Happy reading all :)
*****
Ryujin membuka sedikit matanya kala mendengar sebuah panggilan yang mnyerupai bisikan di telinganya. Kepala gadis itu tertoleh untuk melihat oknum yang mengusik tidurnya.
Sudut bibirnya sedikit tertarik keatas hingga membentuk sebuah senyuman kecil di wajahnya. Seseorang yang kehadirannya selama seminggu ini dia tunggu akhirnya menampakkan wujudnya.
"Hai Ryu," sapa pemuda bernama Renjun itu.
Renjun tersenyum miris melihat Ryujin yang akan menjawab sapaannya. "Nggak usah dijawab kalo kamu gak kuat."
Ryujin menatap Renjun sedih. Benar yang dikatakan Renjun, ia tidak kuat untuk sekedar menjawab sapaan Renjun.
"Kabar kamu baik kan? Aku khawatir banget sama kamu," ungkap Renjun semangat.
"Oh, iya, aku kesini bawa sesuatu buat kamu."
Ryujin sedikit mengangkat pandangannya untuk melihat benda yang dibawa oleh sang kekasih. Matanya berbinar melihat sebuah gelang di dalam kotak beludru berwarna hitam.
"Aku juga nggak tau kenapa aku kepikiran buat beli ini. Awalnya aku liat gelang ini cantik banget, jadi aku beli aja dan baru inget kalo aku punya kamu yang bisa pakai gelang ini," jelasnya.
Mata Ryujin mendadak berembun mendengar penuturan Renjun. Ia mengira jika Renjun akan meninggalkannya setelah ia mendapatkan penyakit ini.
"K-ka-mu gak be-benci sa-ma a-aku?" tanya Ryujin.
Renjun tersenyum. "Kenapa aku harus benci sama kamu? Kasih aku alasan untuk aku bisa benci sama kamu."
"K-ka-mu gak ma-lu pac-aran s-sama a-aku?"
"Kenapa aku harus malu?"
"K-ka-mu ting-galin a-ku a-aja, gak pa-pa kok."
"Alasan aku untuk ninggalin kamu apa?"
Setiap pertanyaan yang keluar dari mulut Ryujin selalu di tangkis dengan pertanyaan dengan Renjun. Pemuda itu menatap lembut mata kekasihnya yang tengah terbaring lemah di ranjang.
Ryujin menghembuskan nafasnya pelan. Tangan Renjun terulur untuk mengelus rambut Ryujin lembut. Ada ketenangan tersendiri bagi Renjun saat melihat pacarnya baik-baik saja.
Namun ada sebuah perasaan yang sekarang ini sama-sama ia rasakan bersama keempat sahabatnya. Perasaan yang membuat mereka berlima datang untuk menemui kekasih mereka secara diam-diam.
"Kamu tidur aja, ya? Biar cepat sembuh terus kita bisa sama-sama lagi."
Ryujin tersenyum tipis. "Semoga" lirihnya pelan.
Ryujin tidak tau jika Renjun mendengar suara pelan Ryujin tadi. Raut wajahnya seketika berubah. Perasaan yang daritadi ia hindari kembali muncul.
Perasaan kehilangan.
○○○○○
Jin menatap dua botol di dalam laci meja kerjanya. Benda itu yang seminggu ini mengusik pikirannya. Kesembuhan juga kehilangan putrinya ada pada benda itu.
Mereka sembuh hanya dengan obat itu, tapi mereka juga pergi dengan obat itu.
Bisakah ia menyebut benda itu obat? Bisakah ia menyebut benda itu sebagai penawar? Apakah obat atau penawar bisa membuat seseorang meninggalkan orang yang mereka sayang?
Pikiran Jin hanya dipenuhi dengan pertanyaan juga pernyataan itu. Ada keuntungan juga kerugian di salah satu sisinya. Bolehkan ia egois dan mengambil keuntungannya saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time ✔
Fanfiction|Follow dulu sebelum baca| (Kalo bisa baca sampai habis) Terdengar seperti lelucon. Tapi itulah yang terjadi pada lima pasang bocah yang masih berumur belasan tahun ini. Sebuah perasaan yang sudah tumbuh sejak awal pertemuan mereka, membuat dua kubu...