Pergi untuk sementara

72 5 0
                                    

Selembar ketas berwarna putih ku letakan diatas nakas kamar utama. Aku menuliskan banyak pesan dan kebutuhan beberapa minggu di dalamnya. Aku harap Bayuaji akan membacanya dan mengerti maksud dan tujuanku.

Bayuaji tengah terlelap bersamaan dengan Zein yang sudah selesai aku timang. Aku akan merindukan anak laki-lakiku, namun aku harus pergi sementara waktu menenangkan diri dan pikiranku.

"Bunda pergi dulu sayang, hanya untuk sementara. Bunda akan cepat kembali sayang." ku usap kening Zein tak lupa menciumnya.

Jam dinding menunjukan pukul 5 pagi, aku harus cepat bergegas agar Bayuaji tidak mengetahui kepergianku. Dengan koper berwarna cokelat aku keluar kamar. Bi Ian berdiri tepat di depan pintu kamarku.

"Ibu mau kemana?" tanya Bi Ian dengan raut wajah bingung.

"Aku harus pergi bi untuk sementara waktu, aku titip Zein dan Bayu. Tolong kabari aku jika terjadi masalah bi." ku pegang tangan Bi Ian untuk menyakinkan perkataanku.

"Tapi bu, kasihan den Zein dan pak Bayu pasti akan mencari ibu."

"Tidak bi, Bayu tidak akan mencariku. Dia akan lebih senang jika aku menjauh darinya." ujarku dengan langkah cepat aku menuruni tangga dan berjalan keluar menuju parkiran.

Mobil berwarna merah milik Alina sudah menunggu didepan rumah, aku berjalan cepat dan masuk dalam mobil Alina duduk dikursi belakang bersama dengan Alina.

"Sudah siap?"

Aku melirik kearahnya,"Gue ragu Lin, kasihan Zein dia pasti butuh gue sebagai ibunya." urungku.

Alina menggelengkan kepala," Telalu baik lo jadi orang. Udahlah untuk kali ini lo harus tega sama mereka."

Mataku terus menatap lurus rumah yang sudah aku tempati kurang lebih tujuh bulan lamanya. Rumah yang belakangan ini menjadi saksi atas goresan luka Bayuaji padaku.

"Udah yuk." ajak Alina.

Aku mengangguk dan menundukan kepala. Ada rasa tak tega meninggalkan rumah besar itu, meninggalkan anakku Zein bersama dengan ayahnya. Maafkan bunda, bunda harus pergi Zein. Bunda ingin ayahmu mengerti dan menghargai keberadaan bunda. Bunda tidak ingin terus terluka dengan pernikahan ini, bunda ingin terus bahagia bersama Zein dan Ayah.

Alina menepuk pundakku."Sudahlah lupakan dulu masalah itu, lo harus nenangin hati Maudy."

Aku terseyum getir kearah Alina,"Gue sayang banget sama mereka Lin, gue harap cara ini bisa buat bayu menghargai keberadaan gue Lin." sahutku.

"Gue yakin kok, bayu akan berubah Maudya. Dia akan merasa kehilangan lo, gur yakin itu." ujar Alina meyakinkanku.

Setelah satu jam perjalanan mobil yang aku tumpangi berhenti tepat disebuah pemakaman. Ya! pemakaman tempat Alif dan Meisya di makamkan. Sudah lama aku tidak berkunjung kemakam mereka dan saatnya untuk aku berkunjung menemui keduanya.

"Gue dimobil aja ya." Alina mengusap perutnya yang semakin membesar. "Titip salam untuk Alif dan Mei." pinta Alina.

"Bumil dasar."ledekku.

Kandungan Alina semakin membesar membuatnya sedikit sulit untuk berjalan, maka dari itu aku harus mengunjungi Meisya dan Alif seorang diri dan Alina menunggu di dalam mobil bersama supir pribadinya.

Aku berdiri di tengah pusara Alif yang berjarak tak jauh dari pusara Meisya. Bunga mawar merah kesukaannya ku taruh tepat di batu nisan Alif yang sudah aku pesankan pada Alina sebelum ia datang kerumahku. Aku tak kuasa meneteskan air mata, mengenang sosoknya yang begitu mencintaiku.

"Aku rindu kamu Alif, terima kasih kamu pernah hadir di hidup dan hatiku." ujarku dalam isakan tangis, aku memang mudah menangis jika mengenang kebersamaanku dengan Alif.

Aku mengusap lembut batu nisan hitam bertulisan "Alif Mahendra" sosok laki-laki yang sangat mencintaiku hingga akhir hidupnya, laki-laki yang selalu menghargai kehadiranku.

"Aku pulang ya, doakan aku agar aku kuat Lif."

Dengan langkah gontai aku berjalan meninggalkan makam Alif dan bergantian menuju makan Meisya. Sama seperti Alif akupun membawakan mawar putih kesukaan Meisya. Ya! aku sangat merindukan adek pertamaku, walaupun semasa hidupnya aku dan dia tidak pernah akur. Ketika ia tiada aku rindu bertengkar dengannya, aku rindu sosok Meisya dihidupku.

Keduanya sudah aku temui, aku beranjak pergi meninggalkan keduanya menuju mobil. Pasti Alina sudah menungguku lama, aku harus melanjutkan perjalananku.

Maudya (Mencari Cinta & Kebahagiaan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang