1

293 27 0
                                    

“  Taruh tasmu di sini. Ini kamarku.     ” ujar Chanyeol menunjuk pojokan rumahnya.

Rumahnya benar - benar sederhana. Tidak ada pintu di setiap kamarnya, hanya dibatasi tirai. Ada beranda kayu di depan rumah, kandang hewan dan pintu masuk yang lagi tanpa pagar.

Keluarga Chanyeol tinggal di tengah pemukiman dekat dengan hutan, cukup kumuh dan jalan masih bebatuan. Bahkan rumah penduduk di sini kebanyakan  semi-permanen, sawah terbentang di sisi kanan dan banyak nelayan membawa hasil bahari.

“   Setelah ini apa yang biasa kau lakukan?.   ” ujar Sehun sambil membuka jaket parasitnya.

“  Aku mengumpulkan hasil kebun di belakang rumahku dan mengirimnya ke kota.   ”

“   Maksudmu berjualan di pasar?.   ”

“  Tidak. Aku tidak memiliki jiwa berdagang, hanya mengantar pada pelanggan yang sudah memesan hasil tani dan bahari di sini. Karena di sini harga jualnya murah. Dan mereka tentu saja tidak mau repot - repot mengunjungi kami untuk mengambil pesanan, orang kaya memang sibuk.    ”

“  Ah begitu. Jadi nanti kita akan mengantar ke mana?.    ”

“  Ke Seoul. Kau ikut 'kan?. Ini akan jadi perjalanan menyenangkan, kau pasti suka.    ”

“  Baiklah. "

“   Chanyeol, Sehun makan siang dahulu.   ”

“   Ayo, Sehun.   ”

Mereka berkumpul di ruang makan. Duduk di bawah tanpa kursi. Sungguh berbeda dengan rumahnya. Ruang makan di rumahnya bergaya Eropa, sangat tertutup karena dibatasi pintu yang dilapisi berlian. Kaca - kaca besar pengganti tembok yang juga dilapisi berlian. Meja makan luas yang bisa menampung keluarga besarnya. Hidangan bermacam - macam walau Sehun hanya memakannya sedikit.

Di depannya ada nasi, tumis tauge dengan campuran ikan teri, japchae, telur gulung, dan kimchi. Bukan seleranya tapi dia masih bisa memakan telur gulung dan kimchi.

“  Ah aku bisa mengambil makananku sendiri, tidak apa - apa.  ”  tolak Sehun halus. Tentu karena dia menghindari tumis tauge dan japchae, terlihat hambar Sehun tidak suka.

“   Bukan masalah Nak. Makanlah.   ”  Park Minyoung mengusap rambutnya perlahan. Dadanya sesak diperlakukan hangat seperti ini.

“   Terima kasih. ”

“  Jangan memilah - milah makanan Sehun. Makan brokolinya. ” ujar Chanyeol kembali memasukkan brokoli ke mangkuknya.

“  Aku tidak suka.  ”

“  Itu bagus untuk kesehatanmu.   ” Chanyeol bersikeras memasukkan brokolinya kembali.

“  Itu pahit, kau makan saja sendiri.  ”

“  Coba makan dengan caraku.  ” Chanyeol mengambil gulungan telur melebarkannya, memasukkan nasi, tauge dan brokoli.

“  Kenapa untukku brokolinya besar sekali.  ” protes Sehun.

“  Tidak akan terasa, cepat makan.  ” ujar Chanyeol sambil mempelototi Sehun.

" Yah. Tidak buruk. "

Setelah selesai makan mereka duduk di beranda sebentar sambil menikmati angin hangat menerpa wajah. Teh yang terasa manis yang Sehun kenali tapi dia lupa jelasnya.

“ Ini teh jagung.  ”

“ Ah pantas saja aku tidak asing. Enak sekali, sejujurnya aku kurang suka teh murni, pahit. ”

“  Pasti karena rasa manis jagungnya atau kau penyuka jagung?.  ”

“  Yah bisa dibilang begitu, terkadang aku bisa makan menu seminggu penuh dengan hidangan jagung.   ” ujar Sehun menahan malu.

“  Wah sepertinya kau  dari keluarga berada.  Kau yakin tidak sedang kabur dari rumah?. ”

“  Tidak juga. Ayo kita berkebun.    ”





“   Bagaimana keadaan anak itu?.   ”

“    Tuan Sehun tinggal di rumah seseorang, Tuan.  ”

“  Kenapa kalian tidak membunuhnya saja?.   ”

“  Maaf Tuan.   ”

“  Awasi terus. Jangan sampai dia kembali ke sini.  Kemungkinan ingatannya pulih itu sangat kecil tapi tidak ada yang mustahil.  ” pria tersebut segera pergi meninggalkan ruangan.

TBC

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang