Awal Perjalanan

31 5 0
                                    

"Ma. Kita pamit, ya."

"Iya. Kalian jaga diri baik-baik, ya." Sembari mengelus kepala mungil anaknya.

Saat ini, mereka menunggu kedatangan Shandy beserta teman-temannya untuk menjemput di depan gerbang rumah Hana.

"Guys ..." panggil Hana kepada Sindi dan Angel

"Kenapa, Han?" tanya Sindi

"Katanya, kalo perasaan nggak enak saat mau perjalanan itu lebih baik ditunda, ya?" tanya Hana

"Kenapa, lo? Feeling lo nggak enak?" tanya Sindi, khawatir.

"Iya, sih. Tapi, halu doang, mungkin."

"Positif thinking aja, Han" ucap Angel

Mereka menunggu mobil Shandy terlihat dari ujung jalan, 30 menit kemudian mereka datang dengan mobil off road berwarna hijau army bawaan Shandy. Tanpa buang waktu lagi, mereka bertiga naik.

Awal perjalanan, mereka masih berada di area kota. Jalanan yang tak pernah sepi dan tak jarang juga yang terkena macet. Hari ini, masih pagi. Jalanan masih tidak terlalu ramai, banyak orang yang pergi ke pasar untuk mencari bahan masakan yang akan mereka hidangkan pagi ini.

Di tengah perjalanan, Shandy menyetel musik untuk hiburan, agar tidak mengantuk saat menyetir. Sekitar satu jam perjalanan,
Mereka hampir memasuki daerah pemukiman warga desa. Melewati jalanan yang sepi dengan berjuta pemandangan, asri sekali. Di sebelah kanan jalan, ada tebing bebatuan dan di sebelah kiri jalan, terdapat danau biru yang tenang. Sangat indah.

Saat sedang menyetir, Shandy merasa kehausan. Ia berusaha mengambil air yang ada di samping. Ketika memutar tutup botol, Shandy merasa kesulitan, membuatnya menjadi tak fokus menyetir.

"Awass!"

Dukk!

Tiba-tiba, mobil seperti menabrak sesuatu. Shandy dan Jaya turun dari mobil untuk melihat apa yang ditabraknya. Ternyata, anak kucing hitam. Terlihat ibu kucing di seberang jalan yang mukanya memelas, melihat anaknya yang tergeletak tak berdaya di dekat ban mobil itu.

"Ada apa?" tanya Sindi

"Anak kucing. Kena tabrak, mati" jawab Shandy

"Dibiarin?" tanya Hana, turun dari mobil.

"Maunya diapain?" tanya Jaya

"Kubur, lah!" sentak Hana, Jaya kaget.

Shandy ke belakang mobil, memeriksa bagasi, barangkali menemukan sesuatu yang dapat digunakan untuk menggali tanah, agar dapat mengubur anak kucing.
Dia teringat ada sekop kecil yang ditaruh bagasi saat setelah berkebun di ladang kakek.

Shandy berjalan ke belakang mobil, membuka bagasi dan mengambil kotak penyimpanan barang.

"Oh, ini dia." Shandy menemukan sekop itu.

Ia pun menggali tanah di pinggir jalan, dan mengangkat anak kucing. Ditaruhnya kucing itu di lubang tanah yang telah ia gali.
"Bismillah." ucapnya, lalu menguburkannya dengan tanah. Shandy menepuk tanah itu sambil berkata, "maaf ya, pus."

Shandy kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Tak lama setelah menguburkan 'anak kucing', mereka sampai di pemukiman warga desa. Suasana yang masih asri dengan pepohonan yang rindang, membuat udara terasa sejuk dan menenangkan.

"Heh!" Hana melihat anak kecil berlari di depan mobil. Ia terkejut.

"Kenapa, Han?" tanya Sindi

"Ada anak kecil tadi."

Teman-temannya melihat ke arah sekitar. Tidak ada apa-apa. "Nggak ada, tuh." kata Sindi

"Oh. Bukan, berarti" ucap Hana, santai.

Lawang WatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang