A1

3.3K 184 1
                                    

Aleyna baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian yang rapih dan sopan. Ia berlangkah takut keluar dari kamar itu.

Baru saja ingin melangkah ia dikagetkan dengan para pelayan berjejer didepannya.
"Selamat Pagi, Nona!"

Aleyna terperanjat kaget. Dia berusaha tenang.
"Selamat pagi, Ada perlu apa ya?" Tanya Aleyna hati-hati.

"Kami diperintah untuk melayani anda Nona."  Jawab serentak para pelayan itu.

Aleyna gagap seketika.
"Tidak apa, aku bisa mengurus diriku sendiri. Kalian hanya menunjukkan-"

"Kami menolak atas nama Tuan Rafael, Nona." Tunduk Mereka.

Aleyna berdiri dengan perasaat tidak enak.
"Baiklah."

"Terima kasih Nona, silahkan. Kami akan menyiapkan sarapan pagi anda."

___________________

Aleyna duduk bersimpuh di sofa nyaman. Memikirkan mana yang akan dia pilih untuk les bahasa jerman dan bahasa inggris. Rafael sudah berkali-kali lewat didepannya, tapi Aleyna belum saja memilih.

Aleyna sedang menghitung berapa jumlah ia dalam seminggu untuk mengikuti les ini. Dia berkali-kali membaca kertas promosi yang berjumlah 10 lembar.

Tapi, belum memutuskan apapun. Dengan berat hati pun Aleyna mengurungkan niatnya ia memandang Rafael sendu.
"Aley rasa mungkin nanti saja." Senyum Kikuk Aleyna.

Rafael menghembuskan nafas.
"Kenapa? Kamu tidak suka? Biar kak El mencari tempat les lain kalau kamu tidak suka."

Aleyna menggeleng dengan cepat. "Bukan seperti itu, Aleyna hanya tidak enak saja harus bergantung pada Kak El." Balas Aleyna Sedih.

Rafael duduk disebelahnya.
"Hey, jangan bicara seperti itu. Kamu adalah tanggung jawab kakak mulai sekarang."

Aleyna menatap Rafael sendu.
"Maafin Aley, Kak."

Rafael mengangkat Aleyna.
"Saatnya tidur."

Aleyna tersenyum geli. Ia pun menyandarkan kepalanya di dada bidang Rafael dengan nyaman.

Rafael memasuki kamar miliknya dan membaringkan tubuh Aleyna yang sudah terlelap. Rafael tidur disebelahnya sambil mengusap kepala Aleyna dengan sayang.
"Jika kamu tidak bisa memutuskan untuk dirimu sendiri, Biar kakak yang akan mengurus dirimu dari sekarang. Segalanya akan ku atur." Gumam Rafael.

Rafael pun yang terlalu berkalut-kalut memilih untuk tidur atau tidak. Dia pun hanya berdiri menatap foto keluarganya dinakas tempat tidur. Dia menghembuskan nafas kasar dan akhirnya terbawa alam mimpi.

________________________

Pagi-pagi buta, Aleyna dibangunkan dengan paksa oleh Rafael. Dia disuruh mempersiapkan dirinya untuk berpergian dengan Rafael. Aleyna hanya menurut.

Rafael membawanya ke perusahaan besar miliknya. Mereka disambut dengan karyawan yang sedang bergosip. Aleyna hanya melihat area sekitarnya, banyak sekali yang melihat dirinya dengan tatapan santapan. Aleyna berdigik ngeri, ia sedikit berjinjit pada Rafael.
"Kak El, Aku takut disini." bisik Aleyna.

Rafael menghentikkan langkahnya. Sorot matanya begitu seram, Rafael merangkul Aleyna Begitu Possesive.
"Akan ku keluarkan mata kalian dari tempatnya!" Ketus Rafael penuh amarah.

Keadaan menjadi sangat tenang kemudian. Rafael begitu teliti akan keamanan, saat mereka akan masuk ke dalam lift Rafael menangkap seseorang yang sedang mengarahkan kamera ponselnya pada Aleyna.

Tidak dalam hitungan detik. Orang itu sudah tak bernyawa, Rafael tersenyum sinis. Aleyna yang melihat itu pun bertanya-tanya. "Kak El, orang itu pingsan. Kenapa tidak ada yang menolongnya?"

"Anggap saja tidak ada apa-apa, Sayang."

Aleyna menganggukkan kepalanya mengerti. Sampai diruangan pribadi milik Rafael, Aleyna melihat ruangan itu dengan mata yang berbinar. Ruangan itu seperti luas kamar milik Rafael.

Rafael duduk dikursi kebesarannya.
"Duduklah, Kakak akan membelikan mu Ice cream."

Aleyna pun langsung duduk diam.

Rafael melihat Aleyna dengan gemas. "Adikku sangat lucu." Gumamnya

Dering Ponsel terdengar. Rafael mengangkatnya. "Ada apa?"

"Dia pacar baru mu?"

"Dia adikku."

"Oh, Baiklah."

"Dari mana kau tahu?"

"Aku menunggumu di Lobby untuk meeting hari ini. Tapi, kau tak melihatku!"

"Ck! Masuk lah keruanganku!"

"Oke, Sampai Jumpa disana! Dan.. Ada yang ku beri tahu padamu!"

"Katakan saja! Aku tak akan membiarkan adikku mendengar ucapan brengsek dari mulutmu itu!"

"Calm Down Bro! Seseorang mengintai mu dari luar perusahaan, kata bawahan ku mereka mencoba untuk membalasmu lagi."

"Fuck! Sudah ku duga! Dimana Kau sekarang!?"

"Didepan pintu ruanganmu!"

Telepon diputuskan sepihak. Rafael berdiri dan membukakan pintu berbahan kaca itu. Pria didepannya hanya tersenyun misterius.
"Holla!"

Rafael mendengus.
"Masuklah!"

Pria itu duduk didepan Aleyna.
"Adikkmu ternyata sangat menggemaskan, ku kira dia seumuran dengan mu."

Aleyna tersipu malu.

Amarah Rafael bertambah.
"Sayang, Pergi dan duduk disitu. Kakak sudah menyiapkan mu alat untuk melukis. Selagi menunggu Ice Cream milikmu."

Aleyna mengangguk dan berjalan untuk duduk dikursi kebesaran Rafael.

Rafael memandang Pria itu dengan tegas.
"Jangan sampai adikku mendengarkan sesuatu yang aneh membuatnya takut!"

Pria itu mengangguk.
"Mulai dari mana kita akan berbicara?"

"Pengintaian Rahasia." Jawab Rafael.






-Mungkin cerita ini akan mengandung kegabutan aku-
-Maaf banget kalau cerita ini gak sesuai harapan kalian-

-I HOPE YOU ENJOY!-

Meet LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang