22. Sudah Baikan

18 3 0
                                    

Matahari mulai menampakan sinarnya, cahayanya menyingsing menembus tirai kamar Darra. Darra tersentak kaget karena saat pertamakali dia bangun, hal yang pertama Darra lihat adalah wajah polos Elang. Tak lupa tangan kekar pria itu bertengger sempurna pada pinggang polos Darra. Hembusan nafas yang hangat dan teratur menyapa Darra pagi itu.

Dengan gerakan cepat Darra segera mendorong tubuh Elang sekencang-kencangnya.

"Awhh.. " ringis Elang yang terjatuh tepat di lantai sambil mengelus sikutnya.

"Lo ngapain bisa dikamar gue?!" tanya Darra masih dengan wajah terkejutnya.

Elang bangkit berdiri lalu duduk di tepi kasur dan menatap Darra lekat, "Emang ada larangan buat gue masuk kamar lo? enggak kan?"

"Kalo gue yang larang gimana?" tanya Darra menantangi.

Elang tersenyum miring, "Lo gak ada hak ngelarang gue. Karena gue ini suami lo."

Ceklek,

Suara pintu yang terbuka membuat Darra dan Elang otomatis menoleh, dan mendapati Maya yang sedang tersenyum menghampiri mereka berdua.

"Eh anak dan mantu Mama udah bangun."

Elang terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Hehehe iya Ma."

"Yaudah, kalian berdua bersih-bersih sana, nanti kita sarapan bareng-bareng." ucap Maya dan langsung di angguki mereka berdua dan Maya segera turun kebawah.

Tanpa adanya perdebatan lagi, Darra yang lebih dulu masuk kedalam toilet, sementara Elang menghebuskan nafasnya kasar.

Tiba-tiba, bunyi deringan ponsel yang berasal dari atas nakas menarik perhatian Elang, dengan segera Elang membuka ponsel Darra, untung tidak di password.

Akas
Hari ini lo ada acara?

Elang mengernyitkan alisnya bingung. Akas? Elang seperti tidak asing mendengar namanya. Dengan gerakan cepat Elang segera mengetik sesuatu balasan disana dan tak lama ketika pesan itu terkirim Elang segera menghapusnya.

***

Sepulang dari rumah Maya, Darra dan Elang sepakat kembali ke apartment lagi. Mereka berdua tadi sudah menjelaskan perihal masalahnya kepada orang tua Darra. Hal yang membuat Darra kesal setengah mati adalah Maya dan Indra seperti mendukung niat Elang, sementara disini dirinya belum siap. Tapi apalah daya, orang tua mereka ingin cepat-cepat mempunyai cucu.

Hubungan Darra dan Elang sudah membaik, itu juga mereka dipaksa baikan oleh Maya tadi, tapi setidaknya mereka berdua sudah tidak melakukan perang dingin lagi. Dan sesampainya di apartment Darra meminta izin untuk pergi ke supermarket disebrang jalan apartment nya untuk membeli kebutuhan dapur yang sudah habis. Awalnya Elang ingin mengantarkan Darra, namun Darra menolak dengan alasan tempatnya dekat dan dia masih bisa pergi sendiri dengan berjalan kaki.

Sesampainya Darra disana, dia segera mengambil bahan-bahan yang sekiranya dibutuhkan, lalu dia segera berjalan menuju kasir. Darra berjalan gontai setelah keluar dari supermarket, cuaca sore kali ini cukup cerah, seolah matahari tidak mau terlalu cepat untuk tenggelam.

Brak

Darra tersentak kaget saat barang belanjaannya jatuh berserakan, seseorang telah menabrak bahu Darra. Darra segera jongkok dan mulai memunguti belanjaannya, tapi yang orang tadi menabrak Darra juga melakukan hal yang sama sehingga tangan mereka berdua saling bersentuhan.

Pandangan Darra menatap orang itu, "Akas?!"

Akas yang tersadar bahwa orang yang tak sengaja ia tabrak adalah Darra langsung terkejut, "Loh, Darra?" katanya lalu segera mengambil belanjaan Darra untuk dimasukan kedalam kantung belanjaan.

DARRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang