BACK IN TIME [ 12 ]

131 26 9
                                    

Happy reading all :)

*****

Keadaan rumah pasangan Jin dan Jisoo tengah padat. Lima gadis cantik yang biasanya selalu memberi keceriaan, kini terbaring lemah dengan tubuh yang ditutupi kain.

Wajah kelimanya pucat, sangat pucat. Tak ada tanda-tanda kehidupan dari lima gadis itu.

"Hiks.. Kenapa kalian cepat banget ninggalin Mama? Kalian hiks.. udah gak sayang sama Mama lagi? Atau kalian marah sama Mama?" isak Jisoo.

Jin bahkan tidak mampu hanya untuk meredakan tangis sang istri. Rasa bersalah akan semakin besar jika ia berusaha untuk menenangkan istrinya.
Sudah seharusnya Jisoo menangis karena kepergian putri mereka.

Isakan demi isakan terus terdengar diselingi ucapan yang menyayat hati. Orang-orang mulai berdatangan ke rumah Jin dan Jisoo. Tak sedikit dari mereka yang ikut menangisi kepergian lima gadis itu.

Tidak ada sifat mereka yang buruk di mata orang-orang terdekat mereka. Sopan santun, ramah, baik hati, semua hanya sifat terpuji yang dapat mereka temukan.

Banyak tetangga sekitar yang terkejut atas kematian lima gadis cantik nan baik hati ini. Pasalnya, selama ini tidak pernah terdengar penyakit yang menimpa mereka.

"Mereka harus segera di makamkan!" titah seorang wanita.

Orang yang berada di tempat itu seketika menoleh ke asal suara. Wanita yang setia ditutupi oleh jubahnya itu melangkah mendekat.

"Kalau kalian tidak mendengarkanku, lihat saja apa yang akan terjadi," tambahnya.

Mendengar itu, Jisoo langsung menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak ingin kedua putrinya menderita bahkan disaat nyawa mereka sudah pergi.

"Tidak, jangan katakan itu. Aku mohon, jangan katakan sesuatu yang akan mendatangkan kabar buruk," ucap Jisoo.

"Hari ini juga, mereka harus segera... dikuburkan."

Selanjutnya ia berjalan keluar meninggalkan banyak pasang mata yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Mereka tidak tau jika dari tadi wanita itu menahan isakan tangisnya agar tidak terdengar oleh orang banyak.

'Hanya ini satu-satunya jalan untuk bisa menyelamatkan mereka.'

○○○○○

Jeno menatap nanar pada ponselnya yang layarnya sudah pecah. Pandangannya tertuju pada ponsel, namun pikirannya sangat jauh dari pandangannya.

Tak ada yang menghiraukan suara ponsel Jeno yang terjatuh. Pandangan mereka berbeda namun pikiran mereka sama.

"Nggak mungkin."

Ucapan itu yang hanya bisa keluar dari mulut Jeno. Air matanya mulai jatuh ke pipinya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian mencubit tangannya sendiri.

"Akh-"

Ia meringis kesakitan kala kulitnya merasakan cubitannya sendiri. Kepala pemuda itu seketika terangkat untuk sekedar mencari jawaban.

"Yang gue denger tadi gak bener kan? Iya kan? Mereka baik-baik aja kan?" tanya Jeno bertubi-tubi.

Chenle segera menghampiri Jeno dan memeluk erat saudara kandungnya itu. Jeno memberontak melepaskan pelukan sang adik.

Back In Time ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang