Deringan terlfon yang ke 20 dalam 1 hari ini masih belum di angkat, gadis itu mondar-mandir sambil menggigit kukunya.
“ sudahlah kamu duduk dulu, mungkin dia lagi sibuk,” ujar temannya si gadis.
“ tapi ini udah 1 bulan dan dia belum kasih kabar.”
“ lo jangan terpengaruh dengan ucapan mereka, mereka hanya iri dengan lo.”
“ tapi mungkin ucapan mereka itu ada benarnya, buktinya sampai saat ini gue masih belum di kasih kabar.”
Si gadis mulai meneteskan air matanya, pikirannya kalut, perasaan dan pikirannya saling bertentangan.“ tenanglah semua akan baik-baik saja,”ucap teman si gadis mencoba berpikiran positif, mereka saling berpelukan, menghilangkan pikiran negative yang bersarang di otak mereka.
****
Sebuah mobil sudah terparkir di depan sebuah rumah yang megah, bangunan rumah yang tampak modern tapi elegan. Aliana turun dari mobil, dia menatap rumah itu se datar yang dia bisa, tidak Aliana pungkiri bahwa rumah ini adalah impiannya, tetapi karena gengsi yang tinggi dia mencoba untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun.
Kay menggandeng tangan Aliana memasuki rumah, pintu terbuka dari dalam menampilkan 6 orang maid yang menunduk hormat. Aliana mengacuhkan itu semua, dia berjalan dengan raut datarnya, melepaskan tangannya dari genggaman Kay. Berjalan seperti tidak ada manusia selain dirinya. Matanya tertuju kepada seorang maid yang sepertinya sudah berumur kepala 6.
“ dimana kamarku?” Tanya Aliana datar, maid yang di tanya sedikit tersentak tetapi kemudian di memberikan senyum ramahnya kepada Aliana.
“ mari saya tunjukkan nyonya,” maid itu berjalan menaiki tangga, dikuti Aliana dan juga Kay yang mengikuti beberapa langkah di belakang Aliana.
Mereka sampai di pintu yang lumayan besar, maid itu membuka pintu lebar-lebar, mempersilahkan tuan dan nyonya-nya masuk. Maid itu undur diri setelah di rasa dia tidak di butuhkan lagi.
Aliana menjelajahi kamarnya, besar dan ada kesan maskulin dari dekorasi kamar itu.
“ kalau kamu mau ganti dekorasinya tinggal bilang sama maid di bawah.”
“ gak usah, aku suka warna hitam,” ucap Aliana dingin, dia membaringkan tubuhnya di ranjang, mencari tempat yang nyaman untuk mengistirahatkan tubuhnya.
“ bukannya kamu suka warna biru?”
“ semua orang bisa berubah bahkan perasaan juga bisa berubah.”
Ucapan Aliana itu membuat Kay merenung, entah kenapa dia merasa perkataan Aliana itu seperti menegaskan bahwa perasaannya sudah berubah kepadanya, tidak ada lagi cinta untuknya. Kay melihat Aliana sedih, dia merasa terluka. Apakah Cuma dirinya yang masih mencintai Aliana?
Kay masih terpaku, dia memandangi Aliana yang sepertinya sudah tertidur. Kay mendekat, dia duduk di samping Aliana, tangannya membelai rambut Aliana.
“ aku gak tahu apa yang kamu rasa tapi aku masih mencintaimu seperti dulu.”
Kay mengecup kening Aliana, senyum getir terpampang di wajah tampannya, perlahan Kay melangkahkan kakinya keluar kamar, dia menutup pintu sepelan yang dia bisa. Suara tutupan pintu terdengar, perlahan mata Aliana terbuka, dia menghapus air mata yang entah sejak kapan jatuh di pipinya.
****
Hari sudah memasuki tengah malam. Aliana duduk di depan laptopnya melanjutkan novel yang di ketiknya sendiri. Deringan telfon Aliana berkali-kali bunyi, tetapi tidak di pedulikan Aliana. Aliana hanya melirik sebentar nomor yang belum ia simpan, lalu kembali melanjutkan ketikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Obsession
RomanceKaydan Axton Dalbert, pria yang tak akan melepas apa yang telah dia klaim sebagai miliknya, segala cara akan Kay lakukan untuk memiliki wanitanya. "cuz she's only one." Zavira Aliana, cewek pendiam yang tidak suka berbicara dengan orang baru yang di...