Jemy mengernyitkan dahinya bingung, ia menatap Kakaknya bertanya meminta jawaban siapa gerangan pagi-pagi yang datang bertamu ke rumah mereka. Tadi Kakaknya menghampirinya dikamar dan mengatakan ada seseorang yang mencarinya.Lussy mengangkat bahu, tanda ia tak tahu menahu orang itu.
Jemy melangkahkan kakinya menuruni tangga. ia celingukan memandang sekitar, lalu bertanya kepada pelayan yang sedang melintas. pelayan itu menunjuk kearah kursi depan biasanya untuk tamu yang sungkan diajak masuk. Jemy tersenyum lalu mengucapkan terimakasih.
Tubuhnya langsung membawanya kearah sosok yang terlihat sedang menunggunya. Jemy memincingkan matanya melihat tubuh seseorang itu dari belakang seperti tidak asing, pikirnya.
Hampir mendekati sosok itu, orang di depannya menoleh memberikan senyum sumringah. Langkah kaki Jemy pun seketika terhenti, matanya membola melihat sosok didepannya yang tidak ia duga-duga datang kerumahnya.
Dengan langkah pelan, Jemy melanjutkan langkahnya mendekati orang itu lalu duduk di kursi sebelahnya. Jemy hanya diam bergeming menatap kearah depan.
"Hai, apa kabar?" ujar orang disebelahnya.
Jemy menoleh menatap orang itu, dari netranya bisa dilihat orang itu menatapnya dengan sendu. "Baik, bagaimana denganmu?"
Orang itu tersenyum miris mendengar jawaban Jemy. "I'm not okay."
"Aku tidak bisa baik-baik saja, sedangkan kamu tidak ada kabar selama satu bulan ini." lirihnya.
Jemy hanya diam bergeming, pandangannya beralih memandang objek di depannya dengan tatapan kosong.
Orang itu tampak menghela nafas, "Honestly say... mengapa kamu tidak pernah membalas pesan-pesan ku Jem? bahkan kamu juga mengabaikan panggilan teleponku. did I do something wrong? why did you change?"
"Sorry for that-" belum sempat Jemy menyelesaikan kalimatnya.
"Apakah kamu sudah menemukan pengganti ku Jem? karena aku merasa sudah tidak dibutuhkan lagi."
Jemy menarik nafasnya. "Vik... maaf telah mengabaikan semua pesan-pesan dan panggilanmu. untuk itu aku benar-benar minta maaf."
"Sejujurnya aku menghilang karena aku sadar kita tidak bisa selamanya seperti ini Vik." Jemy menatap ke arah bawah dengan tatapan kosongnya, entah apa yang sedang ia pikirkan. Tetapi, ia benar-benar merasakan hal yang berbeda setelah bertemu lagi dengan Viko sekarang. Perasaan yang tidak menggebu-gebu seperti dahulu.
(Viko teman Gay nya Jemy)
Viko memusatkan perhatian penuh pada Jemy dengan pandangan penuh tanya, Walaupun orang di sebelahnya tengah tidak menatapnya. "Ada apa sebenarnya Jem? apa kamu berniat mangakhiri status kita?"
Jemy mengangguk kaku, "Apa kamu pernah merasakan perasaan berbunga-bunga dengan dada berdebar kencang untuk pertama kalinya? Pandangan yang terpaku hanya padanya seolah-olah hanya dia yang terlihat oleh penglihatanmu." ucapnya lirih.
"Apa kamu tengah mengatakan bahwa kamu sedang jatuh cinta?"
"Ya, aku tengah jatuh cinta untuk pertama kalinya. rasanya benar-benar sangat luar biasa. melihatnya dengan jarak yang sangat dekat bisa membuat ku senyum-senyum sendiri, melihatnya yang tertawa karena ulahku ada perasaan membanggakan menyelusup hati. Setiap hari, aku selalu ingin membuatnya tersenyum karena diriku."
Jemy menoleh menatap Viko yang memandangnya dengan sendu, lalu menepuk bahu itu pelan. " Hey dude, kita tidak bisa selamanya terus seperti ini. kamu harus membuka hatimu perlahan-lahan, buang jauh-jauh pemikiran yang dulu kita tanamkan bahwa berpacaran itu sangat rumit. kamu harus merasakan rasanya sendiri Vik rasanya sungguh luar biasa, aku sampai tidak bisa menjelaskannya." ujar Jemy dengan menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise of Loyalty
Romance21+ ketika dia yang selalu mengucapkan janji kesetiaan pada akhirnya ia sendirilah yang mengingkarinya. Katakan, bagaimana aku tidak terpukul seseorang yang selama ini mengatakan selalu mencintaiku. tapi berakhir dengan dia yang menghamili saudara s...