8

14.2K 176 3
                                    


Suara dering ponsel memecah kesadaran seorang perempuan. ia hanya melirik sekilas ponsel yang berada digenggamannya, lalu beralih menatap kedepan.

tidak berapa lama, lagi-lagi ponsel itu kembali berbunyi dengan nama yang masih sama. seolah terganggu oleh suara ponsel yang berbunyi terus-menerus, perempuan tersebut pun mengangkat panggilan telepon tersebut.

"sayang, akhirnya kamu mengangkatnya juga.. jangan bikin aku khawatir Sher. kamu dimana sekarang?" Tanya suara dari sebrang telepon.

Sheryll hanya diam tidak menanggapi "Sayang? kamu sedang ada dimana hm? Aku akan menceritakan semuanya." ujarnya lembut.

"Sher apakah kamu masih ada disitu?" Tanyanya, karena Sheryll tidak menanggapi.

"Hm."

"katakan, kamu dimana sekarang."

"Taman Bougenville."

Tit

Sheryll langsung memutus panggilan telepon, tanpa menunggu jawaban dari Max.

Ia masih sangat kecewa kepada max, mau-maunya Max dipeluk oleh perempuan lain. Pacar mana yang tidak cemburu melihat kekasihnya dipeluk oleh perempuan lain? apalagi salah satunya menerima saja. itulah yang dirasakan Sheryll. marah, kesal, kecewa. campur aduk.

Tidak beberapa lama, Max muncul dengan muka lelahnya. terbukti dari keringat yang membanjiri keningnya.

Sheryll merasakan ada orang yang tengah berjongkok didepannya, dengan tangan yang menyentuh lututnya.

Sheryll mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. dialah orang yang mengecewakannya beberapa jam tadi.

"Sayang... maaf, sungguh itu tidak seperti yang kamu lihat." ucapnya.

Sheryll mengalihkan pandangan, masih enggan menatap sosok yang tengah berjongkok didepannya.

"dia bukan siapa-siapaku sayang, apalagi seperti yang kamu bilang tadi. dia bukan pacar baruku. kamulah pacar satu-satunya yang aku punya."

Jeda beberapa detik sebelum max melanjutkan ucapannya. "Aku tau apa yang tengah kamu pikirkan sekarang, pasti kamu mengira aku mau-mau saja dipeluk olehnya. sungguh sayang tidak seperti itu... semalam kamu bilang ingin kekantor ku dulu sebelum berangkat kuliah, jadi kukira yang memelukku tiba-tiba itu kamu. jadi aku membiarkan kamu memelukku. tapi aku kaget tiba-tiba ada suara barang jatuh lalu aku membalikkan tubuhku dan ternyata yang sedang berdiri di pintu masuk itu kamu, aku tidak bisa berfikir saat itu juga. aku takut sher, aku takut kamu salah paham... maafkan aku." ucap Max dengan memegang tangan Sheryll.

"Lalu siapa perempuan itu?" tanya Sheryll yang kini balas menatap Max.

"Dia sekretaris ku."

"Bukankah Axel yang menjadi sekretaris mu?" sahut Sheryll.

"Dia sekretaris ku yang baru, sayang"

Flashback

"Axel keruangan ku sekarang." ujar Max lewat telepon.

"Baik pak saya akan segera kesana." sahut axel sekretaris max.

Tok tok tok

"Ya masuk." ucap Max menyahuti dari dalam.

"Ada apa bapak memanggil saya?"

"Mulai besok kau dipindah tugaskan dicabang kantor untuk sementara waktu. Jadi carikan aku pengganti mu secepatnya." Jawab Max.

"Baik pak." ujar Axel menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kau boleh pergi."

Flashback off

"Kenapa dia tiba-tiba memelukmu?"

"Dia bilang, dia terlalu bahagia diterima dikantorku. sampai refleks memelukku, sayang"

Flashback
[kejadian beberapa jam tadi]

"Kau tidak punya sopan santun hah! masuk keruangan bos lalu memeluk seenakmu. kau pikir kau siapa?!" Ujar Max dengan suara meninggi dan membentak, sampai karyawan yang berada dilantai 15 kaget dengan suara Max.

Seseorang yang dibentak oleh bosnya hanya menundukkan kepalanya. "Ma... maafkan saya pak." cicitnya pelan.

"Kau masih baru disini sudah membuat ulah saja. tidak punya sopan santun memeluk atasanmu!" Max menatap tajam, perempuan yang ada didepannya.

"Ma.. maaf pak, saya terlalu bahagia diterima dikantor yang besar ini. sampai refleks memeluk bapak."

"Gara-gara kau kekasih ku pasti salah paham. ku peringatkan! jangan sampai kau ulangi lagi. kalau kau mengulanginya lagi akan ku pecat saat itu juga."

"Baik saya mengerti, terimakasih pak."

Max segera berlalu dari hadapan sekretaris barunya.

Flashback off

"Sekarang maafkan aku ya." sambil menangkup wajah Sheryll dengan kedua tangan.

"Seharusnya kamu melihat dulu siapa yang tengah memelukmu." jawab Sheryll mencubit pinggang Max.

"Awshh... kenapa dicubit sih sayang" ucap Max, mengelus pinggangnya yang terasa panas.

"Rasakan."

"Jadi, kamu sudah memaafkanku kan?" tanya Max seraya menaik-turunkan kedua alisnya menggoda.

Sheryll mengangkat alisnya sebelah. "Maunya bagaimana?"

"Haha, terimakasih sayang. baiklah Ayo aku antarkan kamu pulang." Max bangkit dari jongkoknya sambil mengulurkan tangan kehadapan Sheryll.

***

Maaf ya cuma up dikit, soalnya idenya udh mentok sampe sini doang. Kalo kepanjangan bakalan gak nyambung.

Vote sama spam next ya itu ngebantu bgt bikin aku semangat nulis😊

The Promise of LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang