The Fallen Angel

3.3K 240 23
                                    

Seorang malaikat yang terjatuh dari langit…

Itulah yang terlintas di otaknya saat Gulf melihat Mew terbaring seperti ini. Padahal Gulf telah terbiasa melihat Mew terbaring di tempat tidurnya. Namun kali ini, melihat Mew terbaring begitu rapuh seperti ini membuat kata-kata itu terlintas di kepalanya.

Baginya, Mew adalah seorang malaikat bersayap putih yang jatuh dari langit hingga terluka karena bulu-bulu sayapnya yang perlahan merontok. Seorang malaikat yang terluka karena dicintai dan mencintai dirinya.

Berbagai macam peralatan yang tidak Gulf ketahui namanya terpasang di sekujur tubuh Mew. Masing-masing berusaha keras menopang hidup Mew yang perlahan-lahan terlepas dari dunia ini.

Sekali lagi hanya kesunyian yang menjawab renungannya ini. 

Mendadak suara pintu terbuka menggema di ruangan. Kedua mata hitamnya pun melirik sosok Win yang memasuki ruang opname dengan ragu-ragu. Sejenak mata mereka bertemu, menyuarakan kekhawatiran yang sama akan pria yang terbaring di atas ranjang ruang VIP itu. Gulf pun diam saja. Tanpa bicara Win memalingkan mukanya, berjalan mendekati ranjang kakaknya. Air mukanya berubah begitu sendu melihat rapuhnya kondisi kakaknya.

"Kak Mew..." bisiknya perlahan. Seakan sekecil apapun suaranya yang keluar akan mengganggu kedamaian sesaat milik Mew. Gulf pun menunduk dan menjulurkan tangannya. Berusaha menyentuh wajah tampan kakaknya dibalik beberapa alat yang terpasang di sana. Hingga jemarinya menyentuh pipi kakaknya yang terasa dingin di tangannya.

"Kak Mew harus berjuang…," bisiknya lagi. Dengan lembut dikecupnya dahi Mew. Win pun berbalik, melangkah kecil menuju pintu keluar. Hingga mendadak sebuah suara menggema di ruang VIP itu. Win tidak kuat melihat kondisi kakaknya yang rapuh atau kondisi Gulf yang sangat berantakan.

.

Sosok Bright segera menyapanya begitu Gulf keluar dari ruang opname. Bright ini terduduk lemas di salah satu kursi tunggu. Dengan berat hati, Gulf duduk tanpa suara di kursi sebelah Bright. Bright tidak menghiraukannya sedikit pun terlarut dalam kesedihannya sendiri hingga akhirnya hembusan nafas berat keluar dari mulutnya.

"Kau... sudah melihat bayi kak Mew?" bisik Bright pelan. Gulf terdiam sejenak, menyadari kata-kata yang diucapkan Bright sepenuhnya. Bayi Mew. Bukan bayinya juga. Anak yang seharusnya menjadi darah dagingnya juga. Namun sikap Bright yang sama sekali tidak melirik keberadaannya berkata lain.

Bright, tidak akan pernah mengakui Gulf sebagai pendamping hidup Mew.

Helaan nafas berat kali ini keluar dari mulutnya. Saat ini seluruh isi dunia sedang berkomplot melawannya.

"Belum…" jawabnya singkat. Sekali lagi keheningan mengisi kekosongan di antara mereka. Mendadak Bright mendesis dengan amarah yang begitu nyaris meledak.

"Kalau…" ujarnya terengah-engah menahan amarah.

"Kalau sampai Kak Mew tidak selamat… Kalau sampai semua pengorbanannya kau sia-siakan begitu saja…" desisnya murka. Nafasnya mulai terasa berat.

"Semoga…," desisnya Bright tajam.

"Kau…," desisnya lagi sementara Gulf seakan membeku di kursinya. Belum pernah Gulf melihat Bright semarah ini Bright adalah pribadi yang sangat tenang. Begitu frustasinya sehingga amarahnya bercampur dengan genangan air mata yang nyaris Gulf jatuhkan untuk Mew. Entah mengapa kali itu lidahnya seakan membeku melihat begitu besar kepedihan dan kasih sayang yang dimiliki Bright untuk Mew. Melihat air mata yang nyaris jatuh bukan karena kepedihannya sendiri. Akan tetapi karena kepedihan yang dirasakan oleh Mew.

"Semoga kau… membusuk di neraka terdalam…"

Bright berbisik dan berdiri meninggalkan Gulf untuk menyusul Win.

Youth || GulfMewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang