi satu. Segala pikiran, gelisah, gundah, semuanya ada di otak Darra.

Kadang emang bener ya, pada dasarnya dunia ini gak ada yang abadi dan semua orang akan berubah seiring dengan dunianya masing-masing. Entah kenapa seiring berjalannya waktu perasaannya semakin sakit. Hidupnya seolah berat buat bertahan.

Air mata Darra tiba-tiba menetes. Membayangkan kenapa kisah cintanya serumit ini. Dia benci perjodohan sialan ini. Jika saja dia bisa hidup bersama dengan Daniel pasti Darra akan merasa sangat beruntung di dunia.

"Dar."

Darra segera mengusap tetesan air matanya dan menoleh pada Elang yang ternyata sudah bangun dan duduk di sampingnya.

"Lo nangis?" tanya Elang.

Darra diam.

"Kalo ada apa-apa cerita sama gue."

Darra menatap Elang intens, "Waktu itu lo bilang, kita mau ngejalanin rencana kita buat batalin perjodohan ini, tapi apa?"

Elang seketika menengang, ternyata Darra ingat.

*Elang menjelaskan secara detail susunan rencananya. Mulai dari sandiwara mereka yang berpura-pura seolah menjadi pasangan yang sangat romantis (ini berlaku hanya di hadapan orang tua mereka saja), setelah itu mereka akan membuat skenario seolah-olah ada masalah besar yang membuat mereka tidak bisa saling bersama. Oleh karena itu, rencana ini akan memudahkan mereka untuk membatalkan perjodohan ini.* (ada di part 7).

"Gue selama ini diam karena gue mau buktiin semua ucapan lo. Lo bilang lo gak mau sama gue. Tapi kenapa lo terusin perjodohan ini?" tambah Darra lagi.

Darra kembali teringat kata-kata Elang tempo lalu.

"Gue kira yang bakal jadi calon jodoh gue itu cantik, seksi, lemah lembut. Eh kalo gue tau modelannya kayak lo, tau gitu gue tolak dari awal."

Elang menatap Darra yang tidak bisa Darra mengerti. Sementara hati Darra terus sakit ketika dia melihat Elang. Karena dengan melihat tatapan mata Elang seolah di sana ada Daniel yang sedang menatapnya juga.

"Karena suatu alasan yang gak akan pernah lo ngerti Dar" -batin Elang.

"Karena gue sayang sama lo." tapi ini adalah jawaban Elang.

Darra tertawa hambar dan kembali mengeluarkan bulir air mata, "Gak segampang itu rasa sayang hadir Lang. Gue cinta sama Daniel. Gue benci perjodohan ini. Dan gue benci sama lo!"

Daniel lagi. Elang benci mendengar nama Daniel.

"Ini semua bukan sepenuhnya kesalahan gue. Siapa suruh lo diem aja. Kalo lo sayang sama Daniel berjuang lah."

"Tapi udah terlambat."

"Lo tau itu terlambat tapi lo tetep nyalahin gue, bego."

Bego Elang bilang? iya, Darra memang bego. Darra bego yang mau-mau saja menerima perjodohan gila ini. Harusnya dari awal Darra menolak dan memberi pengertian kepada Indra dan Maya, mungkin mereka akan mengerti. Tapi apa daya, ini semua sudah terlanjur dan terlambat. Waktu gak akan bisa ngerubah keadaan.

"Iya. Gue emang bego."

"Bagus kalo lo nyadar." ucap Elang seraya pergi ke luar sambil mengambil konci mobil. Entah mau kemana pria itu.

DARRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang