bid

266 14 8
                                    

Vote, comment & share

" heii, berperilaku lah yang sopan, aku tidak sesabar itu menghadapi anak yatim piatu sepertimu."

" maaf, tan," gadis kecil itu menundukkan kepalanya, dia semakin erat memeluk boneka kesayangannya.

"jangan membuat masalah lagi, aku tidak memiliki waktu mendatangi sekolah karena masalahmu."

Si wanita berjalan menjauh, meninggalkan si gadis kecil. Beberapa anak yang melihat itu semua mulai membicarakan si gadis kecil.

"dia itu anak pembawa sial."

" kata mamamu, kita tidak perlu berteman dengan anak itu."

"dia juga berperilaku aneh, aku tidak menyukainya."

Si gadis kecil berlari menjauhi kerumunan anak seumurannya, dia mulai menghentikan langkahnya ketika tidak terlihat anak-anak itu lagi.

Si gadis kecil menjatuhkan tubuhnya ke tanah, air mata mulai berjatuhan di pipinya.

"mama, aku rindu."

****

Seorang wanita yang sudah berumur menarik kopernya dengan amarah, dia melemparkan koper itu begitu sampai di pintu sebuah rumah yang terkesan sederhana.

Ceklek

Wanita itu masuk tanpa permisi, dia berjalan di ruang tengah, ada Zayn dan Aliana yang sedang menonton. Aliana terperanjat melihat sosok itu, dia membisiskkan sesuatu kepada Zayn dan anak itu memasuki kamarnya.

" di mana Azfer?" ucap wanita tua itu angkuh.

" bang Azfer belum pulang tan," ucap Aliana, dia memutuskan tatapan mereka, melihat raut wanita tua itu membuat Aliana kembali kemasa kecilnya.

" dimana Kallista?"

" ada di kamarnya."

" Kallista!" teriak membahana dari Ana, ibu Azfer.

Kallista berlari tergopoh-gopoh, dia mengenal panggilan dari orang yang cukup di kenalinya. Satuhal yang Kallista tahu bahwa ketika mendengar suara wanita itu maka akan ada cacian yang akan di terimanya.

" mengapa perusahaan suamimu bisa bangkrut seperti itu? apakah kau selalu menyuruh suamimu agar meluangkan waktu bersamamu hingga tidak bekerja."

" enggak mah, Kalli tidak pernah meminta Azfer untuk libur bekerja," Kallista memainkan jarinya, dia gugup di tatap tajam oleh ibu mertuanya itu. Suara derap langkah seseorang memasuki ruangan, atensi semua orang tertuju kepada seseorang yang datang itu.

" mah, kenapa ada di sini? Tanya Azfer, Azfer menuntun mamanya untuk duduk di sofa, di pegangnya kedua tangan mamanya dengan lembut. Ana menghadap ke arah anak satu-satunya itu, dia meneliti penampilan Azfer yang kacau.

" kenapa perusahaan kamu bangkrut?" ucapnya mulai melembut.

Ana melihat ekspresi Azfer. Azfer diam beberapa saat dia melihat Aliana dan Ana bergantian, dia mempertimbangkan sesuatu. Ana menjadi curiga karena Azfer yang sedari tadi melihat Aliana, matanya semakin memicing untuk melihat kejujuran.

" para pengusaha menarik saham mereka mah, sepertinya aku harus merelakan perusahaanku itu," Azfer mengusap wajahnya frustasi.

" tidak kamu akan mendapatkan kembali perusahaanmu bagaimanapun caranya, itu perusahaan yang sudah kamu bangun 6 tahun ini," Ana tidak terima, Azfer adalah anak satu-satunya yang baik dan mandiri. Dia tidak akan membuat jerih payah anaknya beberapa tahun ini sia-sia.

Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang