"Apa yang kakak lakukan tadi?." Gulf bersandar pada pintu kaca toko bunga milik Mew dan menatap Mew, penuh amarah. Mew menunduk, memeluk tasnya erat "maaf." Gulf mengacak surai hitamnya dan mencengkram lengan Mew kuat, menyeret dan melemparkannya ke dalam mobil, melajukan mobilnya dengan sangat cepat tidak memperdulikan Mew yang sangat ketakutan sekarang, keringat dingin berjatuhan dari pelipisnya.
Tidak menyadari mobil sudah terparkir di basement sepi itu, Gulf turun dan membuka pintu Mew, "Turun." Tidak memperdulikan Mew yang menangis tertahan dan tubuh yang gemetar, Gulf akhirnya melepas seatbelt itu paksa dan menyeretnya lagi, tidak memperdulikan tatapan beberapa staf keamanan tentu saja seluruh apartemen ini miliknya.
Staff-staff itu hanya menatap Mew kasihan bahkan Mew sama sekali tidak membuka matanya dan berjalan tertatih mengikuti langkah Gulf yang sangat cepat, menekan tombol passwordnya dengan kasar dan membuka pintu itu melemparkan Mew kedalam.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?." Gulf mencengkram kerah kemeja Mew kuat, "JAWAB MEW." Mew bergetar hebat dan berusaha memegang tangan Gulf, "Maaf, m-maafkan aku." Dengan suara bergetar Mew berusaha menenangkan Gulf.
"Hah, aku bertanya bukan menyuruhmu minta maaf." Gulf menjambak rambut itu kuat mengarahkan wajah Mew untuk menemui manik gelapnya, dan melepaskannya menyeretnya sampai dalam ruang tamu dan menghempaskan Mew di atas karpet. "Jelaskan."
Mew menahan tubuhnya yang sakit karena terus terusan dicengkram diseret dan dihempaskan oleh Gulf, "aku h-hanya pergi d-dengan temanku." Mata Mew terpaku pada karpet bulu berwarna abu abu di bawahnya.
"Teman yang memberikanmu cincin?." Gulf berjongkok di hadapan Mew, menunggu jawaban dari Mew dia mendapat angukan kecil dari Mew.
"Berikan padaku." Gulf mengulurkan tangannya, tapi Mew malah memeluk tasnya semakin erat, "Mew." Gulf membentaknya.
"AKU NGGAK MAU." Mew berteriak menatap Gulf dengan matanya yang memerah, *plak* satu tamparan kuat mendarat di pipi putih susunya yang sudah memerah dan basah, membuat Mew terjatuh kesamping, "JANGAN BERTERIAK PADAKU." Gulf mencengkram kerah Mew kuat, namun langsung melonggarkannya saat melihat sudut bibir Mew yang berdarah.
"Ahh, kak maaf." Gulf menurunkannya dan berusaha menghapus darah dari bibir Mew, tapi Mew menepis tangan Gulf dan memeluk tasnya semakin kuat, "j-jangan sentuh aku, tinggalkan aku." Mew memejamkan matanya dan memeluk dirinya sendiri semakin kuat.
"Aku mencintai kakak." Ucapan Gulf membuat Mew sontak membuka matanya dan menatap Gulf.
"Cinta? Apanya yang cinta kamu hanya mengatakannya di bibirmu saja Gulf, APANYA YANG CINTA AKU TIDAK BISA MELIHATNYA, AKU TIDAK BISA MERASAKANNYA, AKU TIDAK BISA MENYENTUHNYA, APANYA? DILIHAT DARIMANA KAMU SEPERTI MENCINTAIKU? JELASKAN CINTA APA YANG KAMU MAKSUD GULF." Mew berteriak dan menangis tak terkontrol, tidak memperdulikan kalau Gulf akan memukulnya sampai mati, Mew sudah tidak peduli mungkin kematian memang yang terbaik untuknya.
Gulf menarik nafas dalam dan menghembuskannya kuat, "kakak sedang tidak stabil, kakak butuh waktu sendiri? Aku akan datang besok pagi kakak jangan kemana-mana yah, kita bicara lagi besok." Gulf berdiri dan meninggalkan Mew sendirian di apartemen.
Mew mengusap kasar air matanya dengan kemejanya, membuang ludah sembarangan di karpet mahal itu, Mew benci rasa besi di mulutnya, Mew benci rasa sakit di tubuhnya, Mew benci rasa sakit didadanya, Mew membenci semuanya.
Isakan demi isakan lolos dari matanya Mew membuka ponselnya dan melihat foto-foto yang diambil hari ini, air matanya jatuh menetes di atas ponsel itu, "bagaimana bisa aku sangat bahagia dan sangat menderita dihari yang sama?." Mew terus memandangi foto Star lama lalu melihat fotonya dengan Type, isakan kecil itu berubah menjadi tangisan keras yang menyedihkan.
Sampai telinganya menangkap suara dering telepon dari atas kasur, Mew menghampirinya melihat si penelpon 'cake' entah kenapa Mew mengangkat telepon itu, mendengar suara ceria dari. Seberang sana, "Honeyy… aku nggak bisa tidur gara-gara kamu lamar aku siang ini, pokoknya kamu harus tanggung jawab." Mew terdiam dan segera mematikan ponsel Gulf, entah mengapa Mew tersenyum kecil menatap jarinya "apanya?." Mew membuka cincin itu dan meletakkannya di atas meja sebelah kasur, "aku membenci Mew yang mencintaimu." Ujarnya pelan membawa tasnya dan keluar dari apartemen.
Saat sampai di bawah Mew ditahan 2 petugas, "Maaf Tuan Suppasit, tapi Tuan Kanawut tidak mengizinkan anda keluar dari gedung ini." Ujar salah satu petugas, Mew sudah sangat berantakan sekarang menatap kedua petugas itu yang sebenarnya sangat kasihan pada Mew.
"Kalian pilih membiarkanku pergi atau memberikan mayatku pada Tuan Kanawut?." Ujar Mew menatap mereka dengan berani tanpa sedikitpun keraguan dimata coklat cerahnya.
"Kumohon Tuan, jangan begini." Petugas lainnya memohon, membuat Mew memberikan wainya pada petugas itu, "kumohon juga pada kalian jangan begini." Petugas itu saling bertatapan sangat tidak tega melihat Mew, bersiap untuk yang terburuk akhirnya menyingkir dari pintu keluar dan membiarkan Mew keluar, "Aku minta maaf dan terima kasih." Mew langsung berjalan keluar dan berlari meninggalkan gedung itu, tidak memperdulikan hujan yang mulai merintik.
"Bagaimana ini?." Ujar salah satu petugas itu, "Tentu saja bersiap mencari tempat kerja baru, Bukankah nasib Tuan Suppasit sangat malang sampai harus diingini oleh Tuan Kanawut?." Petugas itu berkata lirih mengingat betapa berantakannya Mew tadi. "Masa mudanya benar-benar buruk." Kedua petugas itu akhirnya berjalan keloker mereka bersiap untuk angkat kaki dari pekerjaanya setidaknya mereka sudah menolongnya dan tidak dihantui perasaan bersalah setelah ini.
.
Mew terus berlari ditengah derasnya hujan, berhenti disebuah rumah dan memanjat pagarnya yang tidak terlalu tinggi, menekan bel rumah itu berkali-kali.
Saat dibuka Type benar-benar kaget, "Mew?." Melihat Mew yang basah kuyup memeluk tas dengan pipi yang memerah, "T-Tolong aku." Mew mulai terisak, Mew diberikan alamat Type untuk menginap tapi tidak tahu akan datang dengan keadaan sekacau ini.
"Maaf Mew, jangan terlalu berisik Star sudah tidur jika dia bangun melihatmu seperti ini dia akan menggila." Type menarik lembut tangan Mew untuk memasuki rumahnya dan membawa Mew ke kamarnya yang berada di lantai dua, "kamu mandi air hangat dulu ya?." Aku akan siapkan pakaian.
Type bergegas menyiapkan pakaian bersih dan menaruhnya di dekat pintu kamar mandi, dan mengambil kotak p3k dari lantai satu, melihat Mew yang keluar dari kamar mandi dengan piyama miliknya Type menarik Mew untuk duduk di atas kasurnya dan menempelkan koyo dingin di pipi Mew, mengambil handuk kecil dan mengusap rambut Mew dengan lembut, seolah mengerti kalau Mew tidak ingin berbicara sekarang.
Setelah rambutnya kering Type mengambilkan Mew teh hangat dan memberikannya, kepada Mew membuat mata Mew berkaca-kaca lagi memegang cangkir itu dengan gemetar, "A-Aku tidak ingin kembali." Type mengambil cangkir itu dari tangan Mew dan meletakkannya di meja, memeluk Mew yang bergetar, "hmm, kamu bisa tinggal disini selama yang kamu mau, aku akan telepon Bright nanti." Mew melepaskan pelukannya dan menatap Type, "jangan, aku nggak mau buat mereka khawatir, Bright mau melamar Win." Mew berusaha berdiri jika Type tidak ingin menerimanya dia akan mencari tempat lain.
"Tidak Mew kubilang kau bisa tinggal disini berapa lama pun yang kamu mau." Type memeluk Mew sekali lagi, Mew menatapnya dengan mata berair.
Memegang wajah Type dan menciumnya lembut, Type melihat Mew yang memejamkan matanya ikut memejamkan mata dan menaruh kedua tangannya dipinggang Mew.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth || GulfMew
Fanfiction[Indonesia] Bagaimana saat kau bertemu kembali dengannya, dia sudah berubah? ⚠️Abusive and Toxic Relationships, Angst, Mpreg, Violence, Mature content, ManxMan.🔞