Rooftop [Markmin]

9K 269 2
                                    

Semerbak aroma musim gugur meringankan langkahku untuk kembali ke sekolah di sore hari  ini demi beberapa lembar kertas fotokopi di meja wali kelasku. Aku tidak mendobrak pintu manapun, melainkan meminjam kunci pada penjaga sekolah yang rumahnya tak jauh dari sini.

 Sebenarnya aku hanya butuh kunci pagar dan ruang guru, tapi ternyata semua kunci ia gabung menjadi satu. Untungnya ada tulisan di sekitar kuncinya yang menyatakan kunci ruangan apa itu. Jika tidak, aku tak yakin akan mengingatnya. Otakku sudah dijejali banyak pelajaran hari ini.

Layaknya anak SMA kebanyakan, aku juga suka memotret hal-hal estetik. Sudah puluhan foto yang kuambil sepanjang perjalanan dengan jalan kaki, tapi aku kini terpikir pada satu tempat.

Rooftop!

Walaupun yang kupotret masih berupa warna oranye, perpaduan daun mapple musim gugur dan juga senja, namun tak lantas menjadi hal yang membosankan.

Rambut hitamku yang hampir sepinggang tertiup ke belakang saat pintu lantai atas terbuka. Tak begitu lama menikmati pemandangan karena ada sesuatu yang menggangguku.

Ternyata ada seseorang di sini. Ia merenggangkan badannya, tidak untuk bangun, namun untuk menyamankan badannya dan merubah posisi berbaringnya.

Aku tersenyum. Mungkin hari ini aku agak beruntung.

Kakiku mengambil beberapa langkah mendekatinya, menjaga agar setiap gerakanku tak bersuara. Mengarahkan lensa kameraku ke arah wajahnya yang sedikit terbias cahaya senja. Foto paling estetik yang ku dapat di bulan ini. Selain itu, wajahnya memang selalu tampan.

Aku sudah berhasil mengambil beberapa foto dengan kamera yang sering kubawa kemana-mana. Saat melihat sirkulasi napasnya yang teratur, aku memutuskan lebih lama di sini dan mengambil foto lain dari sudut berbeda. 

Tapi ada hal sial yang terjadi,

entah karena angin atau memang tubuhku yang tak seimbang, atau bisa jadi karena memang takdirku, aku tersandung kakiku sendiri dan terduduk di lantai dan lututku mengenai kakinya. 

Aku bergegas berdiri lalu lari, namun kunci penjaga sekolah masih terdampar di dekat kakinya.

Aku lantas bisa berdiri kaku, pikiranku bercabang antara lanjut lari saja atau mengambil kuncinya. Tapi aku tak bisa memutuskan apa-apa selain mengawasi pergerakannya.

Ia mengusap matanya yang kemudian menyipit karena kesilauan, menghela nafas dan mengacak rambutnya hingga berantakan. Dan.. dan, itu, bibirnya sedikit manyun. Kenapa jadi imut begitu? Eh, tapi dua kancing kemeja atasnya terbuka. Aku sampai gelagapan dan dengan agak gemetar mencoba memotretnya lagi dan aku dapat satu foto. Di jepretan berikutnya, matanya mengarah ke arahku. Aku membolakan mataku saat menatap hasil fotonya.

Sial.

Aku masih berdiri dan menatap hasil foto, namun telingaku menajamkan pendengarannya karena langkah kaki bisa kudengar mengarah ke sini.

Sial lagi.

"Jadi kau dari klub mading yang sering mengambil gambarku itu?" Suaranya terdengar sangat jelas di sini, karena dia tepat di depanku. Walaupun di batasi oleh kameraku yang belum ku turunkan.

Tapi aku harus menghadapi ini. Pertama-tama, atur ekspresimu Jasmin.

"Tepat sekali," Jawabku dengan senyuman yang berkedut. Kentara sekali kalau gugup. Untungnya dia tak terlalu memperhatikan itu. Tapi, selanjutnya dia malah ingin mengambil kameraku, untungnya aku sempat menjauhkan kameranya ke belakang tubuhku. 

Aku tak akan biarkan foto sebagus tadi dimusnahkan!

"Kau tau yang namanya pelanggaran privasi?" Dia bertanya denganku dengan nada yang datar.

avec toi | jaemin (gs) haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang