Happy reading all :)
*****
Jin masih terkejut dengan kejadian dimana Chaeryeong mengalami kejang-kejang tadi. Ada suatu ketakutan dalam dirinya saat melihat Chaeryeong tadi.
"Gue gak bisa liat Chaeryeong kayak gitu terus," celetuk Suho memecah keheningan.
"Gue minta obat itu," tambahnya yang membuat tiga pria lain menatapnya tak percaya.
"Lo gila?!" timpal Bervan.
"Gue nggak sanggup, dia kesakitan kayak gitu. Gue tau ini keputusan salah, tapi gue lebih ngerasa bersalah lagi saat gue cuma bisa ngeliat anak gue kesakitan. Dia sakit dan gue nggak bisa apa-apa!"
Tiga pria lainnya memilih mendengarkan perkataan Suho. Mereka juga butuh kalimat kesadaran.
"Tapi lo bakal kehilangan Chaeryeong selamanya," balas Haendra pelan.
"Gak masalah kalo itu buat dia tenang."
Ucapan Suho tercekat diakhir kalimat. Ketiga temannya tau jika Suho tengah mati-matian menahan air matanya walau sebenarnya cairan itu sudah luruh.
Bervan berdiri lalu berjalan menghampiri Suho. "Pikirin baik-baik, jangan sampai keputusan itu malah buat lo nyesal," ucapnya sembari menepuk pelan bahu Suho.
Suho terduduk lemas di atas sofa ruang kerjanya. Pikirannya sudah dihampiri banyak kemungkinan yang akan terjadi. Ia bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia kejam saat ini?
Keheningan terjadi di ruangan itu. Hanya ada deru nafas Suho yang terdengar nyaring dalam keheningan.
'Gue nggak sanggup, tapi gue harus lakuin itu.'
"Gue setuju sama Suho," celetuk Jin. "Gue bakal nanggung ucapan bahkan hujatan dari orang-orang kalo itu buat anak gue tenang."
Bervan dan Haendra seakan tak habis pikir dengan dua pria dihadapan mereka ini. Ucapan itu jelas merujuk pada pernyataan bahwa mereka berdua rela melepaskan kepergian putri mereka.
"Kalian lagi stres kayaknya," timpal Bervan.
Pria itu segera melangkah keluar meninggalkan ruangan. Bisa-bisa ia terbawa efek stres dari Suho dan Jin.
"Gue yakin, kalian gak akan ngambil keputusan ini tanpa alasan. Gue denger alasan lo tadi, Ho. Cuma itu belum cukup kuat untuk disebut sebagai alasan," jelas Haendra.
Kemudian Haendra berjalan keluar meninggalkan ruangan itu lagi. Ia juga butuh waktu untuk mendinginkan pikirannya yang seminggu ini selalu dipenuhi dengan masalah.
Tanpa keempat pria itu sadari, ada seseorang yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka. Orang itu memejamkan matanya kuat. Air matanya jatuh begitu saja.
Tiba-tiba pintu dibuka dengan kencang. Suho dan Jin menatap bingung ke arah Haendra yang tengah mengatur nafasnya. Raut wajah yang pria itu tampilkan terlihat panik.
Satu kalimat yang berhasil membuat Jin dan Suho terkejut.
"Gue setuju sama kalian."
○○○○○
Disinilah lima pemuda SMP yang tengah berkumpul dalam satu ruangan tertutup dan sangat gelap. Ruangan yang berada di rumah Jeno dan Chenle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back In Time ✔
Fanfiction|Follow dulu sebelum baca| (Kalo bisa baca sampai habis) Terdengar seperti lelucon. Tapi itulah yang terjadi pada lima pasang bocah yang masih berumur belasan tahun ini. Sebuah perasaan yang sudah tumbuh sejak awal pertemuan mereka, membuat dua kubu...