closer

814 23 6
                                    

Vote, comment & share

“ kau tahu bukan aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”

“ ya, aku tahu.”

“ good girl.”

****

“ wajah lugu tapi aslinya murahan.”

cih dasar jalang, berapa dia di gaji permalamnya?”

“gue yakin pasti sangat mahal, secara cowok itu orang yang sangat kaya.”

Semua mata menatap gadis itu, ini bukan yang pertama kalinya mereka membicarakannya terang-terangan seperti itu, tapi sampai saat inipun dia masih belum terbiasa. Gadis itu menegarkan dirinya, menengadahkan kepalanya ke atas karena dia yakin satu kedipan saja mampu membuat air matanya lolos.

****

“ Al, kau jadi jalan-jalan bersama Zayn?”

“ tentu Kall, aku akan menghabiskan waktu bersama pangeranku itu.”

“ kau bisa menjewernya jika dia nakal, anak itu semakin hari semakin nakal saja,” ujar Kallista, jika mengingat sifat nakal anaknya membuat Kallista khawatir Aliana akan kesusahan.

“ tenang saja kakak ipar, aku dan Zayn pergi dulu,” Aliana dan Zayn melambaikan tangannya, Zayn berseru senang karena akan menghabiskan waktu bersama bibi kesayangannya, sepanjang jalan Zayn tidak hentinya bercoleteh, untuk umur 4 tahun Zayn itu cukup pintar, bahkan dia sudah berbicara dengan lancar seperti orang dewasa.

“ Zayn, kau ingin kita melakukan apa sekarang?”

“Zayn ingin es krim seperti anak itu,” tunjuk Zayn, Aliana mengangguk mengerti, dia menggenggam tangan Zayn lalu mereka berjalan menuju Cafe yang pengunjungnya lebih banyak anak-anak itu.

“ yaey, makan es krim.”

“ yaya, hari ini kau bisa makan es krim sampai kembung,” Aliana menggenggam tangan Zayn kuat, takut-takut anak hiperaktif ini pergi antah kemana. Aliana mengantri untuk mendapatkan es krim, sementara Zayn dari tadi ingin melepas genggaman Aliana, dia melihat sesuatu yang lebih menarik dari pada mengantri es krim.

Aliana melepas genggamannya untuk mengambil uang di tas yang menjadi kesempatan Zayn untuk pergi ke objek yang sedari tadi ingin dia tuju.

“ Zayn! Astaga kemana anak itu, kali ini aku akan di usir dari rumah,” ucap Aliana menggerutu, dia terlihat khawatir tetapi juga kesal karena hampir setiap mereka pergi ke suatu tempat anak itu pasti membuat orang khawatir karena menghilang, Aliana melihat sekelilingnya, netranya tidak melihat seorang anak bernama Zayn itu, entah kemana anak nakal itu pergi. Aliana sudah mencari di sekitar tempat pembelian es krim, tetapi Zayn belum kelihatan batang hidungnya.

Aliana sangat khawatir, rasanya dia ingin menangis, hingga sebuah suara yang sangat dia kenal memanggilnya dengan lantang.

“ bibi kemana saja? Zayn nyariin bibi,” ucap anak itu sambil mengarahkan tangannya untuk di gendong, Aliana menarik pipi cabi Zayn karena gemas.

“ kebalik itu, bibi yang nyariin Zayn, kemana aja tadi?”

“ Zayn ngambil balon, tadi ada yang bagiin balon gratis, mana es krimnya ?”

“ nih habisin, awas aja kalau ada yang sisa,” Aliana menyodorkan es krim  yang langsung di terima Zayn dengan suka cita, Zayn dan Aliana menikmati es krim sambil melihat beberapa anak yang berlarian di central park itu, ini akhir pekan sudah pasti anak-anak itu sedang menikmati waktu bersama keluarganya.

Dilain tempat

“ Kay!” teriak  Dean sambil membuka pintu, tanpa mengetuk terlebih dahulu dia menyelonong masuk, Kay yang sedang fokus bekerja, langsung memberikan tatapaan membunuh kepada pria berkacamata itu.

“ sekretaris kurang ajar, ketuk dulu baru masuk,” Dean tidak menghiraukan, dia duduk di atas meja Kay. Dia melemparkan amplop cokelat yang isinya langsung keluar, Kay  terfokus ke foto seseorang yang sedang tersenyum cerah.

“ kau dapat ini dari mana?”

“ dari salah satu agent yang sedang bermain dengan anaknya, wanita itu Zavira Aliana, beberapa tahun ini tinggal di LA , dan baru 1 bulan ini tinggal di new york.”

“ sial, aku mencarinya di Indonesia dan seluruh asia, kenapa aku gak kepikiran untuk mencarinya di benua amerika atau benua eropa.”

“ well, bos kita tidak cukup pintar memperkirakan keberadaan kekasihnya.”

“ brengsek, cari tahu semua tentang dia, dari lahir sampai sekarang.”

“ buat apa cari tahu dari lahir, dia lahir aja kalian belum saling kenal.”

“ kau cari aja apa yang aku suruh, kalau gak mau rahasiamu tersebar,” Kay tersenyum licik, kalimat itu cukup membuat Dean diam seketika, umpatan kecil tak terelakkan dari bibirnya.

“ huu gak seru, selalu ngancem, tenang saja suatu saat kau yang akan ku ancam.”

“ dalam mimpi , pergi, tampangmu tidak enak di pandang.”

Dean mendengus tapi langkahnya mundur teratur, tak lupa dia membanting pintu ruangan Kay, Kay mengelus dadanya jangan sampai ada baku hantam antara dia dan Dean, Dean memang nyeselin tetapi cuma Dean teman Kay yang menemaninya di masa sulit sekalipun.

****

Suara bel tidak henti-hentinya terdengar, dengan malas Aliana membuka pintu untuk tamu yang bertamu tidak tahu waktu itu, ini sudah hampir jam 12 malam, beberapa menit yang lalu Aliana bahkan sudah masuk ke alam mimpi.
Aliana membuka pintu, dia mengucek matanya beberapa kali, setelah tersadar Aliana sungguh terkejut melihat wujud sahabatnya yang sudah bertahu-tahun tidak pernah berjumpa.

“ Kristal, ini lo?”

“ iya ini gue, gue masuk dulu ya pegel baru nyampe,” Kristal nyelonong masuk tak lupa dia menarik kopernya.

“ lo kok bisa ada di sini?” Aliana duduk di ruang tamu yang sudah lebih dulu di duduki Kristal.

“ gue kabur dari rumah, gue gak mau di jodohin, orangtua gue mau jodohin gue Al,” Kristal mengacak-acak rambutnya, mengingat orang tuanya, Kristal sungguh frustasi karena keinginan orangtuanya itu.

“ gimana cara lo kabur, bukannya rumah lo penjagaannya ketat banget ya?”

“ gue izin mau ketempat nenek gue di korea dan orang tua gue ngizinin tanpa ada curiga, tetapi bukannya ke korea gue malah pergi ke new york.”

“ wow, ternyata seorang princess bisa juga kabur dari kastilnya.”

“ ledek aja terus, gue gak habis pikir ya sama orang tua gue, bukan berarti tinggal di indonesia, orang tua gue juga sama pemikirannya kalau cewek umur 24 tahun itu udah cocok menikah, kata mama gue, anak temannya yang umur 24 tahun bahkan udah gendong anak, jadi mama gue banding-bandingin gue sama anak temannya, isss gue kesel pokoknya,” ucap Kristal mencak-mencak, tidak sadar dia bahkan memukul bantal sofa yang ada di pangkuannya, Aliana menatap sahabatnya ini prihatin, selama ini yang Aliana tahu, segala kehidupan Kristal selalu diatur oleh orangtuanya dan saat ini untuk menikahpun di atur oleh orangtuanya.

“ jadi rencana lo kedepannya gimana?”

“ hari ini gue akan nginap di rumah lo, besok gue akan cari apartement kecil dan dilanjutkan dengan mencari kerja di sini.”

“ yaudah gue akan bantu lo nyari apartement besok, sekarang kita tidur aja ini udah larut malam,” Kristal mengangguk, dia menarik kopernya, langkahnya mengikuti Aliana yang berjalan menuju sebuah kamar, tiba-tiba Kristal menghentikan langkahnya, Aliana menaikkan alisnya seolang bertanya kenapa?

“ gue belum izin sama abang lo.”

“ gampang besok aja izinnya.”





Tbc

Vote, comment & share

Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang