Vote, comment & share
“ terlihat seperti putri dan pelayannya.”
“angsa dan itik buruk rupa.”
“bagaimana mereka bisa bersahabat seperti itu, padahal memiliki kasta yang berbeda.”
Si gadis semakin menundukkan kepalanya, akhir-akhir ini mereka lebih terang-terangan menggunjingnya, setidaknya mereka tidak bersikap baik di depan dan buruk di belakang, pikir si gadis itu.
Gadis yang menawan memasuki kelas, semua mata memandangnya takjub, dari ujung kepala hingga kaki tidak ada yang tidak berkelas, gadis itu seperti putri dari negeri dongeng, gadis yang menawan itu menghampiri Si gadis, dia memeluknya seperti sudah lama tidak bertemu, padahal seharipun tidak pernah mereka lewatkan untuk bertemu, tanpa sadar mereka saling melengkapi, ketika ada yang sedih ada yang menghibur, ketika ada yang menangis ada yang menjadi sandaran untuk menumpahkan air mata, itulah persahabatan mereka.
****
“ gimana hubungan elo sama si dia.”
“ baik, gue masih temenan sama dia.”
“ yaelah berarti itu gak baik, kenapa dari kemaren hubungan kalian jalan di tempat.”
“ lonya aja yang berharap ketinggian sama hubungan gue dan dia, sudahlah gue mau baca buku dulu,” gadis itu membalikkan badannya ke arah berlawanan dari lawan bicaranya, dia membuka novel yang semalam belum habis dia baca. Gadis itu mulai membaca, menghiraukan sahabatnya yang sudah mulai kesal.
“ lo ih kesel gue, gue pergi aja deh, kalau gue pergi ingat jangan kebaikan sama orang lain, kalau di suruh ini itu jangan mau, bye,” teman si gadis menghentak-hentakan kakinya, tampang elegan tapi kelakuan seperti bocah. si gadis tersenyum kecil dari balik buku yang dia baca.
****
Sudah dua hari ini Aliana berkutat di depan laptopnya, bahkan untuk makan pun, Aliana lewatkan. Aliana melirik jam di kamarnya, sudah pukul 12 malam sepertinya Aliana harus berhenti sebentar karena perutnya sedari tadi sudah berontak ingin di isi, Aliana sangat lapar, dia melangkahkan kakinya menuju dapur. Aliana tersentak karena melihat Kallista menelungkupkan wajahnya di meja makan, wanita itu tertidur di dapur. Aliana menepuk punggung Kallista beberapa kali, pelan-pelan mata wanita itu mulai terbuka. Dia merenggangkan tubuhnya, menatap Aliana dengan mata sayunya.
“ Kall kok tidur di sini.”
“ aku nungguin Azfer, udah dua hari ini dia selalu pulang larut malam, aku khawatir jadinya.”
“ bang Azfer mungkin lagi banyak kerjaaan, tahu sendiri abang kaya gimana, dia gak bakal pulang kalau pekerjaannya belum selesai,” Aliana berjalan menuju kulkas, dia mengambil cake berlumur keju, dilanjutkan mengambil air mineral, sebelum pergi dia menepuk bahu Kallista, seolah mengatakan tidak perlu khawatir. Aliana memasuki kamar bernuansa putih dan hitam dalam beberapa furniturnnya, Aliana menyukai warna putih dan hitam.
Aliana duduk bersila, dia memakan cake dalam diam, sesekali dia memejamkan matanya karena menikmati rasa manis dari cakenya.
Aliana melanjutkan kegiatannya merevisi novel hingga jam 5 pagi, dia mengucek matanya berulang kali untuk mengembalikan kesadaran, tetapi sepertinya itu tidak ampuh karena beberapa menit setelahnya Aliana tertidur dengan kepala yang jatuh di keyboard laptop.
****
“ bi, bibi,” sedari tadi Zayn menggoyang-goyangkan bahu Aliana, sesibuk apapun Aliana dia tidak pernah absen mengantar Zayn kesekolahnya, akhirnya usaha Zayn berbuah hasil, Aliana mengerjapkam matanya, melihat Zayn yang sudah memakai seragamnya membuat Aliana kelimpungan tanpa melihat jam dia berlari memasuki kamar mandi.
“ bibi cuci muka dulu ya, kamu udah makan?” ucap Aliana sedikit teriak, dia berada di kamar mandi sedangkan Zayn duduk manis di atas tempat tidur Aliana.
“ udah,” ucap Zayn ikut berteriak. Anak itu menggoyang-goyangkan kakinya.
Beberapa menit setelahnya Aliana dan Zayn sudah berada di mobil bersiap menuju sekolah Zayn, di perjalanan Zayn tidak banyak bicara, Aliana tahu Zayn lagi marah, biasanya Zayn akan diam saja ketika keinginannya tidak di turuti atau saat dia sedang marah.
“ Zayn, kenapa?” Aliana melirik Zayn beberapa saat lalu kembali fokus ke jalanan. Zayn diam beberapa saat, tetapi sepertinya anak itu tidak tahan untuk diam lebih lama lagi.
“ Zayn tuh lagi kesal, jadi gak usah ajak Zayn bicara deh,” Zayn menyilangkan tangan kecilnya di dada, dia mempaotkan bibirnya.
Aliana terkekeh pelan, dia mengacak-acak rambut Zayn, menurut Aliana Zayn sangat manis ketika ngambek seperti ini.“ bibi minta maaf Karena terlambat bangun, pasti kamu capek bangunin bibi tadi, mommy dan Daddy kamu kapan perginya?”
“ Zayn belum lihat Daddy dari pagi, sementara mommy pergi setelah memasak sarapan,” ucap Zayn jutek.
“ yaudah kamu turun gih, kita udah sampai,” Aliana melepas seatbelt nya, dia turun dari mobil begitu juga Zayn.
“ bye Zayn nanti bibi jemput,” Aliana mensejajarkan dirinya dengan tubuh mungil Zayn, satu kecupan mampir di kening Zayn.
“iss, Zayn udah besar gak mau di cium bibi lagi,” anak itu menghapus bekas kecupan Aliana dari pipinya, dia merenggut, menatap Aliana seolah-olah menatap musuh yang paling dia benci, Aliana terkekeh melihat reaksi Zayn, Zayn memang begitu, selalu merasa sudah besar. Zayn melambaikan tangannya hinggga tidak terlihat dari pandangan Aliana, Aliana juga melambaikan tangannya saat dia berbalik dia melihat orang yang di kenalinya.
“ dia anak lo?” Tanya perempuan itu, Amora, teman satu kampus Aliana di indonesia. Amora sedari tadi melihat interaksi Aliana dan Zayn.
“ bukan, dia keponakan gue,” ucap Aliana, dia merasa risih karena di tatap menyelidik oleh lawan bicaranya.
“ gue kira dia anak lo, soalnya waktu kita kuliah dulu lo tiba-tiba pindah, banyak rumor yang beredar salah satunya lo hamil di luar nikah,” ucap Amora enteng, dia tersenyum meremehkan begitu melihat penampilan Aliana yang tidak berubah, masih cupu dan tidak mengetahui fashion.
“ gue pindah memang gue ingin pindah,” ucap Aliana ketus, dia menatap wanita itu berani, dulu memang dia gadis yang polos, tidak bisa melawan mereka yang sering membullynya secara verbal, tetapi sekarang Aliana sudah jauh berubah, tidak Aliana yang lemah dan polos lagi, tetapi Aliana yang dewasa dan tegas.
Amora tersentak mendengar ucapan Aliana, dia menyeringai.
Sekarang permainannya lebih menarik
“ well, semoga kita bertemu lagi, sekarang gue lagi sibuk, bye Al,” Amora pergi dengan senyum kebanggaannya. Aliana muak, dia tahu bahwa Amora termasuk orang yang sangat membencinya, Aliana juga yakin rumor apapun yang beredar di universitas lamanya, Amora menjadi salah satu penyebar rumor itu.
Dasar ular
Tbc
Vote, comment & share
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Obsession
RomansaKaydan Axton Dalbert, pria yang tak akan melepas apa yang telah dia klaim sebagai miliknya, segala cara akan Kay lakukan untuk memiliki wanitanya. "cuz she's only one." Zavira Aliana, cewek pendiam yang tidak suka berbicara dengan orang baru yang di...