11. The Fact

921 131 46
                                    

"Aktrismu itu manusia! Jangan hanya karena sedang mendapat banyak penawaran, lalu kau sebagai manager menerima semuanya."

"Apa masuk akal dia selalu mendapat 3 jadwal dalam satu hari dan itu berlanjut selama dua bulan penuh?"

"Kau sebaiknya tidak lupa jika dia seorang publik figure, bukan mesin pencetak uang." kesal Wonwoo menarik nafas lebih dalam, agar emosinya berkurang setelah menaruh ganggang telpon ke tempatnya semula. Dia tidak habis pikir kenapa para manager artis sangat berambisi sekali belakangan ini.




Pria berkulit putih pucat itu melirik sekretaris yang kedapatan beberapa kali mencuri pandang kearahnya. Entah kapan terakhir kali mereka membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan urusan kantor, karena sekarang mereka semakin menjaga jarak antara satu sama lain.


"Eumm.. setelah dipikirkan lagi, aku rasa aku bisa mengerjakan pekerjaanku sendiri."

"Jadi, akan aku usahakan dalam waktu dekat kau tidak perlu menjadi sekretaris pribadiku lagi." jelas pria yang memakai kacamata bulatnya menutup map berisi daftar aktris dan aktor yang mendapatkan tawaran drama yang diproduksi bulan depan. Ibunya tadi tiba-tiba menghubungi Wonwoo, setelah sekian lama dan mengajaknya membicarakan sesuatu. Jadi bisa dibilang ini kebetetulan yang  pas untuk pergi dari ruangannya sembari menenangkan diri.



"Tenang saja, aku pasti akan membicarakan ini dengan Yoon Sajangnim agar kau bisa kembali berkerja dengan Tim Perencanaan sebelumnya."





Jennie yang mendengar itu memilih untuk diam tidak memberi tanggapan apapun. Kemarin saja pria menyebalkan itu tidak mengajak Jennie pergi bersama saat meeting di luar. Harusnya dia memang merasa senang, membayangkan dia tidak akan akan sering melihat Wonwoo dan wajah datarnya. Dia juga tidak perlu lagi mendengar sindiran pria itu yang sering kali membuatnya naik darah. Tapi kenapa dia malah bingung? Apa mungkin Jennie merasa sedikit kecewa dengan posisinya yang diturunkan lagi di Lightfrost?


"Ah.. begitu."

"Sebenarnya saya juga merindukan tim perencanaan. Tidak menyangka jika akhirnya saya bisa membagi pekerjaan dengan rekan yang lain." bohong gadis mungil itu mengangguk kecil, masih menatap layar komputer di depannya.




"Baguslah."














Di sebuah restoran mewah, sosok wanita paruh baya -Im Hana- yang berdandan dan berpakaian yang terlihat lebih muda dari usianya sedang menggoyangkan gelas kaca berisi wine. Sekilas saja, orang-orang bisa mengetahui jika dia berasal dari golongan orang konglomerat yang seumur hidupnya tidak pernah mengenal apa itu kata miskin. Ya, bagaimana tidak orang lain menganggapnya seperti itu? Apalagi ditambah dengan sikap percaya dirinya yang angkuh, meski ia hanya duduk seorang diri.


Sebenarnya hari ini suasana hatinya sedang tidak baik, setelah pertunangan putranya dan calon pilihannya telah kandas. Hana sama sekali tidak mengerti apa alasan Wonwoo yang melakukan bodoh tanpa memikirkan akibatnya. Wanita itu juga tidak menyangka akan dengar kembali nama seseorang yang sudah lama dia singkirkan.



"Kau benar-benar datang?" sapanya santai begitu melihat pria jangkung berjalan ke arahnya.

"Eomma kira kau tetap ingin bersembunyi, karena kau tidak membalas pesanku."






Wonwoo melipat kedua tangannya di depan dada, sambil duduk sisi di seberang meja tanpa berniat sedikitpun untuk lebih dekat dengan orang yang dia kenal. Alasan dia sengaja datang adalah untuk menujukan bahwa keputusan yang dia ambil tidak salah.



Hello, My EX!  •  JENNIE x WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang