Happy reading all :)
***
Mora Felisa, Ibu dari Ryujin Felicya Maharani itu menatap sendu ke arah sang putri yang terbaring lemah sembari menutup matanya. Mulut gadis kecilnya tak henti-henti mengeluarkan suara ringisan kesakitan.
Tangan wanita itu terulur untuk mengelus kepala Ryujin pelan. "Cepat sembuh, ya, sayang? Ibu kangen banget sama kamu."
Air mata wanita itu kembali keluar, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis di depan sang putri. Tapi ia tak bisa memegang janjinya sendiri kala melihat keadaan Ryujin.
"Kamu kenapa bisa sampai kaya gini?" Suara Mora bergetar menahan tangisnya. Air matanya terus mengalir dipipi mulusnya.
Ceklek!
Mora mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka. Ada sang suami yang tengah berdiri sembari menatap kosong ke arah lantai di depannya. Tangan pria itu menggenggam erat ponselnya.
"Kenapa, Yah?" Tanya Mora lalu berjalan menghampiri Haendra.
"Tadi Jin telepon aku, dia bilang kalau dia dapat dua botol yang isinya obat," ucap Haendra menggantung.
"Bagus, dong, Yah!" Balas Mora antusias.
"Tapi.."
Mora mengerutkan dahinya heran. "Tapi apa?"
Haendra beralih menatap netra sang istri yang terlihat bingung. "Kita harus kehilangan Ryujin, sayang."
Mora membeku mendegar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut sang suami. Dunia serasa berhenti setelah indra pendengarannya mendengar penuturan itu langsung dari suaminya.
"Ke-kehilangan Ryujin? Kenapa harus kehilangan Ryujin, Yah? Ayah bicaranya ngawur, deh," ujar Mora diiringi kekehan kecil diakhir ucapannya.
Haendra melihat jika air mata Mora sudah membendung di pelupuk matanya. Dengan cepat, bapak satu anak itu segera merengkuh sang istri ke dalam pelukannya. Ia tau pasti apa yang dirasakan Mora saat ini.
"Kita gak akan kehilangan Ryujin kita, Yah! Gak akan! Aku gak akan pernah lepasin Ryujin! Dia anak aku," Mora menyembunyikan wajahnya di dada Haendra.
"Iya, sayang, kita gak akan kehilangan Ryujin kita. Dia anak kita, Tenang, ya?" Bujuk Haendra.
"Aku gak mau kehilangan Ryujin.."
Haendra merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa ia mengucapkan kata-kata itu tanpa memikirkan perasaan Mora?
"Udah, ya?" Ucap Haendra. "Maafin aku, karena aku kamu jadi kepikiran kaya gini."
Haendra merasakan kepala Mora yang mengangguk. Mora tidak menyalahkan Haendra karena pemikiran seperti itu sudah ada di dalam kepalanya. Namun kala Haendra mengucapkan itu, Mora semakin kalut dalam pemikirannya.
"Shh..."
Mora langsung melepaskan pelukan mereka ketika Ryujin merintih kesakitan. Wanita itu segera melangkah menghampiri sang putri yang sudah dibanjiri keringat karena sakit di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time ✔
Fanfiction|Follow dulu sebelum baca| (Kalo bisa baca sampai habis) Terdengar seperti lelucon. Tapi itulah yang terjadi pada lima pasang bocah yang masih berumur belasan tahun ini. Sebuah perasaan yang sudah tumbuh sejak awal pertemuan mereka, membuat dua kubu...