• U •

2.3K 267 75
                                    

- H a p p y r e a d i n g ♡ -

"K-kalian?" Ucap seseorang yang membukakan pintu, Denize.

Arnis kaget, tapi ia baru sadar jika Denize sedang-

Ah, jangan dilanjutkan. Itu akan membuat dada nya sesak.

"Sayang itu sia-" terdengar suara lelaki yang sudah dapat Arnis tebak siapa.

Manik mata mereka bertemu. Arnis dan Chenle, seperti sedang saling menyelami pikiran sang lawan.

"Ekhem" Jisung berdeham membuat suasana makin menegang.

Chenle menghampiri mereka semua yang memang masih ada di ambang pintu.

Tak mau basa-basi, Arnis segera memberikan 1 map coklat berisi surat persetujuan yang harus Chenle tanda tangani.

Chenle mengernyit sejenak, lalu menghembuskan nafas pasrah.

"Tanda tangan ya. Sidangnya minggu depan. Besok gue balik buat ngambil lagi berkasnya" jelas Arnis.

Chenle yakin, jika dirinya sedang sendirian sekarang ia pasti akan menangis.

"Kalian ngobrol deh. Gue masuk" ucap Denize. Tadinya ingin Jisung tahan, tapi mengingat Denize yang perutnya sudah mulai membesar membuat Jisung mengurungkan niatnya.

Chenle memandang map berisi berkas itu lamat-lamat, menggigit bibir bawahnya lalu menatap Arnis.

Nara paham dengan situasi, sehingga ia menarik tangan Jisung.

"Kita mau ke resto bawah dulu ya. Jisung ayo temenin gue laper" ucapnya lalu langsung menarik Jisung tanpa persetujuan lelaki tersebut.

Arnis menatap Nara dengan adiknya itu lalu menghembuskan nafas. "Mau ngobrol?" Tanyanya yang di balas anggukan Chenle.









































































"Mianhae"

Hanya itu satu-satunya kata yang dapat lolos dari bibir Chenle.

Entahlah, tetapi bolehkah lelaki itu kini merasa bahwa Arnis adalah dunianya?

Persetan dengan Denize dan anak yang dikandungnya. Itu murni kecelakaan.

Lagipula siapa yang tidak tertarik, melihat seorang gadis keluar dari kamar mandi hanya memakai bathrobe diatas paha? Ayolah, Chenle juga lelaki biasa yang memiliki nafsu.

"Maaf, udah nyakitin ninis" ucap Chenle.

Arnis menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang hendak jatuh dari kelopak matanya. 'Ninis' benar-benar membuat semua kenangannya bersama Chenle berputar seperti kaset di otaknya.

Arnis menatap Chenle. "Semoga bahagia sama sahabat gue. Maaf gabisa ngasih kebahagiaan yang lo mau. Mungkin lo lebih nyaman sama Denize? Haha lagipula ini cuma perjodohan karena bisnis. Kalau lo mau, jatah warisan gue buat lo aja. Gue bakal lakuin apapun biar kita cerai kok. Gausah khawatir sama gue, gue gapapa. Oh iya, bilang ke Denize gue minta maaf udah jadi sahabat yang buruk. Maaf udah jadi penghalang kebahagiaan kalian berdua. Selamat yaa, semoga langgeng dan anaknya bisa lahir sehat nanti" ucap Arnis. Terserah, biarkan saja air matanya menetes. Ia tidak peduli.

Love hate? | Zhong Chenle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang