Typo(s) alert!
Dua tahun berlalu, semua kenangan buruk selalu menghantui Lucas, bagaimana kenyataan menghantamnya telak. Ayahnya sudah ditangkap atas kasus korupsi dan pencucian otak. Keluarga Park memutuskan pulang ke kampung meneruskan usaha tani di sana dan dengan paksaan Lucas untuk membantunya membuka usaha toko buah juga sayur mayur di kampungnya. Minyoung sudah memaafkan meski Chanyeol terlihat tidak tulus. Lucas membantu secara finansial sebagai balas budi dan rasa bela sungkawa, meski terjadi perkelahian karena Chanyeol tidak sudi menerima bantuan apapun.
Lucas mendapat perawatan atas trauma yang terjadi. Dia mengalami Skizofrenia Diferentiatif harus meminum obat penghilang halusinasi. Dia masih membayangkan jika Sehun benar-benar hidup. Terkadang jiwanya melayang di masa ia menghabiskan waktu mendaki bersama dengan Sehun, seolah jiwanya di sana, merasakan dinginnya udara gunung dan sulit untuk kembali ke dunianya lagi. Terkadang berubah menjadi periang terkadang kaku tak bergerak sama sekali.
Taeyong selalu setia merawat Lucas, bahkan dia yang rajin mengantar Lucas kontrol rutin setiap bulan atau saat Lucas harus di rehabilitasi karena halusinasinya sangat berat. Bukan hal mudah karena Lucas memiliki tubuh yang lebih besar darinya jika ia mengamuk tentu Taeyong kalah telak. Ia juga masih berhubungan baik dengan keluarga Park meski sedikit sungkan tapi itu lebih baik daripada menghilang tanpa kabar.
“ Hyung, lihatlah. ” Taeyong menoleh saat memasuki kamar Lucas mengantar sarapan pagi.
“ Apa?. ”
“ Aku akan mendaki ke puncak itu. Lihat, indah bukan. Aku akan mengalahkan Sehun, dia pasti marah. ”
“ Huftt..., Benarkah?. Lucas waktunya sarapan ayo. ”
“ Sarapan apanya?. Ini tengah hari, kau bermimpi Taeyong Hyung. Benarkan Sehun?. ” ujar Lucas pada guling yang di gambar menyerupai wajah Sehun meski sedikit mengerikan dengan mata yang besar sebelah, mulut hanya beruba garis dan alis yang terlihat marah.
“ Lucas dengar aku. Ayo kita sarapan, kau tidak mau kan kelelahan sampai puncak dan Sehun mengalahkanmu?. ”
“ Ah kau benar. Kita makan sekarang. ”
Taeyong menuntun Lucas untuk duduk di meja kecil di karpet sebelah kasur, menghadap jendela transparan berukuran satu sisi tembok. Matahari pagi menyorot kamar Lucas, di halaman bawah pekerja sedang sibuk. membuat kolam air mancur buatan.
“ Nah, ini sereal coklatnya. Karena kemarin kau mengeluh tidak berselera makan aku rasa itu karena havermutnya yang hambar. Jadi aku membawa sereal coklat atasan kismis dan blueberry kesukaanmu. ”
“ Aku tidak mau ini. Ya ampun, kenapa sayuran semua. ” keluhnya saat melihat salad buah zaitun dan salad ayam mayonaise.
“ Ini sehat. ”
“ Untuk salad ayam aku bisa tapi tidak dengan yang zaitun. Kau mau aku sakit lambung karena asamnya zaitun. ”
“ Zaitun bukan citrus Lucas. Yasudah jika tidak mau, kita simpan saja. ”
“ Nah itu lebih baik. ” Taeyong hanya tersenyum kecut.
“ Kenapa tidak makan bersamaku?. ”
“ Aku sudah kenyang. ”
“ Tapi aku tidak bisa makan sebanyak ini. ”
“ Bisa. Ini sangat sedikit. ”
“ Jika aku makan terlalu banyak nanti aku tidak bisa makan daging panggang bersama Sehun saat malam nanti. ”
“ Nanti aku bantu habiskan. ”
“ Baiklah aku tidak akan minum obat lagi 'kan?. ”
“ Sayangnya kau harus minum obat Lukas. ”
“ Kapan aku berhenti minum obat?. ”
“ Sebentar lagi i kok pasti selesai. Bersabarlah. ”
“ Setiap hari kau selalu menjawab seperti itu, aku bosan. ”
“ Kau pun selalu mengajukan pertanyaan yang sama. ”
“ Benarkah?. ”
“ Iya. Seharusnya kau berkata seperti ' Aku akan minum obatnya dan mandi. ' atau hal-hal seperti minum obat itu sudah hal wajib untukmu. Itu akan meringankanmu. ”
“ Nanti aku coba, Taeyong Hyung. ”
.
.
.
“ Ibu makanlah dulu. Biar aku yang menjaga toko, aku sudah memasakkan makan siang untukmu. ”
“ Sebentar lagi, Nak. ”
“ Ibuuu..., ayo makan. ” rengek Chanyeol.
“ Iyaaa. Jaga toko ya. Terima kasih makan siangnya. ” Minyoung mengusap rambut Chanyeol.
Chanyeol menatap keranjang-keranjang buah yang masih menumpuk terkena sinar matahari.
“ Wah sepertinya aku harus memasang kanopi di sini. Bisa rusak buahnya terkena sinar matahari. ” ujar Chanyeol mulai mengangkat peti buah.
“ Aduh berat juga ternyata. ” keluhnya merasakan pinggangnya ngilu. Mungkin dia mengangkatnya sekaligus dua peti.
“ Biar saya bantu. ” seseorang berbadan tinggi dan memakai topi menyongsong membawa peti yang lain, tubuhnya tidak terlihat karena memunggungi Chanyeol.
“ Maaf tidak masalah, Tuan. ” tidak ada jawaban sampai peti terakhir berhasil dipindahkan oleh pria tersebut.
Pria asing itu duduk di tangga toko sambil membuka jaketnya.
“ Ayo masuklah, aku buatkan jus. ” Chanyeol bergegas masuk dan ke dapur.
“ Tumben meminum jus?. ”
“ Tidak, tadi ada seseorang membantuku mengangkat peti jadi aku buatkan jus. ”
“ Ah benarkah?. Biar Ibu menemuinya untuk mengatakan terima kasih. ”
Minyoung berjalan keluar. Toko buah ini memang seperti kafe, disediakan tempat duduk untuk mereka yang mungkin menunggu kerabatnya memilih buah dan sayur, atau sekadar ingin membeli minuman dingin dan camilan. Pria itu berbadan tegap dan sudah melepas topinya. Ia duduk menghadap jendela samping toko jadi Minyoung tidak bisa melihat parasnya.
“ Halo. Terima kasih sudah membantu anakku, kau pasti kelelahan mengangkat peti tadi. ” pria itu menoleh dan tersenyum sangat lebar.
“ Ibu..., ini aku Sehun. ” ujarnya sambil bangun dan memeluk Minyoung.
Chanyeol yang baru saja datang membawakan jus ikut mematung di belakang ibunya.
“ Sehun..., ”
“ Chanyeol Hyung..., aku sudah tahu semuanya. Maafkan aku, ayahmu selamat Hyung. Kumohon jangan membenci Lucas lagi. ”
PYAR!!
“ Hyung kau tidak apa?. ”
“ Katakan, ayahku dimana Sehun?. ”
“ Nanti aku ceritakan, bangunlah awas pecahan kacanya melukai kakimu. ”
TBC
NB: maaf aku lama up, mana pendek.. yah lg bnyak kendala diusahakan up cepet krna bentar lagi mau end yeaayy :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home
Teen FictionSekarang aku paham arti rumah sesungguhnya, bukan dari segi luasnya luar bangunan tapi luasnya isi hati di dalamnya. - Oh Sehun