NB: typos everywhere.. keep support me drop your vote and comments bellow <3
" Ibu, apa yang terjadi?!. " Chanyeol memekik ketika melihat ibunya memapah Tuan Park ke dalam rumah.
" Chanyeol, tolong ibu. Ayahmu sepertinya kelelahan, jantungnya kumat. " Sehun sigap menggantikan Nyonya Park memapah Tuan Heejin ke kamarnya.
" Tuan aku baringkan di sini, tidak apa?. " tanya Sehun penuh kelembutan.
" Tidak apa - apa Nak. Terima kasih. " Heejin tersenyum lemah, suaranya terdengar sengau.
“ Ayah kenapa bisa ayah kelelehan?. Sudah aku bilang ayah berhenti bekerja saja. ” Chanyeol menerobos masuk dengan mata yang berkaca - kaca bersimpuh di samping ayahnya.
“ Tidak apa - apa anakku. Sebentar lagi sakitnya mereda. ”
“ Ayah sudah minum obat?. Aku ambilkan ya?. ”
“ Obat ayahmu habis, itu kenapa sakitnya kambuh. Uang hasil memanen belum cukup menebus semua obatnya. ”
“ Ayah... ” lirih Chanyeol meraih tangan ayahnya dan menangis kencang. " Maafkan Chanyeol tidak bisa membantu banyak, mulai besok aku akan bekerja lebih giat. ”
Sehun hampir menitikkan air matanya melihat betapa khawatirnya Chanyeol pada ayahnya, Sehun bahkan tidak pernah merasakan kekhawatiran yang begitu besar pada seseorang. Terutama pada orang tuanya.
“ Sudah Nak. Ayah hanya butuh istirahat saja. ”
“ Ibu, berikan resep obatnya. Biar aku yang menebusnya. ” ujar Sehun beranjak menghampiri Minyoung.
“ Ini sudah malam Nak. Rumah sakitnya cukup jauh. ”
“ Tidak masalah Ibu, berikan ayo berikan. ” suara Sehun bergetar menahan tangis, dadanya mendadak sesak.
“ Ini. ” Minyoung memberikan beberapa lembar struk obat dalam plastik kecil.
“ Aku akan kembali secepatnya, kalian sebaiknya makan terlebih dahulu. Semua akan baik - baik saja. ”
“ Sehun!. ” Chanyeol segera menyusul Sehun ke beranda.
“ Aku ikut. ”
“ Tidak, kau sedang kalut Chanyeol. Lebih baik tenangkan ibumu, ajak beliau makan. Bukankah itu rencanamu, nanti kerangnya mendingin. Aku pergi dulu."
“ Hati - hati Sehun. Makan ini, udara cukup dingin. ” Chanyeol menyerahkan beberapa bungkus permen jahe.
“ Terima kasih. ”
Sehun terduduk di ruang tunggu menunggu namanya dipanggil. Tubuhnya terasa sakit membutuhkan istirahat.
“ Merasa lelah hm?. Butuh bantuanku untuk mengakhiri hidup?. ” seseorang duduk di sampingnya.
“ Percaya diri sekali aku yang akan mati terlebih dahulu. Bagaimana jika takdir berkata sebaliknya?. ” Sehun menoleh dengan sedikit seringai.
“ Baru dilepas satu hari sudah liar tingkahmu. ” balas pria itu dengan seringai mengejek.
“ Hentikan omong kosongmu Pria Tua!. Sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan apa yang menjadi hakku. Bunuh saja aku, bukankah itu merugikanmu?. Permisi. ” bertepatan nama Park Heejin dipanggil, Sehun beranjak menuju konter pengambilan obat dan membayar semuanya.
Nikmati saja waktu berhargamu dengan keluarga baru kuno itu. Persiapkan kematianmu Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home
Teen FictionSekarang aku paham arti rumah sesungguhnya, bukan dari segi luasnya luar bangunan tapi luasnya isi hati di dalamnya. - Oh Sehun