Type hanya memandangi mobil itu pergi dengan senyuman pahitnya, "bagaimana perasaanmu?, Maafkan aku." Vi menatap Type dengan pandangan kasihan.
"Aku buruk dalam menceritakan apa yang aku rasakan kepada orang lain untung nona seorang dokter." Type tertawa kecil dan berjalan masuk kedalam rumah itu diikuti Vi disampingnya, "Beberapa orang ditakdirkan untuk jatuh cinta, tapi tidak ditakdirkan untuk bersama nona Rachirawit." Type berbicara pelan membuat Vi mengangguk hanya mendengarkan. "Aku sudah 33 tahun dan pernah menikah, aku tahu rasanya jadi Gulf." Vi berhenti sebentar dan menarik lengan Type, "kenapa kau tidak mencoba berjuang?." Vi sudah tidak tahu lagi harus membela siapa, semuanya begitu rumit.
"Tidak ada gunanya berperang saat kau tahu dari awal kamu tidak akan menang, Hidup memang seperti itu. Kehilangan seseorang yang tidak pernah kamu bayangkan akan hilang, aku merasakannya dua kali sekarang."
Type memegang bahu Vi, "Nona Rachirawit bagiku membiarkan Mew bersama Gulf bukanlah kekalahan, aku tidak akan pernah menyesal bertemu dan diberi kesempatan menjaga malaikat itu selama 5 tahun. Bagiku ini adalah bentuk kasih sayang Pencipta kepadaku karena membiarkanku dan putraku merasakan kehadiran Mew yang seperti hujan hangat di tanah kering." Vi terpaku mendengar pernyataan panjang Type, ini mungkin adalah definisi cinta terbaik yang pernah Vi dengar.
"Mew telah membuat Star tumbuh dengan penuh kasih sayang, itu sudah lebih dari cukup, karena cinta tidak selalu berakhir baik bagi beberapa orang dokter." Vi terdiam, Type benar benar definisi pria dengan hati dan pikiran yang sangat kuat.
"Ahh, begitu?." Vi tercekat hanya itu yang mampu keluar dari bibir yang dilapisi lipstik ungu itu, "ya, begitu." Type tersenyum hangat dan melanjutkan jalannya.
"Star ayo pulang." Gulf memakai jaketnya, "sampai bertemu lagi dokter Rachirawit." Ucapan akhir Type meninggalkan Vi didepan pintu rumah itu, "aku pulang dulu, aunty Vi." Star memeluk Vi lalu berlari menyusul ayahnya.
"Aku berharap kamu juga menemukan kebahagiaanmu." Ujar Vi pelan menutup pintu dan tersenyum lembut.
.
Suasananya hening, "kenapa papa merelakan mama pergi?." Star tiba-tiba bertanya melirik ayahnya yang fokus menyetir. "Star saat dewasa kamu juga akan belajar melepaskan seseorang yang sangat kamu cintai saat orang itu tidak memilihmu." Type berkata pelan memecah kesunyian malam itu.
"Seharusnya papa menahan mama." Air mata mulai berkubang dikedua mata Star dia menahan tangisnya.
Type meminggirkan mobilnya dan menepuk kepala Star, "karena hati papa tidak bisa menahan seseorang yang tidak ingin tinggal di dalamnya, melihat punggung Kak Mew yang berlari itu membuat papa menyadari dia bahkan tidak pernah ada disana, Star." Type berusaha tertawa kecil saat melihat tangis anaknya pecah.
"Hey kamu sudah 13 tahun masa masih cengeng.", Tangan Type bergetar mengusap surai coklat muda anaknya, "papa juga." Cicit Star kecil, oh ternyata matanya buram karena air matanya tanpa sadar mengalir.
"Tenang saja, kak Mew akan tetap menyayangimu anggap saja keluarga kita bertambah satu lagi, diisi dengan kak Gulf bukankah akan lebih menyenangkan?, Star juga senang kan melihat mama bahagia?." Type terkekeh pelan, dan kembali melajukan mobilnya.
.
Mew memarkirkan mobilnya di tengah jalan, berlari tergopoh-gopoh memasuki bandara melihat jam tangannya, 5 menit sebelum pesawat Gulf berangkat, Mew tidak memperdulikan dirinya dikejar sekuriti.
"KANAAA, JANGAN LARI DARIKU." Teriak Mew kuat tidak memperdulikan satu bandara menatapnya, "KANA." Mew berlutut dan menutup wajahnya dengan tangannya, membuat petugas keamanan hanya memandangnya kasihan.
Beberapa menit berlalu, "dia meninggalkanku." Mew sesenggukan terus berlutut di lantai. Sampai dirasakan ada jaket yang menutupi tubuhnya lalu Mew merasakan pelukan yang sangat familiar.
"Kakak." Suara yang Mew rindukan, Mew menangis kencang dan memeluk tubuh itu erat, pemandangan haru ini bahkan membuat beberapa orang disana ikut menangis haru.
Gulf mengangkat Mew dan berjalan keluar bandara, tertawa bodoh melihat mobil kesayangan Vi yang terlantar di tengah jalan bandara, "jika kak Vi tahu kak Mew akan dipukul." Bisik Gulf pelan memasukan Mew kedalam mobil.
"Kamu bisa membelikan 50 buah mobil seperti ini." Cicit Mew pelan, suasananya sangat canggung sekarang.
"Kak Mew apa kabar?," Gulf berbicara sangat lembut, "kamu banyak berubah." Mew memainkan ujung sweaternya, "bukan banyak berubah, banyak hal yang merubahku." Mata hitam lembut Gulf menatap Mew. "Kenapa kakak mengejarku?, Aku tidak layak untuk kakak." Lirih Gulf dan mengerem kuat karena tamparan keras tiba-tiba di pipinya.
"APA YANG KAMU KATAKAN?, KAMU JUGA LAYAK UNTUK BAHAGIA BEGITU JUGA AKU ATAU SEMUA MAKHLUK HIDUP DIDUNIA INI." Mew berteriak kuat, wajahnya memerah.
"Kakak jangan begitu nanti tanganmu sakit." Gulf menarik dan mengusap tangan Mew, air matanya menetes tidak menyangka bisa memegang tangan Mew lagi, Mew menarik kerah Gulf dan mencium Gulf melumatnya pelan.
Gulf memejamkan matanya, menikmati lidah Mew yang mendominasinya. Merasakan sesuatu yang Gulf pikir tidak akan pernah bisa dia rasakan lagi, bukankah Mew benar-benar seperti malaikat?.
"Kakak jika kakak begini aku tidak akan mampu melepaskan kakak." Gulf melepaskan tautan mereka dan menggenggam tangan Mew lembut, "kalau begitu jangan lepaskan aku lagi, Sky putra kita membutuhkan kamu juga." Mew sesenggukan dengan bibir yang basah dan wajah yang memerah, bibir tipisnya terlihat tebal sekarang.
Putra kita, seketika mendengar kata itu dari mulut Mew membuat hatinya damai, kekosongan di dadanya mendadak terisi penuh. Tubuh yang biasa dia rasa dingin kini terasa sangat hangat.
"Benar, kenapa aku egois sekali." Gulf menarik tengkuk Mew dan membawanya ke dalam ciuman lembut itu sekali lagi, ciuman itu terasa sangat manis, lembut dan murni sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan dalam hubungan beracun mereka.
"Untukku, untuk Sky dan untuk dirimu sendiri, Kana." Mew memeluk Gulf lembut, mengelus surai hitam Gulf.
"Kali ini ayo memulai ulang semuanya dengan benar." Mew berbisik lembut, "aku pulang, Tua eng." Gulf tersenyum lembut, "selamat datang, Kana." Suara lembut Mew mengisi ketenangan malam kota bangkok didalam mobil itu.
Gulf mencium kening Mew, "aku mencintaimu."
Gulf melepas kacamata Mew dan mencium kedua kelopak mata Mew, "aku mencintaimu."
Gulf mencium hidung Mew, "aku mencintaimu."
Gulf mencium kedua pipi Mew, "aku mencintaimu."
Gulf mencium bibir Mew, "aku sangat mencintaimu kak." Membuat Mew tersenyum, "aku juga mencintaimu, Kana."
Gulf mencium setiap jengkal wajah Mew dengan sangat lembut, benar-benar sangat lembut. "Kamu jadi lembut sekali." Mew tertawa kecil merasakan tiap ciuman Gulf yang terus berlanjut.
"Karena terlalu keras mencintaimu aku jadi melembut, kak Mew." Gulf menarik wajahnya dan mata mereka terkunci, Mew akhirnya bisa merasakan dan melihat cinta yang dimaksud Gulf.
"Aku bisa melihatnya, aku bisa merasakannya akhirnya aku mengerti cinta yang kamu maksud Gulf." Mew tersenyum membuat Gulf langsung beralih mencium leher Mew.
Mew mendorong Gulf pelan, membuat Gulf menatapnya dengan puppy eyes wajah Mew memerah. "S-setidaknya hotel..." Mew berbisik pelan, membuat senyum bahagia Gulf mengembang.
"Aku mencintai kakak."
Gulf belajar bahwa cintalah yang menyembuhkannya secara keseluruhan, Gulf akan mencintai Mew dengan sepenuh jiwanya.
.
Type menatap Star yang sudah terlelap dikasurnya, menatap jendela dari kamar anaknya itu, tersenyum kecil "Mungkin, aku harus belajar, untuk mencintai seperti bumi mencintai bulan, begitu menyayangi, namun dari jauh."
"Aku mencintaimu Mew, semoga kamu selalu bahagia."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Youth || GulfMew
Fanfiction[Indonesia] Bagaimana saat kau bertemu kembali dengannya, dia sudah berubah? ⚠️Abusive and Toxic Relationships, Angst, Mpreg, Violence, Mature content, ManxMan.🔞