Podd stress. Pekerjaannya menumpuk karena Papa nya sedang cuti untuk menemani Daddy nya bertugas dan menyuruh Podd, yang masih berusia 25 tahun, untuk memimpin perusahaan. Podd tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan sebanyak ini. Terlebih suaminya, Gawin, sudah sakit selama seminggu. Gawin tidak nafsu makan, sekalinya makan pasti akan memuntahkannya, dan Gawin tidak ingin ke Dokter. "Ini kan cuma sakit biasa, ngapain ke Dokter sih.." ucapnya saat Podd memaksa, bahkan berlutut meminta Gawin ke Dokter namun Gawin tetap tidak mau. Podd hanya pasrah. Setidaknya Gawin masih bisa tersenyum sebelum Podd berangkat kerja pagi ini.
"Podd..." suara Mike membuat Podd yang sedari tadi fokus pada layar komputer menoleh ke arahnya. Podd melihat Mike datang sambil membawa nampan berisikan makan siang.
"Udah jam 3, makan siang dulu gih.." Mike menaruh nampan di atas meja tamu yang letaknya tak jauh dari meja kerja Podd. "Gawin yang masak nih."
"Ha?! Gawin?!" Podd langsung berdiri mendengar nama suaminya disebut. "Kok bisa? Bukannya dia di rumah??" Podd berjalan menuju meja tamu untuk melihat makanan yang dibawa Mike yang ternyata benar itu adalah masakan Gawin.
"Dia tahu lo sibuk banget jadi tadi dia masak di rumah terus bawain kesini deh."
"Terus sekarang dia dimana?" tanya Podd sambil mencengkram kedua lengan Mike.
"Udah pulang. Katanya gue disuruh sampein nanti malam dinner bareng di Cafe dia. Mau dinner Valentine bareng.."
"Astaga bahkan gue lupa hari ini adalah Valentine.."
"Ya udah buruan makan, segera selesaikan terus bisa dinner bareng ama Gawin.'' Podd hanya mengangguk sambil melahap makan siangnya. Podd kembali bersemangat setelah makan siang dengan masakan kesayangannya. Podd merasa ia bisa selesaikan pekerjaannya sebelum matahari terbenam.
Atau itu hanya harapan Podd semata. Jika Daddy nya bukan sniper handal, rasanya Podd ingin membunuh Papa setiap kali Podd melihat jam tangannya yang menunjukkan jam 11 malam. Pakaian dan rambut Podd sudah berantakan, Podd juga yakin bau badannya sangat tidak enak sehingga Podd menyemprotkan parfumnya ke seluruh badan Podd seolah-olah Podd mandi parfum. Beruntung Mike sudah mrmbelikan bunga lili putih, bunga kesukaan Gawin. Podd sangat berharap Gawin tidak marah padanya.
Tentu saja Cafe Gawin sudah gelap saat Podd sampai. Tulisan ''close'' sudah terpasang, namun Podd masih dapat membuka pintu Cafe. Podd melihat salah satu meja terdapat lilin menyala dan makan malam telah disajikan. Podd ingin menangis saat ia melihat Gawin sedang tertidur di atas meja. Ia berjalan mendekati Gawin, berjongkok, menaruh bunga di atas meja, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Gawin ''Love, bangun..''
Gawin merasa ada yang memanggilnya berusaha untuk bangun. Senyumnya berkembang saat melihat wajah khawatir Podd. "Cinta, kamu datang..''
Podd mengelus pipi Gawin, merasa sedih karena Gawin terlihat sangat capek ''Maaf ya.. aku sudah berusaha untuk selesaikan secepat mungkin tapi ternyata gak bisa..''
"Gak papa, makan yuk. Kamu pasti lapar. Aku juga belum makan.''
"Astaga Cinta... kok kamu belum makan... ayo kita makan.'' Podd berdiri dan duduk di hadapan Gawin lalu makan steak daging yang sudah dingin.
"Maaf ya udah dingin makanannya..''
"Aku yang minta maaf... besok aku libur seharian jadi aku bisa nemenin kamu seharian.''
"Papa gak papa kamu liburin diri?''
"Gak papa, biarin Papa marah yang penting kamu.''
Gawin tersenyum saat mendengar kalimat Podd, namun senyumannya seketika menghilang saat ia merasa isi perutnya mau keluar. Podd yang sadar perubahan pada Gawin langsung menghampirinya. "Kamu masih sakit? Mau muntah?'' tanya Podd cemas.
Gawin menggelengkan kepalanya. "Aku boleh duduk di pangkuanmu?'' tanya Gawin membuat Podd bingung namun ia menurutinya. Podd kembali duduk di kursinya, Gawin duduk di pangkuan Podd lalu mengalungkan tangannya ke leher Podd. ''Mukanya jangan kusam gitu ah, jelek.''
"Gimana gak kusam, aku khawatir sama kamu... kamu sakit sakitan tapi gak mau ke dokter..''
"Aku gak papa...'' Gawin mengambil salah satu tangan Podd lalu meletakannya ke atas perut Gawin. Podd yang masih bingung dengan aksi Gawin memandang Gawin dengan muka bingung. Gawin mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu ke telinga Podd.
"Ini hadiah buat kamu. Happy Valentine, Papo.''
Podd berhenti sejenak mendengarnya. Podd dan Gawin pernah membicarakan nama panggilan apabila suatu hari mereka punya anak. Podd akan dipanggil Papo sedangkan Gawin akan dipanggil Papa. Jika Gawin memanggilnya Papo, maka artinya ''Aku akan jadi Ayah?'' tanya Podd tak percaya yang dijawab angukan oleh Gawin.
"Aku gak sakit, mas. Ada Bright disini.'' Gawin mengeratkan genggaman tangannya lalu mengelus pelan perutnya dengan tangan Podd.
Podd masih merasa tidak percaya, ia mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Gawin dengan lembut. "Bright? Kamu yakin ia cowok?'' Podd dan Gawin juga sudah pernah membicarakan nama anak mereka. Bright jika laki-laki, Light jika perempuan.
"Aku yakin...'' kali ini Gawin yang mencium bibir Podd. "Udah ya jangan kusam lagi ya.''
Podd tersenyum lebar karena suasana hatinya berubah menjadi ringan. "Aku cinta kamu..''
Gawin ikut tersenyum mendengarnya, ''aku juga cinta kamu.'' Mereka berdua kembali berciuman sangat lama, membiarkan nafsu menuntun mereka ke malam yang panjang.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan
Storie d'amoreBook 1 of Starlight Brightwin AU Dimana Bright sang playboy kampus dijodohkan dengan Win, anak satu kampusnya yang belum pernah pacaran seumur hidupnya.