Vote, comment & share
Di sebuah bangku taman, seorang gadis membaca buku dengan serius, matahari yang terik tidak menjadi kendala untuk gadis itu menyelesaikan bacaannya, gadis itu juga merasa gerah tetapi menurutnya sayang sekali berpindah tempat duduk sedangkan sebentar lagi dia akan menamatkan buku itu.
Gadis itu mendongak melihat langit setelah merasa ada yang aneh karena tiba-tiba saja matahari tidak lagi menyengat kulitnya, ternyata seorang pria menutupi matahari menggunakan jaketnya tepat di atas kepala si gadis. Gadis itu tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit, dia kembali menyelesaikan bacaannya, sedangkan pria itu masih berdiri dan memegang jaket agar gadis itu tidak kepanasan.
Beberapa menit setelahnya gadis itu memasukkan buku yang telah selesai di bacanya kedalam tas, dia menepuk bangku di sampingnya, mempersilahkan pria itu untuk duduk.
“ terima kasih Ax, lo emang yang terbaik,” gadis itu memberi dua jempolnya.
“ hem,” gumam pria itu membalas. Gadis itu mengeluarkan buku lain dari tasnya.
“ bagaimana kalau kita belajar bahasa Indonesia dulu, lo udah lamakan gak belajar.”
“ gak ah gue malas, lagian bahasa Indonesia gue udah bagus, apalagi yang mau di pelajari.”
“ iyasih udah bagus, tapi kelancaran pengucapannya belum, kamu belum seperti orang Indonesia.”
“ lah kan memang gue bukan orang Indonesia.”
“ maksud gue itu biar kaya orang Indonesia.”
“ bacot banget dari tadi, ayok gue traktir es krim,” pria itu bangkit dari duduknya, dia mengenakan jaket yang di bukanya tadi. Berjalan tanpa menunggu si gadis.
“ ayo!” seru gadis itu semangat, gadis itu menarik tangan si pria, mereka berjalan bersama sesekali pria itu menggoda gadis itu dengan mencepatkan langkahnya sehingga gadis itu harus berlari untuk menyusul, memiliki badan yang kecil membuat satu langkah pria itu sama dengan dua langkah si gadis .
****
“ lo sudah dapat apartment, tinggal nyari kerja aja,” ucap Aliana, dia memindai ruangan itu, apartment yang sederhana, hanya satu kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur kecil.
“ menurut lo, gue bisa keterima kerja di kota ini?” raut Kristal tampak murung, dia merasa tidak bisa bersaing dengan manusia-manusia yang pasti jauh lebih pintar dari dirinya.
“ ya bisalah, atau lo mau kerja di perusahaan abang gue?”
“ ogah, gue mau kerja yang di rumah kaya elo, jadi penulis novel, tapi gue sadar itu bukan bidang gue,” Kristal sedikit iri dengan Aliana, dia tinggal di rumah saja bisa dapat uang dari novel-novelnya, sementara Kristal harus berkeliaran sana sini mencari pekerjaan di negeri orang.
“ semangat dong Tal, lo gimana sih pesimis amat, ini bukan Kristal yang gue kenal,” Aliana membawa tangan Kristal di genggamannya, dia memberikan senyum yang mampu menguatkan Kristal.
“ oke, ini waktunya gue menunjukkan bahwa gue itu bisa, gue itu mandiri, dan gue itu memiliki kemampuan,” ucap Kristal semangat, rautnya sudah kembali cerah, Aliana memeluk sahabatnya itu, dia tahu pasti sulit bagi Kristal, tetapi Aliana yakin Kristal pasti bisa.
“ gue pulang dulu ya,” ujar Aliana, dia melirik jam di pergelangan tangannya, sudah hampir sore, sementara Aliana harus menyelesaikan revisi novelnya karena sudah di minta penerbit.
“ oke hati-hati,” Kristal mengantarkan Aliana sampai pintu, mereka berpelukan sebentar lalu Aliana langsung masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.
Aliana membalas senyum kepada penjaga di apartemen, dia cukup senang memiliki Kristal disini, dia baru satu bulan di new york jadi Aliana belum memiliki teman, dengan adanya Kristal Aliana harap kehidupannya lebih cerah lagi di masa mendatang.
****
Dean berlari menuju ruangan Kay, pria itu tadi memanggilnya melalui intercom, Dean yang peka maksud dan tujuan dia di panggil Kay, langsung mengambil map cokelat yang tergeletak di mejanya.
Seperti biasa Dean tidak pernah mengetuk pintu terlebih dahulu, dia berjalan santai lalu duduk di atas meja kerja Kay, Kay menatap Dean tajam, sementara Dean hanya menatapnya seolah tidak melakukan hal yang salah, Kay menghela napasnya, dia lelah untuk menegur Dean agar bersikap sopan kepadanya apabila di kantor, bukankah memang seharusnya Dean ini sopan, Kay seorang CEO di perusahaannya sedangkan Dean sekretarisnya, tetapi sudahlah Kay terlalu lelah dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk menceramahi Dean panjang lebar.
Dean memberikan Kay senyum terbodoh yang dia miliki, tidak lupa dia merapikan kacamata besar di hidung mancungnya. Dean melemparkan map cokelat di meja Kay, seperti yang dia duga Kay pasti memintanya datang hanya karena menginginkan isi dari map cokelat ini.
“ belum semua sih itu, itu hanya berisi apa yang dia lakukan 4 tahun terakhir dan biodata beberapa orang yang berada di dekatnya.”
Kay mengangguk singkat, dia membolak-balik kertas dan membacanya dengan teliti, Kay menyeringai begitu ada hal menarik yang di temukannya.“ Double A Company? Bukankah kita termasuk investor besar di perusahaan itu?”
“ ya, perusahaan itu memiliki banyak masalah akhir-akhir ini, sudah ku katakan perusahaan itu tidak menjanjikan,” ucap Dean setelah mengingat tentang perusahaan itu, menurut Dean perusahaan itu beruntung karena memiliki kerjasama dengan perusahaan besar seperti milik Kay ini.
“ good, gue udah ada rencana.”
Dean menatap Kay bertanya-tanya, dia memperhatikan raut Kay, raut yang familiar, biasanya Kay mengeluarkan raut itu ketika dia ingin menjatuhkan sebuah perusahaan, atau ingin mengambil alih perusahaan. Dean merebut kertas yang di genggam Kay, dia membaca dengan teliti susunan kata itu, Dean meneguk salivanya, dia telah menemukan alasan kenapa Kay mengeluarkan ekspresi seperti itu.Double A Company adalah milik Azfer Andrea Stellard, abang sepupu Aliana.
“ jadi, rencanamu apa?” ucap Dean harap-harap cemas, jangan sampai pemikiran terburuknya itu benar.
Kay tidak menjawab dia hanya mengeluarkan seringainya, bahkan Dean merinding melihat raut Kay ini.Dia lebih licik dari rubah.
Kay melemparkan Kartu debit ke arah Dean yang di tangkap Dean dengan sempurna.
“ pakai itu untuk mengganti penampilanmi, telingaku infeksi kalau mendengar karyawan lain ngehina penampilanmu, lagian kau kok bisa berubah 180 derajat gini sih?” Kay memandang Dean jijik, pertama kali mereka bertemu penampilan Dean tidak seburuk ini.
“ kai kan tahu alasannya, lagian kenapa baru sekarang kau terganggu dengan penampilanku,” Dean berjalan menuju kaca di ruangan Kay, dia meneliti penampilannya, menggunakan kaca mata yang besar, celana kebesaran, juga baju kebesaran, dia harus membuat penampilannya setidak menarik mungkin agar tidak menarik perhatian mereka, dia masih mau hidup tenang sebelum orang-orang itu mengetahui keberadaannya.
“ lebih baik lo operasi plastik aja deh.”
“ Gue udah di ciptakan bak dewa yunani, gak butuh operasi plastik.”
“ yaudah terserah elo,” ucap Kay malas, biarlah Dean melakukan apapun yang di sukainya.
Baby, I’m coming
Tbc
Vote, comment & share
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Obsession
RomanceKaydan Axton Dalbert, pria yang tak akan melepas apa yang telah dia klaim sebagai miliknya, segala cara akan Kay lakukan untuk memiliki wanitanya. "cuz she's only one." Zavira Aliana, cewek pendiam yang tidak suka berbicara dengan orang baru yang di...