The Real Devil

293 15 2
                                    

Vote, comment & share


seorang gadis kecil memeluk bonekanya erat, air mata masih membanjiri wajahnya, kehilangan orang yang paling di sayanginya membuat si gadis kecil menjadi seperti itu.

Orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan yang merenggut nyawa mereka, meninggalkan si gadis seorang diri.

Seorang anak laki-laki menggenggam jemari si gadis kecil yang terasa hangat, dia memberikan senyum yang paling manis yang dia miliki, tetapi bukannya diam si gadis semakin menangis, si anak laki-laki yang tidak tahu mau melakukan apa memeluk si gadis dengan hangat, beberapa menit setelahnya si gadis mulai tenang dan tertidur di pelukan si anak laki-laki.

"kita mengantarnya ke panti asuhan saja," ucap si ibu anak laki-laki.

"dia akan bersama kita, bagaimanapun dia itu keponakanmu," ucap si ayah anak laki-laki.

"aku tidak pernah menganggap ibunya sebagai adikku, wanita itu dan ibunya hanya perusak keluargaku," ucap si ibu membentak, dia menatap si gadis kecil dengan tatapan kebencian.

"tidak, keputusanku sudah bulat, dia akan tinggal bersama kita."

"tidak bisa, di..."

Si ibu menghentikan ucapannya begitu menyadari si anak laki-laki menggenggam tangannya, si anak laki-laki menangis, dia mengatupkan tangannya, memohon.

"mah, tolong biarkan dia tinggal bersama kita."

****

Seorang pria berjalan dengan cepat, dia mengabaikan teriakan seseorang yang memanggilnya, tanpa perlu meminta ijin dia membuka pintu dengan kasar, dia berjalan memasuki sebuah ruangan seseorang yang sedang berkutat di depan komputernya. Azfer, pria yang datang langsung menendang kursi di depan Kay, dia menatap pria itu penuh kebencian.

Kay menaikkan alisnya, senyum kecil tersungging di wajahnya membuat Azfer yang sedari tadi menahan amarah menarik kerah kemeja Kay, satu tinju melayang di pipi Kay, tinju lain hampir mengenai tetapi dengan tangkas Kay mendorong Azfer, hingga pria itu terduduk di lantai, Kay merapikan kemejanya yang sedikit kusut, dia kembali duduk di singgasananya, menyilangkan kaki dan menatap Azfer malas.

" kenapa?" ucap Azfer serak, dia tidak menatap Kay melainkan lantai yang menjadi tempat duduknya saat ini.

" hanya ingin."

Azfer kembali berdiri, perkataan Kay menyulut kembali emosinya, dia bersiap untuk kembali memberikan tinju, tetapi tangannya di tahan oleh Dean yang dari awal melihat semuanya. Azfer memberontak, dia menghempaskan tangannya dari Dean.

" anda sudah menghancurkan perusahaan saya, tetapi anda berkata hanya ingin? sialan," Azfer berdecih, matanya sudah memerah, rahangnya mengeras dia tidak pernah seemosi ini sebelumnya.

" saya terlalu lelah berinvestasi dengan perusahaan buruk milik anda," Kay berucap tenang, dia menyesap kopinya yang sudah mulai dingin.

" anda bukan hanya mencabut investasi anda, tetapi menyuruh semua perusahaan untuk mencabut saham mereka, anda berniat untuk menghancurkan perusahaan saya," Azfer meninggikan nadanya.

" bukankah sudah saya katakan perusahaan anda terlalu buruk, hingga saya muak melihatnya, sudahlah tidak ada gunanya anda di sini."

" pria brengsek," Dean dengan cepat langsung menahan tubuh Azfer yang mendekati Kay, dia tahu kalau pria itu bisa melakukan sesuatu yang semakin memperparah keadaaan.

" bawa dia pergi Dean, aku bisa memenjarakannya jika melihatnya terlalu lama," Kay membalikkan kursinya, dia menghirup aroma kopi yang di genggamnya, di depannya ada kaca besar, terpampang jalanan kota yang mulai padat karena jam pulang kerja.

Dean dengan sekuat tenaganya membawa Azfer keluar dari ruangan itu, tubuh Azfer terlalu lemah dia tidak bisa melawan lagi, tubuhnya lemah tidak seperti biasanya, mungkin efek dari stress dan kurang istirahat.

Azfer berjalan menjauhi ruangan Kay, di sepanjang jalan dia tersenyum miris. Para Karyawan yang melihatnya memberi tatapan kasihan. Orang yang kesian kali perusahaannya hancur karena boss mereka yang terkenal tidak pernah berbelas kasih.

****

Azfer pulang dalam kondisi mabuk berat, dia memencet bel dengan brutal, dia tidak mengingat sandi rumahnya. Aliana yang belum tertidur segera bergegas untuk membuka pintu, Kallista juga menghampiri pintu, dia juga belum tidur. Aliana membuka pintu, dia terkejut begitu melihat Azfer yang berpenampilan acak-acakan, bau alkohol masuk ke indra penciumannya. Kallista dan Aliana ingin membantu Azfer untuk berjalan, tetapi pria itu menolak dengan menghempaskan tangannya, Aliana dan Kallista mundur satu langkah mereka sedikit takut dengan Azfer.

Azfer berjalan menuju sofa, dia mengambi vas bunga dan melemparnya ke dinding, bunyi pecahan semakin membuat dua orang wanita itu ketakutan, Azfer melempar apa saja yang ada di hadapannya, tangannya mengeluarkan darah segar karena terkena pecahan kaca, Kallista berjalan untuk menenangkan Azfer, dia memeluk pria itu dengan kuat, air mata membanjiri mata wanita itu.

Tes tes

Air mata Azfer jatuh satu persatu, dia mengeratkan pelukannya. Aliana mematung, Azfer terlihat sangat rapuh, tidak sadar air mata lolos di pipi Aliana.

" perusahaanku bangkrut Kal," pria itu berucap lirih, dia semakin mengeratkan pelukannya, tidak mau kehilangan wanita yang di cintainya karena mengetahui fakta itu.

Kallista semakin menangis, dia melepas pelukan mereka, mengusap air mata Azfer lembut. Setelah itu dia kembali memeluk prianya, mereka menangis sambil berpelukan. Aliana mengusap air matanya, dia memasuki kamarnya meninggalkan dua insan itu ruang untuk mereka berdua.

****

Drttt drtt

Suara panggilan mengusik tidur Azfer di ruang keluarga. Dia mengucek matanya melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi, Azfer melihat handphonenya, panggilan dari nomor yang tidak di kenal.

" mr. Stellard?" ucap suara di sebrang sana.
" iya ini saya."

" anda di panggil mr. Dalbert, ada sesuatu yang ingin di diskusikan mr. Dalberd dengan anda."

" pria sialan! Bilang padanya saya sibuk," ujar Azfer membentak, mendengar nama pria itu membuat amarahnya tersulut maksimal. Terdengar suara orang terkekeh di sebrang sana.

" padahal saya mau memberikan penawaran kepada anda," ucap suara berat berbeda dengan suara sebelumnya, Azfer tahu kini telefon sudah berpindah ke tangan Kay.

" mau apa lagi brengsek."

" datanglah, mungkin saya akan mengembalikan perusahaan anda."
Ucap orang yang di seberang sebelum mengakhiri panggilan. Azfer mematung, Kaydan Axton Dalbert adalah pria licik yang tidak pernah bisa di tebak.





Tbc

Vote, comment & share

Love or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang