Hanabi [Renmin]

3.3K 144 4
                                    

Musim panas dengan segala serba-serbinya membuatku bersemangat. Tapi saat siang hari dimana sedang panas-panasnya, tiduran di depan kipas angin pilihan terbaik selain mejalankan rencana liburan panjang. Oh, iya. Aku juga suka suara serangga yang sering kudengar di musim ini.

"Kau seharusnya berhemat. Ada angin yang lebih banyak di sini."  Hina menggeser pintu dan membuat angin menerobos masuk. Itu pintu geser yang bisa membuatku melihat halaman samping yang terdapat beberapa pohon di sana. Jempol kakiku lantas saja kufungsikan untuk memencet tombol kipas angin yang sekarang kalah dengan angin alami.

"Ayolah, Na. Ikut ke festival kembang api, ya."

Si Hina ini rupanya tak puas dengan mengirimiku pesan tentang itu, kini dia rela ke rumah ku saat tengah hari demi membujukku. Sedangkan aku tahu, dia bersikeras pergi ke festival karena orang yang dia suka juga akan pergi ke sana.

"Aku tak mau jika harus jadi obat nyamuk."

Hina berbaring di sampingku, "Padahal aku yakin lelaki manis yang kau temui di pantai saat festival tahun lalu juga ikut ke sana."

Mengapa dia mengungkit itu lagi? Itu sudah lama sekali.

"Ya, dan aku mendengar jelas kalau dia menjanjikan akan datang ke sana lagi tahun ini."

"Tuh, kan!"

"Dia menjanjikan itu dengan pacarnya! Masa iya aku rela ke sana demi melihat kencannya dengan pacarnya."

Aku mencibir Hina yang diam-diam menertawakanku. Lebih baik minum sprite dingin ketimbang menghadapi sahabatku yang membuat emosi.

"Nana, aku akan mentraktirmu makan dan minum jika kau mau ikut. Tapi jika kau dapat sesuatu yang lebih baik dari makanan dan minuman manapun di sana, traktirannya tak jadi."

"Jangan bergurau."

Aku membuka tutup botol minuman bening itu dan duduk di samping pintu. Anginnya lebih terasa deras di sini. Langitnya bagus, sama seperti yang kulihat diperjalanan menuju pantai setahun yang lalu, pantai yang sama dengan yang ingin Hina datangi lusa untuk melihat festival kembang api tahunan.

Saat itu ada hal berkesan selain semarak kembang api yang memenuhi langit senja dan pada puncak acara saat malamnya. Aku melihat lelaki yang sepertinya seumuranku. Dia menatap langit warna warni dengan pandangan malas selagi mulutnya menyedot minuman dingin. Ia mendesah pelan saat es yang dingin membuat giginya ngilu. Lucu.

Dia duduk di lapak duduk di sampingku karena kami dan juga ratusan atau ribuan orang lainnya tak kebagian tempat duduk utama. 

"Antriannya panjang sekali! Kau tega tak menemaniku!"

Aku  tertawa dalam hati, apa tadi aku sempat mengagumi pacar orang lain?

"Aku sudah terlalu lelah berjalan kaki 20 menit ke sini ditambah dengan barang bawaanmu. Apa ini, kipas, air mineral, lipstik, jaket. Kau ini mau berkemah?" Lelaki itu mengeluarkan isi tas yang sejak tadi ada di sampingnya sambil melemparkannya.

Kulihat perempuan itu duduk sambil tertawa kecil, menyenderkan kepalanya di bahu lelaki itu dan menatap langit yang masih bertabur kembang api. "Jangan banyak omong Ren sayang. Lihat itu, kembang apinya mewakili perasaanku untukmu."

Akhirnya aku kembali melihat sesuatu yang menjadi tujuanku ke sana waktu itu, aku ke fastival kembang api tentunya untuk melihat kembang api, bukan muda-mudi yang sedang pacaran.

Kembang apinya membentuk hati. Indah sekali.

"Tahun depan kita kesini lagi, ya?"

"Hm."

avec toi | jaemin (gs) haremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang